23

531 26 0
                                    

'Eh ven, liat tuh buset adik kelas bohay bener' ucap Abdul saat sedang dibalkon kelas bersama Given memandang ke arah lapangan.

'Gendut itu ga demen gua, mending yang itu tuh. Beuhhhh' ucap Given

'Mana genduttt, segitu pas lah'

'Yaudah lu ambil aja dul, belom tentu dia mau sama lo'

'Eh ven yang ini nih bohay bener nih tuh tuh' Abdul menunjuk seseorang yang keluar dari kelasnya dan ikut bergabung bersama Given dan Abdul.

'Ye ini sih istri guaa, jelas bohay lah. Berkat guaaa' ucap Given dan ia langsung merangkul Vega, Vega yang mendengar ucapan Given mengkerutkan keningnya.

'Istri pala lo, gue masi jomblo ya' ucap Vega

'Ya kan dalam drama lo istri gue' ucap Given

'Dalam drama doang ye ven hahaha' ucap Abdul

'Ya enggak lah nanti di 7 tahun mendatang dia bakal sah jadi istri beneran gue, ya gak ve?' ucapan Given membuat Vega menahan nafasnya.

'Ah gua laper pengen jajan dulu, bhay!' Vega langsung pergi untuk menetralisirkan hatinya.
Untuk apa Given mengatakan itu?
Bahkan sekarang saja mereka sudah tidak chat seperti dulu, hanya di sekolah waktu mereka ngobrol bareng.
Given sudah tidak lagi menginjakan kakinya dirumah Vega.
Given menjauh.
Given mempunyai banyak gebetan.
Namun mengapa Given berlaku seenaknya pada Vega?
Apa dia tidak tahu bahwa vega memendam rasa?
Apa semuanya Given anggap candaan?
Benar benar tidak tau diri si Given ini, memberi harapan lalu pergi.
Dia pikir Vega tidak punya hati?

---

'WOY! OLAHRAGA SEKARANG TURUN KE LAPANGAN SEMUA!!' teriak Irfan

Hari ini ipa 1 olahraga dengan materi sepak bola, setelah semua siswi mencoba permainan yang dominannya pemain laki laki giliran siswa yang melakukan olahraga tersebut.

'Ayooo semangat para cogan kuuu' teriak Velly kepada lima orang laki laki yang sedang menari nari dengan bola dilapangan

Awal awal permainan berjalan lancar, namun setelah 10 menit bermain, Given seperti menahan sesak didadanya.

'Ve, si given lagi akting atau beneran si?' tanya Chindy pada Vega

'Akting kali, biar pada perhatian ke dia' ucap Vega seadanya

'Tapi ve, kayaknya dia beneran deh. Liat dia pucet ve' ucap Ana, Vega masih menahan diri untuk tidak cemas. Namun dalam hati ia membenarkan perkataan Ana, teman kelasnya tidak ada yang sadar.

Vega melihat Given semakin lama semakin susah mengatur nafasnya, ia langsung berlari membeli minuman botol untuk Given. Setelah guru olahraga meniupkan peluit tanda istirahat, Vega langsung menghampiri Given yang terduduk di dalam gawang.

'Nih minum' Vega menyodorkan minuman botol yang tadi ia beli, Given tidak menjawab ia langsung meneguknya dengan buru buru sampai ia pun tersedak.

'Kalau aus ya pelan pelan minumnya, ga akan ada yang minta' ucap Vega, Given hanya diam. Tidak biasanya Given tidak membalas ucapan Vega, Given menarik tangan Vega dan menaruhnya di pelipisnya dan Given mengisyaratkan agar Vega memijit pelipisnya.

'Lo kenapa si ven?' Vega memijit pelipis Given, dan ia yakin kali ini Given benar benar kesusahan mengatur nafasnya.

'Kalo ga kuat, jangan dipaksa. Gue bilang ya lo ga usah ikutan lagi' Ucap Vega saat peluit tanda mulai dibunyikan lagi.

'Ga, makasih ve' Given langsung bangkit dan mengikuti permainan itu lagi. Namun, tidak lama ia bermain Given pun terjatuh dan batuk tidak berhenti. Vega panik dan menghampiri Given, lalu dibantu teman teman lain Given dibawa ke kelas.

Seisi kelas panik akan keadaan Given yang seperti orang sesak nafas.

'Aaaa Given jangan mati plis ven'

'Given bertahan yaaa'

'Given lo kenapa'

'Given lo kenapa'

'Woy! Lo semua alay tau ga! Orang sesek gini lo pada teriak suara cempreng,ganggu. Biarinin Vega yang urus ga usah pada ribet!' teriak Ferdi yang gemas mendengar teriakan alay teman kelasnya.

'Veeen, kalo ga kuat gua bilang juga gausah ikutan. Minum lagi nih' Vega mengipas ngipaskan buku ditangannya agar Given mendapat udara, ia sambil memijat pelipis Given.

'Eneg gue ve' dengan suara sekuatnya Given membalas ucapan Vega.

Akhirnya Vega mengolesi minyak kayu putih pada tengkuk leher Given dan mengipaskan Given, lama kelamaan Given sudah mulai bisa mengatur nafasnya. Given pun duduk dengan menyenderkan kepalanya pada bahu Vega.

'Makasih ya ve sorry jadi repotin lo gini' ucap Given

'Santai aja ven, lo kenapa si emangnya?'.

'Gue ga tau ve, tiba tiba aja sesek'

'Lo ngeroko?'

'Boro boro ve, asep rokoknya aja gue ga suka'

'Yaudah bagus kalau lo ga ngeroko'

'kok lo mau si ngurusin gue? Gue kira lo cewek yang bodoamatan, gue pikir tadi lo bakal cuekin gue bodoamat gue mati atau engga hahaha'

'Eh ven, lo liatnya Vega emang bodoamatan kan? Tapi ke lo engga dia sampe ngurusin sendiri, sadarlah berarti lo spesial buat dia' ucap Ferdi yang sukses membuat Vega membulatkan matanya tak percaya.

'apasi fer, martabak kali spesial' ucap Vega gelagapan

'telornya dua ya,  gue dua.  Berarti gue spesial kan buat lo' ucap Given yang membuat Ferdi dan juga yang lain tertawa terbahak bahak, tetapi tidak dengan Vega ia tampak bingung apa yang ditertawai mereka.

'gue yakin, vega ga ngerti' ucap Ferdi dan Vega hanya menggelengkan kepalanya.

'gapapa ga usah ngerti,  lo polos aja gue sayang gimana lo agresif.  Aduh bahaya dah' ucap Given

'sayang sayang,  urusin dulu tuh napas lu. Engap engapan aja masih weh drama,pencitraan, ew' ucap Vega dan meninggalkan Given dan yang lain menuju toilet mencuci tangannya yang bau minyak kayu putih.

'kan, selalu kayak gitu.  Veeeeeee!!'

Ipa rasa IpsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang