Bab 25

1K 73 11
                                    


********

"Kenapa harus Korea?" Ucapnya pelan namun penuh dengan penekanan, terpancar aura kebencian di matanya saat aku menyebutkan. Korea

"Karena aku menginginkannya" Jawabku

"Ada begitu banyak tempat di dunia ini yang bisa kita kunjungi, kenapa harus Korea?"

"Karena Ayah tinggal di sana"

"Lalu?"

"Aku ingin menghabiskan liburan akhir semester-ku bersama dengannya"

"Kenapa tiba-tiba sekarang kau jadi peduli padanya?"

"Dia Ayah kita kan, bagaimana mungkin aku tidak mempedulikannya, dan lagipula bukankah sudah tiga tahun kita tidak bertemu dengannya, apa kakak tidak merindukannya?"

"Tidak, untuk apa? Sekalipun dia tidak pernah datang untuk mengunjungi kita, jadi kenapa kita harus peduli padanya?"

"Lalu apa yang akan terjadi jika Ayah mengunjungi kita, apa kakak akan menyambutnya dengan baik? Tidak kan, kakak pasti akan mengacuhkannya, seperti Ibu yang selalu kakak acuhkan setiap kali mengunjungi kita"

"Marlyn aku sedang tidak ingin berdebat denganmu" Ucapnya seraya mengusap wajahnya dengan gusar, seolah menunjukkan kekesalannya
"Sekali aku bilang tidak, tetap tidak, kau boleh pergi kemanapun yang kau mau, tapi tidak dengan Korea"

"Ini tidak adil, kakak bilang jika aku berhasil masuk dalam ranking 3 besar di sekolah, kakak akan mengabulkan satu permintaanku, tapi lihat apa yang terjadi sekarang?"

"Marlyn, kakak bukannya tidak mau mengabulkan keinginanmu, kakak hanya tidak ingin kau kembali lagi ke negara itu!"

"Tapi kenapa?"

"Itu juga yang ingin kutanyakan, kenapa harus Korea? Kita bisa pergi ke Paris. Belanda. Swiss. Jepang, Brazil. Itali. Amerika. Atau kemanapun yang kau inginkan, itu tidak masalah!"

"Tapi aku hanya ingin pergi ke Korea, aku ingin menghabiskan liburanku bersama dengan Ayah!"

"Baiklah, jika memang hanya itu alasannya, kakak akan menghubungi Ayah, kakak akan memintanya untuk datang kemari, agar kau bisa menghabiskan liburanmu bersama dengannya. Puas?"

"Tidak, aku ingin pergi ke sana, aku ingin mengenang masa laluku di sana"

"Harus berapa kali kukatakan, berhenti membahas tentang masa lalu!" Bentaknya yang seketika membuatku tersentak

"Kenapa kakak tidak mengerti, aku ingin menyembuhkan phobiaku"

"Kau bisa melakukannya tanpa harus mengungkit-ngungkit lagi soal masa lalumu kan?"

"Dokter Maya bilang, jika aku ingin menyembuhkan phobiaku dan menghilangkan semua mimpi buruk ini, maka aku harus mulainya dari masa laluku, aku harus mencari tahu apa yang terjadi di masa laluku, hingga aku jadi seperti ini?"

"Oh! Jadi semua ini karena dokter Maya, dia yang menyarankanmu untuk melakukan semua ini bukan?" Ucapnya yang menatapku dengan mata elangnya
"Baiklah kalau memang begitu. Mulai sekarang kau tidak boleh lagi bertemu dengannya, berhenti menemui dokter Maya. Aku melarangmu!"

Brakk!!..

Ia melangkah keluar dengan membanting pintunya yang seketika membuatku tersentak. Aku tidak tahu kenapa dia selalu marah setiap kali aku mengungkit tentang masa laluku, sikapnya itu menunjukkan kalau seakan-akan ada sesuatu di masa laluku yang tidak boleh kuketahui. Tapi apa? Dan kenapa?

Drrrrrttt... Drrrrrttt...

Tiba-tiba ponselku bergetar menandakan pesan masuk. Kunyalakan layar ponselku dan membaca notifikasi yang dikirim Farei padaku

Androphobia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang