halaman 12

48 1 0
                                    

*
Hari H tinggal menghitung hari. Zahra dan fariq telah sibuk mengurusi keperluan untuk acara resepsi nanti. Ana sibuk dengan gaun pengantin yang dia rancang sendiri khusus untuk pernikahan zahra dan fariq. Baju gaun yang terlihat simple namun tetap anggun saat dipakai. Dan tetap sopan.

Zahra dan fariq melihat gaun itu dibutik. Zahra terlihat bahagia menatap gaun indah itu. Zahra menyentuh gaun itu.
Dia menoleh pada fariq disampingnya sambil tetap menyentuh gaunnya.

"Kak,gaunnya indah yah... aku suka. Kakak suka tidak dengan baju yang akan kakak pakai nanti?" Fariq mengangguk. Zahra melebarkan senyumnya.

Mereka sekarang terlihat lebih serasih. Kemana-mana selalu bersama. Sepulang dari rumah makan,fariq akan datang kebutik sekedar melihat keadaan zahra dan membawakan dia makanan untuk makan siangnya.

*
"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumSalam. Eh kak,sudah lama datangnya?" Tanya zahra dan menghentikan kegiatan menggambarnya.

"Belum. Ni aku bawain makanan pesanan kamu." Ucap fariq kemudian meletakan makanan itu. Zahra menatap rantang makanan itu. Kemudian dia beranjak dari duduknya. Dia duduk disamping fariq. Hanya beberapa jengkal saja bisa terhitung jarak duduk mereka berdua. Walaupun mereka tidak lama lagi akan melangsungkan pernikahan,namun mereka tetap menjaga sikap satu sama lain. Karena mereka tahu diri.

"Dek,aku mau ke mushala dulu. Kamu makan yah... aku pulang kamu sudah habisin makanannya."

"Selalunya gitu." Ucap zahra lirih dan sedikit kesal atas perintah fariq.

"Aku dengar yah...,aku tidak budek. Jarak kita juga masih bisa dihitung dari sinih." Ucap fariq seraya melangkah. "Aku pergi dulu. Assalamu'alaikum" ucap fariq lagi. Zahra terkekeh mendengar ucapan fariq.

"Wa'alaikumsalam" ucap zahra kemudian. Dia memang kesal tapi mau tidak mau,dia haris menghabiakan makanan itu. Dia kemudian menikmati makanan yang dibawakan oleh fariq. Setelah makan,dia mengistirahatkan sejenak badannya.

*
"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumSalam. Iya masuk." Dita masuk membawa gambar rancangan gaun model baru.

"Nona,aku mau tunjukan hasil gambaran aku tentang gaun muslim. Semoga nona suka." Ucap dita setelah dia duduk menghadap atasannya dan menyodorkan hasil gambarannya kepada Zahra. Zahra mengambil gambar itu. Setelah melihat hasil gambar itu,akhirnya dia menatap takjub pada gambar itu.

"Bagus,aku suka." Dita tersenyum mendapat jawaban dari atasannya itu.

"Nona makin mesrah saja yah sama mas fariqnya." Membuat pipi zahra tiba-tiba merona.

"Ihh dita. Kalian suka lihatin aku yah... iakan?"

"Hehe... iya sih nona..maaf yah.,"

"Kalian itu ada-ada saja deh." Ucap zahra sambil menggelengkan kepalanya. Karena dita merasa tidak enak pada zahra,dia memilih keluar ruangan. Zahra kembali sibuk dengan pekerjaannya.

"Nona,mas fariq ada diluar. Dia tidak mau masuk. katanya dia menunggu nona diluar." Ucap wati yang berada diambang pintu,menghentikan lagi kegiatan zahra.

"Oh...baiklah. Makasih yah ti sudah memberitahukan kepada saya."

"Ia nona." Zahra beranjak dari duduknya melepas kegiatannya dan memilih untuk keluar ruangan menemui fariq. Langkahnya terhenti saat ana memanggilnya.

"Zahra." Zahra menoleh pada ana.

"Iya tant." Seraya masuk kedalam ruangan kerja ana. "Ada apa tant?"

"Apa kamu sudah lihat gaunnya?" Ucap ana setelah zahra sudah duduk dihadapannya.

"Sudah tant."

"Kamu suka?"

"Sangat suka tant. Terimakasih yah tant. Tante sudah mau repot bikinin gaun itu untuk aku."

"Iya sayang. Itu juga sebagai kado ulangtahun kamu sayang." Zahra tersenyum.

"Tant,aku keluar dulu yah...,fariq sudah nunggu aku diluar."

"Iya sayang." ucap zahra seraya melangkah keluar ruang kerja ana.

*
"Kakak,aku minta maaf yah karena sudah membuat kakak menunggu lama.." ucap zahra seraya masuk ke dalam mobil

"Iya tidak apa-apa kok."

"Sekarang kita akan kemana kak?"

"Aku dapat undangan pernikahan dari teman aku,dan aku ingin menghadirinya. Cuman harus membawa dengan pasangan. kan tidak mungkin aku datang sendiri sedangkan teman-temanku membawa pasangan mereka. Bagaimana,apa kamu mau?" Zahra hanya mengangguk dan tersenyum.

Mereka kemudian meluncur meninggalkan halaman butik.

harapan dalam do'a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang