Love Story

116 13 0
                                    

Dahulu, ada sepasang kekasih yang saling mencintai satu sama lain. Mereka telah bersama-sama melewati masa-masa sulit. Bahkan, ketika orang tua mereka tidak menyetujui hubungan mereka, mereka memutuskan untuk kabur bersama dan mulai hidup bersama. Namun itu bukanlah awal dari kebahagiaan mereka.

Mereka pergi ke kota yang cukup jauh dari kota mereka berasal. Mereka tinggal di sebuah flat yang berukuran tidak cukup besar dan tidak cukup kecil, namun cukup untuk mereka berdua. Di kota tersebut, mereka bekerja untuk membayar sewa flat dan kebutuhan sehari-hari mereka. Sejauh ini, mereka cukup bahagia dengan apa yang mereka punya.

Di suatu malam yang dingin, mereka berbaring beralaskan sebuah kasur kecil dan penerangan sebuah lampu yang tidak cukup terang, sang wanita, kekasih pria berkata, "Apa kau akan selalu bersamaku?"

Sang pria menatap wajah kekasihnya, lalu tersenyum kepadanya, "Apapun yang terjadi, aku akan selalu berada di sisimu. Hidup dan mati bersamamu."

"Terima kasih, Sayang." Disertai pelukan hangat wanita kepada pria itu.

Setelah dua tahun lamanya mereka tinggal, tiba-tiba saja sang wanita mengalami sakit jantung dan hanya bisa berbaring di kasurnya, dan selama ini, hanya sang prialah yang pergi bekerja untuk memenuhi kehidupan sehari-sehari mereka.

Setiap setelah pulang kerja, sang pria selalu menemani kekasihnya yang terbaring lemas tak berdaya di kasurnya. Pria tersebut selalu menghibur kekasihnya, dengan sabar menyuapinya makan. Sesekali sang wanita bertanya tentang pekerjaan pria itu dan pria itu selalu menjawab, "Semua baik-baik saja," sambil tersenyum.

Hingga suatu ketika, sang pria yang tidak fokus bekerja karena memikirkan penyakit kekasihnya yang tak kunjung sembuh, mendapatkan teguran dari atasannya. Karena ini bukanlah pertama kalinya ia tidak fokus dalam pekerjaannya, dan selalu melamun saat sedang bekerja. Karena sepertinya atasannya sudah tidak bisa mempertahankan pekerjaan pria itu, pria itu dipecat.

Pria itu berjalan pulang ke rumahnya dengan uang yang masih tersisa di sakunya, ia membelikan makanan untuk kekasihnya.

Seperti biasa, setelah sampai rumah, pria itu menghampiri kekasihnya dan mengusap kepala wanita tersebut.

Wanita itu membuka matanya karena merasakan usapan lembut sang pria. "Oh, kau sudah kembali. Bagaimana pekerjaanmu?" Wanita itu tersenyum.

Pria itu membalas senyum dan menjawab, "Semua baik-baik saja. Tadi aku meminta izin kepada atasanku agar dipulangkan lebih awal, karena aku ingin menemuimu, dan dia mengizinkanku."

"Kau seharusnya tidak perlu sampai seperti itu, tenang saja. Aku akan selalu menyambutmu ketika kau pulang dari bekerja. Aku yakin penyakitku ini akan membaik, karena aku selalu merasa lebih baik saat melihatmu." Dengan lembut, wanita itu mengusap pipi pria tersebut. Tangan yang sangat halus dan sangat kurus.

Pria itu tak kuat menahan air matanya, terlihat wajahnya yang sudah tidak cerah seperti dulu, terlalu banyak menanggung beban kehidupan. "Aku mencintaimu." Pria itu memeluk wanita itu dengan air mata yang mengalir di wajahnya.

"Aku juga mencintaimu, aku selalu mencintaimu. Jadi, kau tenang saja, aku akan selalu berada di sisimu."

Pria itu tetap menangis dan mendengar setiap kata yang keluar dari mulut kekasihnya.

Kemudian pria itu merasakan sesuatu yang aneh, wanita itu tidak bergerak sama sekali dalam pelukannya. "Sa-sayang, apa kau baik-baik saja?" Pria itu melepaskan pelukannya. "Hei sayang, kau kenapa?" Terlihat wanita itu terbujur kaku, memejamkan matanya.

"Kau pasti mengantuk, kau sedang tertidur, 'kan?" Pria itu berusaha tersenyum, menatap wajah wanita itu, lalu meletakkan jarinya di  bawah hidungnya, tidak ada nafas. "Sayang, bangunlah, ayo bangun, kau bilang kau akan sembuh." Pria itu menangis di tubuh sang wanita.

"Tidak, aku tidak bisa menerima ini. Aku pernah berjanji untuk sehidup semati denganmu. Dan sekarang aku akan menyusulmu." Sang pria berjalan lalu mengambil sebuah racun serangga dan kembali duduk di sebelah kekasihnya. "Dengan ini, aku akan menyusulmu." Pria itu hendak menenggak botol racun yang ada di tangannya tapi terhenti, karena mendengar suara seseorang.

"Apa kau yakin akan mengakhiri hidupmu di sini. Apa kau yakin akan mengakhiri kisah cintamu cukup sampai di sini?" Seorang pria  dengan wajah asing bersandar di sebuah tembok, ia mengenakan sebuah setelan putih hingga kaki dan tampak bercahaya, membuat senang siapa saja yang melihatnya.

Sang pria menoleh, "Siapa kau?"

"Siapa aku, itu tidak penting. Aku kesini untuk membantumu, aku tidak ingin kisah cinta ini berakhir di sini dengan cara seperti ini."

"Tahu apa kau? Kau tidak tahu apa-apa tentang kami. Pergilah kau."

"Aku yakin, jika kekasihmu masih hidup, ia tak akan mengajakmu untuk mati bersamanya, ia ingin agar kau tetap melanjutkan hidupmu. Percayalah, dengan bersabar kau akan menerima akhir yang baik untuk ceritamu. Sekarang, buanglah botol racun itu dan tetaplah hidup."

Pria itu merenung, memikirkan setiap kata pria bersetelan putih itu. "Tidak, ini sudah berakhir, aku tidak akan bisa hidup tanpanya."

Kemudian, pria bersetelan putih tersebut menghilang disertai dengan cahaya yang menyilaukan.

"Ini sudah berakhir." Tanpa basa-basi, pria itu langsung menenggak racun yang berada di tangannya. Ia berbaring di sebelah wanita tersebut, kepalanya menoleh kepada kekasihnya. "Aku akan menyusulmu."

Ketika sang pria akan menggengam tangan kekasihnya, tiba-tiba saja ia merasakan jari-jari wanita itu bergerak. Sang pria menatap lamat-lamat wajah wanita itu, merasakan bahwa sang wanita bergerak kembali, ia berusaha untuk tetap melihat wanita tersebut.

Hingga sang wanita membuka matanya, merasa semua penyakitnya telah hilang. Keajaiban telah datang. Namun sudah terlambat, sang wanita melihat pria tersebut dengan mulut mengeluarkan banyak busa dan mata yang masih terbuka dan sudah tidak bernyawa lagi. Wanita itu menangisi kepergian kekasihnya untuk selama-lamanya.

The End

Creepystory IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang