Bab 3

2.1K 134 7
                                    

          Hari pertama sekolah

****

Di sebuah ruangan yang terlihat sangat luas, dengan lantai, atap dan dindingnya yang serba berwarna putih, kulihat seorang pria dengan setelan jas putihnya duduk di kursi piano seraya memainkan jari-jarinya di atas keyboard piano menghasilkan musik yang sangat indah didengar, aku yakin siapapun akan terpukau mendengar permainannya

Tapi..

Tiba-tiba saja ia menghentikan permainannya, dan perlahan kepalanya bergerak menoleh ke belakang,

Degh!

Jantungku seakan berhenti berdetak sepersekian detik saat melihat matanya yang menatapku tajam, selama beberapa saat aku hanya diam terpaku di tempatku dengan tubuh bergetar hebat, rasanya seakan separuh tubuhku tertanam ke dasar bumi hingga membuatku sulit untuk bernapas, ya dia adalah pria yang sama, pria yang berkali-kali mencoba menyakitiku

Dengan langkah berat perlahan aku melangkah mundur menghindarinya, namun dengan sigap ia beranjak dari duduknya menghampiriku dengan langkah lebarnya dan langsung menyudutkanku ke tembok, kini ia berdiri di hadapanku dengan sedikit menundukkan wajahnya, ia mengunciku dengan kedua tangannya, menghapus jarak diantara kami, napasku memburu semakin tak beraturan saat merasakan hembusan napasnya di telingaku

"Aku merindukanmu" Bisiknya di telingaku

"Haaahhkk!!" Aku terbangun membuka mata dengan napas tak beraturan dan getaran yang masih kurasakan di sekujur tubuhku, dinginnya AC di ruangan ini tak menghalangi keringat yang jatuh bercucuran membasahi pelipisku,
seakan ingin membuktikan betapa takutnya aku saat ini, sungguh mimpi ini lebih menakutkan dari apapun

****

Pagi ini untuk yang pertama kalinya aku akan bersiap untuk pergi ke sekolah, sekolah, astaga hanya dengan memikirkannya saja aku sudah sangat gugup, bagaimana setelah aku tiba di sana nanti, apakah aku bisa menjalani ini. Tidak Marlyn, kau sudah mengambil keputusan, kau tidak bisa mundur lagi sekarang, lagipula, ini demi kak Mike

Untuk yang terakhir kalinya aku menatap bayangan diriku di cermin, setelah merasa yakin dengan semua atribut sekolah yang melekat pada diriku saat ini, seperti seragam, tas ransel, dan sepatu berwarna hitam dengan bantuan gips di kaki kiriku tentunya,

Aku melangkah keluar menghampiri kakak yang sudah menungguku di halaman depan rumah seraya memainkan ponselnya, perlahan namun pasti aku melangkah mendekatinya yang sedang menyandar di mobil Lamborghini Veneno warna silver miliknya

"Ehemm," Aku berdeham untuk menyadarkannya, perlahan ia mengangkat wajahnya menatapku lekat

"Kau terlihat cantik" Komentarnya dengan senyum yang terangkat di sudut bibirnya

Aku tersenyum kaku seraya mengedikkan bahuku, sungguh seragam ini benar-benar membuatku tidak nyaman

"Kita berangkat sekarang?" Tawarnya

"Hm," Aku mengangguk mengiyakan

Dan tanpa berlama-lama lagi kamipun langsung bergegas masuk ke mobil menuju tempat yang akan kukunjungi setiap harinya, jujur saja aku merasa sangat gugup, selama perjalanan aku bahkan tak henti-hentinya meremas ujung rokokku berusaha untuk bersikap setenang mungkin, ya ini untuk yang pertama kalinya aku akan pergi dari rumah meninggalkan zona nyamanku yang selalu berada dalam jangkauan kakakku, sebelumnya aku bahkan tidak pernah pergi kemanapun tanpanya, tapi sekarang aku akan pergi ke tempat dimana ada ribuan manusia di sana

"Marlyn" Panggil Kak Mike yang membuyarkan lamunanku

"Ng?" Aku menoleh padanya

"Kau yakin dengan keputusanmu ini?"

Androphobia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang