nineteen

22.1K 2.5K 59
                                    

Semoga gak makin aneh deh ceritanya..

jangan lupaa voment! happy reading.

"Jangan membuatku marah, cepat katakan siapa gadis itu!" teriak Nayeon sambil mendorong bahu gadis di hadapannya hingga membentur tembok cukup keras. Ia meringis kesakitan.

"Ma-maaf sunbae.. d-dia.." balasnya takut-takut.

"Jangan membuang waktuku! Cepat katakan siapa gadis itu!"

"Keluarkan saja dia dari sekolah ini Nay. Bukankah mudah untukmu melakukannya?" ucap Jungyeon santai dengan kedua tangan terlipat di depan perutnya dan menyender di tembok.

"Ck, itu sulit karena dia masih kelas satu. Apalagi namanya tidak begitu buruk di antara guru-guru." Balas Nayeon dengan tatapan masih ke arah gadis berambut hitam sepunggung di depannya.

"Kenapa tidak melakukan hal seperti tahun lalu? Menyebarkan fotonya dengan putung rokok berserakan di lantai. Kupikir itu paling efektif. Oh, jangan putung rokok. Itu terlalu biasa. Masukkan saja beberapa obat-obatan terlarang di tasnya saat ada razia sekolah." Usul Jihyo yang sudah mulai capek karena terlalu lama menunggu jawaban gadis dihadapan Nayeon.

Gadis itu membulatkan matanya. Ia tidak ingin keluar dengan cara memalukan seperti itu.

"D-Dia.. dia seangkatan d-denganku."

"Kau sudah bilang itu berkali-kali! Cukup katakan nama gadis di foto ini, dan kau boleh pergi. Apa susahnya sih?!" Nayeon menunjukkan foto dari ponselnya.

"D-Dia.. kelas 1-3, namanya.. namanya.." karena tidak sabar, Nayeon mencengkram kuat kedua bahunya, membuat gadis itu meringis.

"Yoo.. Yoo Eun Shin."

***

"Sial, brengsek, bodoh, idiot! Harusnya kau tidak menciumku tadi!" protes Eunshin ketika makan malam.

Siapa sangka, saat menciumnya tadi, Eunshin terbangun dan langsung mendorong Mark. Tapi kemudian gadis itu pingsan seperti biasanya. Dalam hati, Mark merasa lega ketika tau dia masih sakit. Tidak ada alasan untuk Eunshin bercerai dengannya. Setidaknya seperti itu untuk saat ini.

Sekarang, Mark harus mendengarkan ocehan anak yang belum belajar dari tadi. Salahnya sendiri belum belajar. Salahnya sendiri tertidur dan membuat Mark tergoda untuk menciumnya. Bersyukur, Mark masih bisa menahan nafsunya untuk tidak menyerang gadis itu saat tidur.

"Salahmu sendiri belum belajar tadi." Balas Mark acuh tak acuh. Ia melanjutkan makan sup sapi yang tadi dia beli di dekat rumahnya.

"Tidak, ini bukan salahku! Kenapa kau menciumku sih? Aku tidak melakukan kesalahan apapun! Aku memasang alarm jam 5 sore, dan sekarang hampir jam 7 malam!" Mark menghela nafas. Sesungguhnya ia kesal ketika Eunshin hanya menganggap ciuman darinya sebagai 'hukuman'.

"Sudahlah, cepat habiskan makananmu, lalu belajar. Keburu dingin sup nya." Kata Mark.

Eunshin masih berdecak kesal. Bisa-bisanya pria itu menciumnya saat tertidur. Apa yang akan terjadi nanti kalau Eunshin tidak bangun dan mendorongnya? Apalagi mereka sedang di ranjang.

"Po-pokoknya, jangan menciumku lagi!" ucap Eunshin sedikit kencang. Mark menelan daging di mulutnya sambil berpikir.

"Gak janji." Ucapnya kemudian.

"Ka- ugh," belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Mark langsung memasukkan sesendok nasi kedalam mulut Eunshin dengan pergerakan yang sangat cepat. Membuat gadis itu hampir tersedak kalau ia tidak cepat-cepat mengambil minum dan meneguknya.

"Jangan berlebihan. Itu hanya ciuman ringan," jawab Mark santai sambil melirik Eunshin yang sedang minum.

"Keterlaluan." Gumam Eunshin. Sedangkan Mark hanya terkekeh.

Kiss Syndrome (Mark Tuan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang