halaman 2

100 3 0
                                    

**
.Zahra POV.

Setelah menyelesaikan sekolahku di SMA swasta,aku lebih menyibukan diriku di butik azafar. Hari-hari aku habiskan dibutik milik almarhuma mama dan tante ana. Aku belum berpikir untuk melanjutkan sekolahku,memilih universitas sesuai keinginanku dulu. Aku cukup tahu diri,bahwa kehidupanku tidak seperti dulu lagi saat papa dan mama masih ada. Tante ana tidak banyak berkata-kata,karena dia memahami keadaanku dan mengerti diriku. Dia tidak mempermasalahkan keputusan yang aku ambil. Dibutik azafar sekedar menambah pengetahuanku,aku membantu tante ana yang akhir-akhir ini terlihat sangat sibuk mengurusi gaun pengantin pesanan pelanggan.

Seperti pagi ini,tante ana sudah berada dibutik sebelum aku datang. Biasanya aku yang pertama datang sebelum tante ana. Butik azafar sekarang memiliki beberapa karyawan. Diantaranya 3 karyawan wanita dan 2 karyawan pria.

"Zahra,baru datang?"

"Ia tant." Jawabku singkat dan berjalan mendekati tante ana yang sedang sibuk dengan gaunnya.

"Tant,yang lain belum datang?" Tanyaku pada tante ana. Karena butik masih sepi dan belum ada tanda-tanda karyawan telah berada dalam butik melakukan kegiatan mereka masing-masing.

"Belum ra,mungkin sedikit lagi mereka datangnya. Kan baru jam berapa juga ra. Belum juga jam tujuh." Ucap tante ana yang sekarang telah duduk dikursi kerjanya.

"Lah tante aja tumben datangnya sepagi ini. Biasanya juga zahra yang duluan datangnya." Ucapku yang kemudian duduk dikursi ruangan itu.

"Nanggung sayang. Pelanggan uda nunggu."

"Tapikan kita bukan mesin tant."

"Tante tahu sayang,tapikan pelanggan itu seperti raja yang harus dilayani sebaik mungkin. Tidak mungkin tante mengabaikan mereka yang telah mempercayakan semuanya pada tante."

"Ia sih tant. Oh ia,tante mau minum apa? biar zahra buatin" tanyaku mengalihkan topik pembicaraan awal pada tante ana yang sekarang sibuk dengan pensil dan penghapusnya.

"Teh saja sayang." Ucap tante ana masih tetap dengan kegiatan menggambarnya.

"Oky bos,siap." Ucapku melangkah keluar ruangan. Tante ana yang mendengar ucapanku hanya tertawa pelan.

*
"Maaf nona,saya datangnya telat." Aku menoleh pada wati karyawan butik azafar yang sekarang telah berdiri disampingku. Aku hanya tersenyum mendengar ucapan maafnya. Aku kembali fokus pada kegiatanku mengaduk teh.
"Apa nona marah kepada saya?" Tanyanya kemudian.

"Tidak. Apa hak saya marah sama kamu ti."

"Nona berhak,karena nona atasan saya dan saya hanya bawahan disinih."

"Saya sudah pernah bilang sama kaliankan ti,disinih saya sama saja dengan kalian. Tidak ada tingkatan yang berbeda diantara kita. Jadi,jangan beranggapan seperti itu lagi."

"Ia nona,saya minta maaf." Ucapnya kemudian.

"Oky,sekarang kamu bantuin tante ana. Gaunnya sudah ditunggu sama yang punya. Oh ia,tolong bawa dengan gelas ini kedalam." Aku memberikan gelas itu pada wati.

"Ia nona." Wati melangkah keruang kerja tante ana sambil membawa gelas.

Dita,wahyu,rita dan aldi datang bersamaan.

"Maaf nona,kami datang telat." Ucap wahyu padaku yang telah sibuk dengan pekerjaanku dimeja kerjaku.

"Ia tidak apa-apa."

"Terimakasih nona." Ucapnya kemudian. setelah itu mereka berempat mengambil pekerjaannya masing-masing.

*
Aku pulang sedikit larut malam. Karena aku memilih untuk melaksanakan shalat terlebih dahulu dibutik. Yah setelah papa dan mama telah tiada,aku mulai belajar agama. Belajar mentaati perintahNYA. Dulu aku memang mengerjakan perintahNYA namun tidak 5 waktu. Aku bersyukur Allah masih menyayangiku sampai detik ini. Karena kenikmatan yang ada tidak pergi bersamaan dengan perginya papa dan mama untuk selamanya. Aku masih ingat betul ucapan tante ana saat itu. Bahwa Allah itu adil dan sayang kepadaku.


Fabiayy aalaa'i rabbikumaa tukazzibaan
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan. Ar-Rahman:13


**
"Nona.,maafkan bibi yang telah membuat nona menunggu lama diluar pintu." Ucap bibi sarti bersalah setelah membuka pintu rumah. Yang telah mendapatiku berdiri bersandar pada dinding.

"Tidak apa-apa bi. Aku ngerti kok. Pasti bibi tadi masih shalat,makanya bibi tidak menjawab salamku. Iakan?" Ucapku pengertian padanya.

"ia nona. Sekali lagi maafkan bibi."

"Ia bi. Uda ahg,bibi tidak usah seperti itu. Apa bibi sudah masakin makanan kesukaanku?"

"Sudah nona. Bibi juga sudah memanaskan air hangat untuk nona mandi."

"Terimakasih yah bi. Bibi sangat baik kepadaku."

"Itu sudah kewajiban saya nona. Kewajiban saya dan janji saya pada almarhum tuan dan nyonya untuk selalu menjaga nona."

"Ia bi. Ya sudah,saya mau mandi dulu yah bi. Kemudian baru kita makan."

"Ia nona."

*
Setelah merasa segar sekarang,aku melangkah menuju meja makan. Bibi sarti telah duduk menungguku di meja itu.

"Apa bibi telah lama menungguku?"

"Tidak nona." Aku tersenyum mendengar jawabannya.

Kami berdua menikmati makan malam itu dengan ketenangan yang kami ciptakan.

Fabiayy aalaa'i rabbikumaa tukazzibaan.


*
.Author POV

"Zahra,apa kamu masih enggan untuk berhijab,melengkapi separuh ibadah zahra dan mentaati perintah Allah? Apa zahra tidak takut dengan azab Allah menimpah zahra? Apa zahra tidak sayang sama mama dan papa yang tersiksah karena anak sematawayang tidak menuruti perintah Allah? Zahra sayang,zahra... tolong mama dan papa. Zahra,zahra zahra..."
Zahra terbangun dari mimpinya. Mimpi yang sudah beberapa kali hadir dalam tidur malamnya. Sekujur tubuhnya telah basah oleh keringat dingin. Bibirnya pucat pasi. Dia menggit bibir bawahnya. Gemetar dan takut yang dia rasakan. Detak jantungnya terasa lebih cepat berdetak. Matanya mulai Sembab oleh air matanya. Dia beristighfar untuk menenangkan hatinya.

"Papa mama... aku tidak ingin kalian tersiksah karena aku. Hiksss..." zahra menghapus air matanya. "Aku akan hijrah ma." Ucapnya lirih seraya bangkit dan pargi mengambil air wudhu.

*
.Zahra POV

Setelah melaksanakan shalat,aku memilih keluar untuk menghirup udara pagi.

"Nona,nona mau kemana pagi-pagi seperti ini?" Tanya bibi sarti saat melihatku.

"Aku mau keluar bi. Aku mau menghirup udara pagi yang sejuk. Apa bibi mau ikut bersamaku?" Tanyaku pada bibi sarti.

"Ia nona,bibi mau. Tapi penampilan nona?" Kalimatnya terhenti dan Menatapku bingung.

"Ada apa bi,apa ada yang aneh?"

"Nona terlihat berbeda pagi ini. Nona lebih cantik." Pujinya yang membuat pipiku meronah.

"Masah sih bi. Tapi,eh terimakasih yah bi. Hehe..."

"Iya nona."

*
.Author POV.

Zahra dan sarti menyelusuri jalanan yang masih sepi kendaraan. Hanya beberapa orang saja yang tampak sedang melakukan aktivitas pagi.

"Nona,bibi ingin bertanya?"


"Tanya apa bi?"

"Bibi pernah membaca buku salah satu sifat yang Allah benci yaitu Ria. Kalau boleh tahu,apa nona bisa menjelaskannya kepada bibi?"

"Ria,sifat yang dibenci oleh Allah azzawajallah bi. karena apabila makhlukNYA memiliki sifat seperti itu,maka dia akan selalu membanggakan dirinya yang dia anggap sempurnah. Padahal kesempurnaan hanya milik Allah azzawajallah semata."

"Subhanallah..." ucapnya takjub. Zahra hanya tersenyum mendengarnya.
Mereka terus berjalan bersama sambil menikmati angin sejuk pagi itu.

harapan dalam do'a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang