twenty two

23.9K 2.6K 155
                                    

keknya gw ngerasa cerita ini makin gaje TT

jangan bosen-bosen ya walaupun gaje :(

maklumin atu masih pemulaaaaa

jgn lupa voment guyssss

Suasana di ruang makan menjadi kurang menyenangkan. Kedua orang tua Mark terus berbicara dengan Eunshin sejak gadis itu duduk di samping mamanya.

"Kau harus makan yang banyak, sayang." Ucap mama Mark. Tentunya untuk Eunshin. Mark melihat mamanya memberikan beberapa potong daging yang dibelinya tadi.

"Ahjumma, aku bisa ambil sendiri nanti," balas Eunshin.

Mark dapat melihat ekspresi Eunshin. Gadis itu tidak terlihat senang meskipun dia ikut tertawa tadi.

"Tidak apa-apa. Kita kan biasa suap-suapan saat kamu kecil dulu. Masih ingat?" wanita setengah paruh baya itu tersenyum, membuat ayah Mark ikut tertawa lebar. Mau tidak mau Eunshin menurut dan makan dengan cepat.

"Kalau gitu kami pulang dulu, ini sudah malam." Kata Mark setelah ia menghabiskan air di gelasnya. Ibunya melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 7.12.

"Secepat itukah?" tanya ibunya dengan perasaan sedikit kecewa.

"Aku dan dia masih harus sekolah pagi besok," balas Mark sambil menunjuk Eunshin.

"Arasseo, arasseo. Eunshin, kau harus sering-sering kesini, oke?" Eunshin mengangguk pelan. Gadis itu menghabiskan minumannya.

"Kalau gitu, aku juga pamit.." ucapnya.

Eunshin mengambil tas di sofa ruang tamu, kemudian mengikuti Mark yang sudah berjalan lebih dulu.

"See you later." Kata Mark sebelum keluar dari pintu rumah orang tuanya. Kemudian pria itu masuk ke dalam mobil, diikuti oleh Eunshin.

"Hati-hati!"

***

Mark berjalan lebih dulu ketika mobilnya sudah di parkirkan di parkiran penthouse nya. Eunshin hanya berjalan di belakangnya tanpa suara. Meskipun mereka berada di lift yang sama, satupun dari mereka tidak ada yang membuka suara. Mereka tidak berbicara lagi sepulang dari rumah orang tua Mark.

Pria itu langsung pergi ke kamarnya begitu pintu terbuka. Rasanya seperti orang asing yang saling tidak mengenal. Eunshin langsung masuk ke kamarnya untuk mengambil handuk dan pakaian tidur. Kemudian dia pergi ke kamar mandi.

Setelah membuka 3 kancing kemejanya, gadis itu bercermin. Ia memperhatikan tanda merah di dadanya yang belum hilang juga.

Eunshin menyentuh pelan tanda berwarna merah itu. Ingatan tentang Mark tadi siang kembali memenuhi pikirannya. Gadis itu tidak pernah menyangka, Mark punya sisi lain yang cukup menyeramkan. Pertama kalinya ia nangis di depan laki-laki. Benar-benar memalukan.

Eunshin merenung. Ia masih tidak tau apa maksud Mark tadi.

"Apa dia mengatakannya karena dipaksa papanya?"

Eunshin menggeleng pelan sebelum akhirnya ia menyalakan shower.

***

Ini sudah hari keempat sejak kejadian itu. Mark dan Eunshin benar-benar tidak membuka topik pembicaraan. Mereka berangkat sekolah sendiri-sendiri.

Setiap pagi, selesai Eunshin membuat sarapan, ia langsung memakan jatahnya dan pergi ke sekolah. Mereka hampir tidak pernah bertemu sebelum berangkat ke sekolah karena gadis itu pergi pagi-pagi sekali.

Di sekolah juga mereka seperti orang yang tidak saling kenal.

Eunshin semakin dilanda rasa bersalah. Ia merasa ucapannya saat itu keterlaluan. Tapi Mark juga lebih keterlaluan saat itu.

Kiss Syndrome (Mark Tuan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang