23

814 21 0
                                    

Hari ini adalah syukuran 7 bulanan Afifah, semua tamu yang datang sudah memenuhi seisi rumah mereka tak lupa keluarga besar mereka pun kumpul dan teman teman Afifah.

Rike dan Dian pun sengaja pulang ke Indonesia karena hanya ingin hadir ke acara sahabatnya, kebetulan mereka sedang libur.

Rike dan Dian tidak memberitahukan kepulangannya kepada Afifah ia takut jika Afifah tidak mengizinkannya hanya kerabatnya yang lain yang mengetahui nya.

Afifah masih di dalam kamar nya bersama Reza dan kedua orang tua mereka yang sedari tadi mengelus perut buncit Afifah.

"Akhirnya jadi nenek juga, cepet lahir ya cucu nenek" jawab ibu Afifah

"Aduh bentar lagi kita nimang cucu ya Bu, ngga nyangka ya perasaan baru kemaren saya nimang Reza sekarang nimang anaknya" ucap mamah Reza yang di tertawa kan oleh seisi kamar.

"Aduhhhh ibu ibu rumpi hayu ah turun tamunya udah rame noh" ujar Reza

Mereka pun kebawah bersama dan tak lupa Reza menuntun Afifah selama berjalan menuju luar Reza terus memegangi perutnya Afifah.

"Anak ayah jangan nakal ya sayang, kasian bundanya " ucap Reza yang membuat Afifah tersenyum.

"Massss" jerit Afifah

"Apa? Kamu kenapa sayang?" Tanya Reza panik.

"Dia nendang" ucap afifah manja

"Tuhkan nakal ya" ucap Reza gemas.

Mereka pun turun kebawah dan melihat ramai sekali keadaan rumahnya tidak nyangka ternyata seramai ini acara mereka.

Selesai syukuran Afifah melaksanakan adat dari jawanya itu, acaranya adalah sbb:

Pelaksanaan

Mitoni berasal dari kata pitu yang berarti angka tujuh. Dasar kreatif, kata bilangan itu kemudian dipakai oleh orang Jawa sebagai simbol yang mewakili kata kerja. Pitu menjadi pitulungan, saling mohon berkat pertolongan dari Yang Maha Kuasa.

Tahap pelaksanaannya berurutan, bermula dari siraman, brojolan dan terakhir pemakaian busana. Sangat cocok dilaksanakan pada sakit hari, ngiras mandi sakit. dan dihadiri oleh segenap sanak kadang, para tetangga dan handai taulan.

Siraman

Siram hukum mandi Siraman berarti memandikan. Dimaksudkan untuk bersih dan menyucikan calon ibu dan bayi yang sedang dikandung, lahir maupun batin. Siraman dilakukan di tempat yang disiapkan secara khusus dan didekor indah, disebut krobongan.Atau bisa juga dilakukan di kamar mandi.

Sesuai tema, jumlah angka tujuh atau pitu kemudian dipakai sebagai simbol. Air yang dipakai diambil dari tujuh sumber, atau bisa juga dari udara mineral berbagai merek, yang ditampung dalam jambangan, yaitu sejenis ember bukan dari plastik tapi terbuat dari terakota atau kuningan dan ditaburi kembang setaman atau sritaman yaitu bunga mawar, melati, kantil dan kenanga. Aneka bunga ini melambangkan kesucian. Tujuh orang bapak dan ibu teladan dipilih untuk tugas memandikan.Seolah tanpa saingan, yang pasti terpilih adalah calon kakek dan neneknya.

Tanpa tetek bengek seperti anting, atau gelang akar bahar, dan hanya penuh lilitan jarit (kain batik), calon ibu dibimbing menuju ke tempat permandian oleh tamu atau dukun wanita yang telah ditugasi.

Siraman diawali oleh calon kakek, next calon nenek, lanjutan oleh yang lainnya. Dengan cara menuangkan atau mengguyurkan udara yang berbunga-bunga itu ke tubuh calon ibu dengan menggunakan gayung yang terbuat dari batok kelapa yang masih berkelapa atau masih ada dagingnya.

Bunga-bunga yang menempel disekujur badan dibersihkan dengan udara terakhir dari dalam kendi. Kendi itu kemudian dibanting kelantai oleh calon ibu hingga pecah. Jika cucuk atau paruh kendi masih terlihat mengacung, hadirin akan berteriak: "Cowok! Laki Jagoan! Harno! " Dan komentar-komentar lain yang agak tertinggal nanti. Tapi jika kendi pecah berkeping-keping, yakin dia nanti bakal cewek, dan kendi yang di jatuhkan Afifah itu pecah berkeping-keping.

Acara ini bisa berlangsung sangat meriah. Para tamu berdesak ingin melihat dan ramai berkomentar, sementara sang MC dengan semangat menyiarkan berita seputar pandangan mata.

Siraman selesai, bernyanyi calon ibu yang basah kuyup dari ujung rambut sampai ujung kaki terjemahkan dengan barang dan pengering rambut agar tidak perlu kerokan, masuk angin.

Brojolan

Calon ibu kini berbusana kain jarit yang diikat longgar dengan letrek yaitu sejenis benang warna merah putih dan hitam. Merah melambangkan kasih sayang calon ibu, putih melambangkan tanggung jawab calon bapak atau bokap untuk kesejahteraan keluarga nanti.Warna hitam melambangkan kekuatan Yang Maha Kuasa yang telah mempersatukan cinta kasih kedua orang tuanya. Tidak ada letrek, janur pun jadi

Calon nenek memasukkan tropong (alat tenun) ke dalam lilitan kain jarit kemudian dijrew kebawah. Ini tahan sebagai pengharapan agar proses kelahirannya kelak, agar sang bayi bisa brojol lahir dengan lancar. Tidak ada tropong, telur ayam pun jadi.

Dilanjutkan dengan acara membrojolkan atau meneroboskan dua buah kelapa gading yang telah digambari lewat lilitan kain jarit yang dikenakan oleh calon ibu. Sepasang kelapa gading itu bisa ditato gambar Kamajaya dan Dewi Ratih atau Harjuna dan Sembadra atau Panji Asmara Bangun dan Galuh Candra Kirana.Kita tinggal pilih. Para selebriti perwayangan itu dikenal berwajah cantik dan ganteng.Harapannya adalah agar anak yang lahir kelak bisa keren seperti mereka. Kelapa yang mbrojol ditangkap oleh salah seorang ibu untuk nanti diberikan kepada calon bapak.

Calon bapak gembala yang ingin bangun calon ibu tadi dengan keris yang ujungnya sudah diamankan dengan ditutupi kunyit, atau bisa juga menggunakan parang yang sudah disukai untaian bunga melati. Ini melambangkan kewajiban suami untuk segala halangan dalam kehidupan keluarga.

Setelah itu calon bapak akan memecah salah satu buah kelapa bertato tadi dengan parang, bener tebas. Bila buah kelapa terbelah menjadi dua, maka hadirin akan berteriak: "Perempuan!" Bila tidak terbelah, hadirin boleh berteriak: "laki-laki!" Dan sela kelapa luput dari sabetan, karena terlanjur menggelinding sebelum dieksekusi misalnya, maka adegan boleh diulang. Dan sudah tau kan jawabannya? Yang di pecahkan Reza pun terbelah menjadi dua.

Pemakaian Busana

Selesai brojolan, calon ibu dibimbing keruangan lain untuk dikenai busana kain batik atau jarit berbagai motif, motif sido luhur, sido asih, sido mukti, gondo suli, semen raja, babon angrem dan terakhir kain lurik motif lasem. Kain lurik motif lasem melambangkan cinta kasih antara bapak dan ibunya. Kain-kain yang tujuh motif itu berlaku bergantian urut satu persatu.

Setiap berganti sampai kain yang ke enam, salam akan bertanya kepada hadirin sudah pantas atau belum, dan hadirin akan menjawab serentak: "belum!" Saat kain ke tujuh atau terakhir, yaitu kain lurik motif lasem, barulah hadirin sudah. Sudah pantas dan selayaknya.

Keenam kain lain yang tidak layak pakai itu kemudian dijadikan alas duduk calon bapak ibunya. Gaya pendudukan seperti ini disebut angreman, bukan gambaran bapak pelihara ayam yang sedang mengerami telurnya.

Sebelum matahari terbenam, sebelum ayam tertidur, semua rangkaian upacara ini sudah bisa dirampungkan, tuntas, tas.

Acaranya pun berjalan lancar Afifah yang merasa lelah pun langsung menuju kamar dan berisitirahat begitupun Reza.
















Hope you like it guys 😘😘😘
Sekaligus update 2 part ya hehe. Maaf di buat nunggu terus 😥
Buat orang Jawa yang baca maaf kalau ada salah karena aku taunya cuma itu wkwk.

Voment nya jangan lupa 😉

Happy reading guys 👐👐👐👐

Takdir cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang