halaman 8

45 2 0
                                    

**
"Sumpah,aku hampir tidak mengenali kamu ra" ucap wanita itu masih setengah takjub.

"Kamu bisa saja rat. Aku juga tadi tidak mengenali kamu loh. Masalahnya kamu berubah banget. Eh ngomong-ngomong,kamu sudah nikah?" Menatap cincin dijari manis wanita itu.

"Alhamdulillah... iya ra."

"Subhanallah... kok kamu tidak ngabarin aku sih. jahat deh kamu." Ucap zahra pura-pura cemberut.

"Maaf sayang,kemarin aku lupa untuk ngabarin kamu. Soalnya aku sibuk banget ngurusin acara pernikahan aku." Ucap wanita itu. Zahra tiba-tiba tersenyum mendengar ucapan wanita itu.

"Serius kamu rat?" Wanita itu mengangguk. "Ngomong-ngomong,laki-laki mana ni yang sudah bergasil mencuri hati kamu? Kamukan antik sama laki-laki. Hehe..." ledek zahra pada wanita itu.

"Yee...,gini-gini aku juga perempuan ra. Aku juga punya perasaan." Ucap wanita itu membela diri.

"Aku pikir kamu tetap pada prinsip kamu bahwa laki-laki itu semua sama."

"Itu dulu sebelum aku mengenal suami aku. Tapi setelah mengenal dia,prinsip itu hilang. Aku juga tidak tahu."

"Cie... pengantin baru ni yea.. hehe..."

"Ihh zahra...," ucap wanita itu. Pipinya sudah merah merona menahan malu dan candaan zahra sahabatnya.

"Tapi ngomong-ngomong,gimana ceritanya tuh sampai kamu bisa bertemu suami kamu itu?"

"Ceritanya pokoknya panjang deh. Tapi yang pasti,kami PDKTan dulu terus karena merasa cocok,suami aku ngelamar aku dihadapan orangtua aku." Zahra tersenyum.

"Oh yah...terus terus?" Tanyanya antusias.

"Terus setelah bertemu sama orangtuaku,mengobrol dan setelah itu dia mengutarakan maksud kedatangannya ke rumah aku ra. Gitu."

"Terus orangtua kamu setuju dan langsung menerima dia,gitu rat?" Wanita itu mengangguk.

"Subhanallah..." ucap zahra takjub dengan cerita wanita itu.

"Oh iya ra,sudah dulu yah,soalnya aku uda janji sama mama aku buat jemput dia di rumah sakit." Seraya beranjak dari duduknya.

"Baiklah..." ucap zahra ikut beranjak dari duduknya. Kemudian mereka berpelukan lagi. "Jangan bosan-bosan buat mampir yah... sekalian nanti datang sama suami kamu,biar dikenalin ke aku." Melepaskan pelukannya.

"Oky pasti." Ucap wanita itu.
"Aku pamit dulu yah... Assalamu'alaikum." Seraya melangkah.

"Wa'alaikumsalam." Ucap zahra kemudian.

Ana masuk kedalam ruang kerja zahra sambil menoleh kebelakang.

"Siapa tadi sayang?" Tanya ana.

"Eh tante. Yang mana tant?"

"Itu yang baru keluar dari sinih.."

"Oh yang itu. Dia ratna tant temen sekelas aku dulu waktu masih SMA." Ana hanya ber "oh" saja kemudian duduk. Zahra juga ikut duduk disamping ana.

"Tante datangnya sendiri?"
Ana menggeleng. "Terus datangnya sama siapa?"

"Sama aku." Ucap fariq seraya masuk. Zahra hanya mangguk-mangguk.

"Tante mau aku buatin minuman?"

"Boleh."

"Teh atau kopi?"

"Seperti biasa sayang."

"Oky sipp." Seraya melangkah.

"Aku juga yah..." zahra menoleh pada fariq yang telah duduk disamping ana.

"Baiklah..." ucap zahra kemudian.

*
"Tant,gaun apa yang menurut tante cocok buat peragaan busana acara festival september ini?" Tanya zahra sambil meletakan gelas minuman pada meja. Fariq sedang sibuk mendengarkan muratol Al-Quran di ponselnya. Ana meletakan kembali buku majalah yang dibacanya. Ana berpikir sejenak.

"Tante juga belum tahu sayang."

"Tant,aku punya ide.."

"Ide apa sayang?" Tanya ana. Dia meneguk tehnya.

"Bagaimana kalau acara peragaan nanti,kita menampilkan baju busana muslim saja tant,kan sekarang lagi trend tuh.. yang penting tetap syar'i tanpa mengurangi nilai-nilai agama. Apa tante setuju?"

"Wah ide bagus tuh sayang. Fariq menurut kamu bagaimana?"

"Terserah mama dan zahra saja. Akukan tidak terlalu tahu mengenai busana."

"Oky baiklah. Zahra,tante setuju dengan ide kamu." Zahra menatap bahagia pada ana.

"Makasih tant..."

"Iya sayang."

harapan dalam do'a.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang