Siapa Pembunuhnya?

196 11 15
                                    

"Hah... Ha... Hah..." terdengar suara Kayaka mengambil nafas berat, karena sudah terlalu lama berlari.

"Apa udah jauh sekarang?" tanya Febri.

"Kayanya, yang penting kita lari dulu sekarang!" jawab Kayaka.

Kayaka, Febri, Indri, Akhmad, dan Runa berlari sangat kencang, dia berlari dari seorang pembunuh kejam yang siap menghabisi mereka.

Saat sedang berlari, mereka menemukan sebuah Rumah Sakit yang sudah usang, dan akhirnya mereka memutuskan untuk memasuki Rumah Sakit itu.

Di dalam sangat gelap sekali, karena sedang malam hari dan tidak ada pencahayaan sama-sekali itu membuat mereka tidak bisa melihat sekeliling.

"Tunggu," Runa berkata, "nih, make flashlight handphone gue aja."

"Ohiya, gue juga ada flashlightnya," sambung Febri.

Dengan bermodalkan pencahayaan flashlight mereka memasuki Rumah Sakit tersebut, mencari tempat aman untuk bersembunyi dari seorang pembunuh berantai yang telah membunuh teman mereka, Adit.

Kemudian di perjalanan Runa melihat sebuah tangga, dan mereka memutuskan untuk menaiki tangga tersebut.

"Ayo naik, kayanya bakal aman, deh," ucap Runa.

Mereka pun mengikuti instruksi dari Runa dan menaiki tangga tersebut.

"Loh, apa ini?" Indri seperti menginjak sebuah cairan. "Cairan apa ini lengket gini." Kemudian dia menyalakan flashlight handphonenya dan menyorotkan kearah kakinya, "da-darah?"

Terlihat sebuah cairan kental berwarna merah gelap di lantai anak tangga.

"Ini darah siapa?" tanya Febri, "wah, kayanya ga bagus kalo kita ke atas, mendingan kita pergi aja sekarang."

Febri pun turun dari tangga dan meninggalkan teman-temannya,

"Feb, tunggu," teriak Kayaka.

"Biar gue kejar," kata Akhmad, kemudian dia berlari mengejar Febri.

"Yaudah, ayo kita lanjutin aja keatas," ucap Kayaka.

Saat sampai diatas, mereka mendengar suara teriakan seseorang, suara teriakan itu sangat keras.

"Suara siapa itu?! Gue mau ngecek dulu." Kayaka kemudian berlari pergi ke asal suara tersebut, meninggalkan Runa dan Indri.

"Gila kali, ya, lari sendirian?!" ucap Indri.

"Kalian tunggu sini aja, gue pasti bakal balik lagi, kok," jawab Kayaka, akhirnya dia pun pergi meninggalkan Runa dan Indri.

Mereka menunggu tepat di atas tangga, kedatangan Kayaka, namun Kayaka tak kunjung kembali. Perasaan tidak enak pun mulai menghantui mereka.

"Gimana nih? Kayaka ga balik-balik," ucap Runa.

"Yaudah, kita cari aja, ayo," jawab Indri.

Mereka pun mencari Kayaka dan memasuki setiap ruangan-ruangan yang ada di Rumah Sakit tersebut. Semakin dalam mereka memasuki Rumah Sakit itu semakin terasa mencekam suasana Rumah Sakit itu.

Saat sedang berjalan, tiba-tiba saja, Indri menedang sesuatu, "apalagi ini?!" ucap Indri, dia pun menyorot flashlight ke arah kakinya, dan dia melihat sebuah mayat seseorang sepertinya sudah lama mati.

"Aarrrgghh!!!" teriak Runa.

"Ini ga bag-" tiba-tiba saja seseorang menusuk Indri dari belakang, "a-a-a..." kemudian dia terjatuh.

"Aarrggghhh!!" Runa kemudian berlari meninggalkan mayat Indri.

Saat Runa sedang berlari, tiba-tiba saja dia tersandung dan handphonenya terjatuh, membuat satu-satunya pencahayaannya menghilang, Runa melihat sikutnya, sikutnya terluka karena tergores lantai yang sudah hancur, "aaaahh, ssssttt," dia mencoba menahan rasa sakitnya.

Creepystory IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang