halaman 17

47 1 0
                                    

"Kak,kakak tidak mau sarapan dulu?" Menatap fariq yang telah siap dengan pakaian rapinya.

"Nanti di resto aja makannya. Aku pergi dulu yah.. Assalamu'alaikum.." lantas mencium kening zahra. Tidak lupa zahra mencium tangannya dan fariq kemudian berlalu pergi.

"Wa'alaikumsalam kak."

Zahra masih setia menatap kepergian fariq sampai masuk kedalam mobilnya,hingga hilang di persimpangan jalan.

Zahra masuk kedalam rumah dan menuju meja makan.
"Bi..." panggilnya pada sarti.

"Iya nona." Seraya bergegas menghadap zahra.

"Temanin aku makan yah dan panggil juga sama bang udin,biar kita bisa makan bersama." Hanya mendapatkan anggukan dari sarti dan berlalu pergi.

Zahra menikmati sarapan pagi ditemani udin dan sarti.

*
"Permisi pak,apa benar bapak sedang mencari sekretaris?"
Fariq masih sibuk dengan pekerjaannya dan tidak menatap seseorang yang sedang berbicara kepadanya.

Fariq mendongakan kepalanya. Wajahnya menatap kaget pada wajah seseorang yang sedang berdiri dihadapannya.

Kebencian dalam hatinya masih ada sampai saat ini. Dia menatap wajah seseorang yang ada dihadapannya dan berusaha tersenyum. Dia sadar,tidak seharusnya dia berlaku seperti itu. Dia harus bisa memaafkan wanita yang ada dihadapannya ini. Dan mungkin saja dia telah berubah.

"Iya,saya sedang mencari sekretaris." Tegas itu yang dia tampilkan. Karena dia sadar dia seorang yang disegani di resto milik keluarganya ini. Sebagai pewaris tunggal yang dipercayakan oleh indra,dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan didepan matanya. Posisi direktur utama baginya sangan tinggi. Itu jabatan yang tidak mudah diduduki.

Walaupun dia adalah pewaris tunggal namun sebelum menjadi direktur utama,indra benar-benar menguji kemampuannya. Dari menjadi karyawan bawah yang kerjanya hanya didapur,mencuci piring,menjadi pelayan dan lain sebagainya. Meskipun begitu,dia tetap mau diperintah dan tidak membantah. Dia tahu dia anak pemilik resto dan semua juga tahu hal itu. Namun sifat profesional kerja di resto milik indra,sangat menjunjung hal itu. Tidak mengenal dia anak pemilik atau dia hanya masyarakat biasa. Yang kerja di resto tetap dianggap sama dan diperlakukan dengan baik oleh indra.

Fariq tersadar dari lamunannya untuk sesaat karena mendapatkan panggilan telepon. Dia mengangkat gagang teleponnya namun sebelum itu mempersilahkan wanita yang ada dihadapannya untuk duduk.

"Iya ada apa?" Tanyanya tegas
"Baiklah,saya akan menemui tamu itu." Meletakan kembali gagang telepon itu.

"Saya harus keluar sebentar."
Berharap wanita itu akan segera pergi dari hadapannya. Namun wanita itu hanya diam tidak memberikan respon. Fariq melangkah seraya keluar ruangan.

"Aku masih mencintaimu fariq." Seketika fariq menoleh pada wanita yang ada dihadapannya yang tak lain adalah santi. Santi berhasil menghentikan langkah fariq.

Fariq menatap acuh pada santi. "Ingat,saya telah menikah. Dan anda harus tahu batasan anda."

"Saya tahu batasan saya. Tetapi apa kamu telah melupakan aku dan tidak mencintaik.."

"Tidak." Ucap fariq tegas seraya melangkah pergi meninggalkan santi berdiri mematung sekarang.

"Bagaimanapun caranya,kamu akan tahu akibatnya fariq. Kalau memang zahra telah memilikimu seutuhnya,maka aku akan membuat hidupnya menderita." Lirihnya penuh keyakinan.

*
Zahra sedang menunggu fariq diruang tamu. Sesekali melirik jam didinding.

"Sudah pukul 9 malam. Biasanya jam segini dia sudah pulang." Lirihnya dengan wajah khawatir khasnya. Dia beranjak dari duduknya mondar mandir kesanah kemari. Sesekali melihat arah luar jendela.

"Belum ada tanda-tanda dia sudah pulang. Dihubungi juga nomornya tidak diangkat." Lirihnya lagi.

"Nona,nona minum dulu tehnya. Keburu dingin nona." Sarti meletakan gelas teh diatas meja.

"Iya bi,makasih."

"Iya nona." Seraya melangkah pergi.

*
"Apa maumu?" Tangannya menahan tangan santi.

"Aku mau bunuh diri."

"Jangan gila kamu."

"Kenapa kamu tidak pulang saja menemui istri kamu itu? Istri yang telah merebut kamu dari aku?"

"Jangan gila kamu san. Ingat,perbuatan kamu ini salah. Matipun tidak akan mungkin menyelesaikan masalahmu dan masalalu yang sudah lewat. Ingat itu..."

"Kalau begitu biarkan aku mati. Kenapa kamu masih disinih dan menahanku. Hahh... itu berarti kamu masih mencintaiku,iyakan?"

"Jangan gila kamu san. Aku tidak mencintai kamu lagi setelah perbuatan kamu yang telah menyakiti hatiku. Aku sudah menghapus rasa itu dihatiku. Dan zahra,yah zahra dia akan menjadi tempat berlabuhnya cintaku yang terakhir."

"Apa kamu telah benar-benar mencintainya?" Fariq diam membisu. "Haha... kamu tidak bisa menjawab pertanyaan akukan? Kenapa kamu masih disinih,kenapa kamu belum meninggalkan aku,kenapa? Biarkan aku mati. Aku lebih baik mati daripada harus melihat kamu bersama wanita itu."

"Ingat,wanita itu adalah istriku." Semakin mereratkan pegangan dipergelangan tangan santi.

"Lepaskan aku,aku mau mati."

"Jangan gila kamu san." Santi memberontak hingga fariq tidak bisa menahan keseimbangannya hingga dia terjatuh dan santi tercebur dalam air sungai.

Fariq segera bangun dari jatuhnya. Dia tidak merasakan sakitnya lagi. "Santi......" panggilnya.

Dia segera menghubungi kantor polisi untuk meminta bantuan.

15 menit,polisi bersama tim sar telah tiba di TKP. Mereka kemudian mencari keberadaan santi.

Dua jam lamanya,barulah santi ditemukan dalam jarak beberapa meter dari tempat jatuhnya. Tubuhnya telah menepih pada bibir sungai dan kepalanya terbentur oleh batu. Dia tidak sadarkan diri dan segera dibawah ke RS terdekat.

Fariq menatap dirinya penuh salah. Dia terus menyalahkan dirinya yang tidak bisa seimbang dan menahan pergelangan tangan santi.

Fariq telah melupakan sesaat Zahra yang masih setia menunggunya di rumah.

Alarm diponselnyanya membangunkan dia dari tidurnya. Dia menatap sekitarnya dan matanya mendapati santi yang telah terbaring lemah dengan infusnya. Dia menyadari kesalahannya. Bila seandainya dia jujur bila rasa itu masih ada dihatinya meskipun cuman sedikit,mungkin wanita itu tidak akan mencoba bunuh diri.

Dia mengusap wajahnya pelan dan menatap layar ponselnya. Ada 20 panggilan "tidak terjawab" dari zahra. Pikirannya semakin kacau. Apalagi dia lupa memberikan kabar tentangnya pada zahra istrinya. Dan mungkin zahra telah menunggunya semalaman dirumah.

Astahfirullah..,ampuni aku ya Allah. Aku telah melupakan wanita yang telah sah menjadi istriku demi menolong wanita yang pernah ada dimasa laluku.

*
Zahra terbangun dari tidurnya dan baru menyadari bahwa dirinya semalaman telah tidur diatas sofa.
"Pasti sarti yang memberikan selimut ini kepadaku karena tidak berani membangunkan aku yang telah tertidur." Lirihnya.

Zahra menatap layar ponselnya lagi namun nihil,fariq belum memberikan kabar dimana keberadaannya.

"Tidak biasanya dia seperti ini." Tatapnya sedih. Kemudian beranjak menuju ke kamarnya untuk melaksanahkan shalat.

harapan dalam do'a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang