twenty

23.8K 2.5K 199
                                    

Fast update nih gara-gara banyak yg komen. jadi semangat hehe

btw ini cerita kayaknya bakal banyak deh chapnya😳

2000+ words ini. jangan lupa voment!

moga ga makin aneh aja ni cerita. happy reading!

Mark merebahkan dirinya di sofa ruang tengah. Ia baru saja selesai memasak untuk makan siang. Sesekali matanya melirik jam dinding di atas TV. Sudah jam 3 siang, tapi Eunshin belum pulang juga. Padahal sekolah hari ini hanya sampai jam 12 siang.

Baru saja Mark ingin menelepon Eunshin, tiba-tiba suara pintu rumahnya terbuka. Dengan cepat, Mark bangkit dari sofa dan berjalan menuju pintu masuk.

Mark sedikit terkejut melihat penampilan gadis itu. Pakaiannya lusuh dan kotor. Wajahnya terlihat pucat. Rambutnya juga acak-acakan.

"Apa yang terjadi?" tanya Mark.

Eunshin hanya menatapnya kurang dari 3 detik, kemudian menunduk. Gadis itu menggeleng pelan.

"Eunshin, jawab ak-"

"Akh," ucapan Mark terpotong ketika pria itu menggenggam pergelangan tangan Eunshin. Gadis itu memekik, kemudian menarik tangannya dengan cepat tanpa mengangkat kepalanya.

"Katakan padaku, apa yang terjadi?" Mark mulai menatapnya tajam. Ia merasa ada yang aneh dengan gadis itu hari ini.

"Aku jatuh."

"Gak mungkin." Jawab Mark cepat, bahkan sangat cepat.

"Terserah. Minggir, aku mau istirahat. Aku capek." Eunshin langsung berjalan menuju kamarnya, tapi tangan Mark jauh lebih cepat darinya. Ia langsung menarik gadis itu ke pelukannya dengan satu tangan.

Ternyata memang ada yang aneh dengannya. Gadis itu meringis kesakitan, bahkan ketika Mark hanya menyentuh punggungnya. Pandangan Mark beralih ke kakinya. Ada 3 bagian yang membiru di kakinya.

Tanpa bicara apapun, Mark langsung mengambil tas Eunshin dari genggamannya dan melemparkannya sembarangan ke sofa. Ia menarik tangan gadis itu dan membawanya ke kamarnya. Pria itu mengunci pintu dan membiarkan kuncinya ada di genggaman nya agar gadis itu tidak kabur.

Eunshin POV

"Apa yang mau kau lakukan?" tanyaku panik.

Mark mendorong tubuhku hingga aku terduduk di samping ranjang. Tentu saja aku mulai panik sendiri. Tubuhku rasanya sakit semua setelah mendapat beberapa pukulan dari psikopat itu. Bahkan aku merasa tulang belakangku hampir retak.

Untuk saat ini aku benar-benar tidak punya tenaga lagi untuk berdebat dengannya.

Aku juga baru sadar, dunia tidak seindah dalam drama. Buktinya, tidak ada yang menolongku tadi.

"Eunshin, lepas pakaianmu." Pintanya dengan tatapan serius. Aku membelalakkan mataku. Ini pelecehan namanya!

"Mark, aku tidak ingin bercanda hari ini. Aku benar-benar lelah," ucapku pelan. Aku dapat melihat kakinya berjalan pelan ke arahku. Membuat rasa panikku bertambah.

"Lihat aku." Perintahnya.

Kemudian perlahan ia meletakkan tangannya di kedua sisi samping tubuhku. Membuatku mau tidak mau menatapnya. Wajahnya sangat dekat. Ada sedikit perasaan takut saat aku menatapnya dengan ekspresi dingin seperti ini.

Ini seperti ekspresi saat pertama kalinya kami bertemu. Wajahnya persis seperti ini. Jujur saja, ini membuatku sedikit risih. Wajah kami hanya berjarak kurang lebih 10 cm.

"Lepas jaketmu, Eunshin."

Well, hari ini aku memang menggunakan jaket merah bermotif kucing di bagian kiri atas karena sweater kesayanganku sedang di cuci.

Kiss Syndrome (Mark Tuan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang