Bab 11

1.2K 101 2
                                    


Berhenti sekolah

***

23:30
Seoul korea selatan

Langit gelap disertai awan mendung, kami berboncengan menerjang angin yang berhembus kencang bersamaan dengan tetesan gerimis yang perlahan mulai meninggalkan jejaknya di sepanjang jalan, kututup mataku dengan menyandarkan kepalaku pada punggung tegapnya yang membuatku merasa nyaman, ia membawaku berkeliling menyusuri setiap jalanan di kota Seoul, lalu kami menepi di pinggiran sungai Han

"Indah bukan?" Komentarnya saat melihat bulan purnama memancarkan sinar dengan sempurna terpantul di udara sungai Han yang berwarna hitam pekat

"Kudengar tempat ini menjadi tujuan utama para turis karena keindahannya, tidak heran kenapa banyak sepasang kekasih yang mau menghabiskan waktunya berlama-lama di tempat ini"

"Kudengar tempat ini juga menjadi tujuan utama untuk bunuh diri" Timpalku

"Hei!"

"Kau lihat jembatan itu?" Aku menunjuk jembatan sungai Han yang dipenuhi dengan lampu berwarna-warni di bawah naungan air terjun di sisi kiri dan kanannya
"Kudengar banyak orang yang mati bunuh diri karena terjun dari sana"

"Dasar perusak suasana" Gerutunya

"Kenapa kau mengajakku kemari?" Tanyaku

"Harusnya kau bilang, terima kasih sudah mengajakku kemari"

"Terimakasih sudah mengajakku kemari. Puas!"

"Lupakan saja" Ia memalingkan wajahnya dengan kesal

"Hei, aku bersungguh-sungguh, terima kasih sudah mengajakku kemari, kau membuatku merasa lebih baik"

"Jika kau sungguh ingin berterimakasih, harusnya kau memberiku sesuatu" Ia tersenyum menyeringai

"Apa"

"Beri aku ciuman"

"Apa?" Aku mengerjap kaget

"Aku bilang, beri aku ciuman" Ia mulai mendekatkan wajahnya padaku, semakin dekat-semakin dekat, hingga tak ada jarak diantara kami, refleks aku langsung mendorongnya menjauh dariku

"Apa yang kau lakukan?"

"Kupikir kau juga menyukaiku"

"Kupikir kita adalah teman"

"Jadi kau menolakku?"

"Jihyuk--"

"Lupakan, aku tidak ingin mendengarnya" Ia terdiam dengan memalingkan wajahnya dariku seakan tahu apa yang akan kukatakan, dan selama beberapa saat atmosfer diantara kami serasa begitu canggung saat kami hanya terdiam seakan hanyut dalam pikiran masing-masing

"Aku tahu apa yang ingin kau katakan" Ucapku yang memecahkan keheningan diantara kami
"Tapi untuk saat ini, aku mohon tolong jangan tanyakan apapun, karena aku belum siap untuk itu"

"Kau tahu?" Ia kembali menatapku
"Kau baru saja menolak Jihyuk, seorang Idola di SMA SOPA, gadis-gadis disana bahkan akan melakukan apapun hanya untuk bisa berkencan denganku" Candanya yang seketika mencairkan suasana diantara kami

"Mereka terlalu berlebihan" Komentarku datar

"Memang sulit bicara pada seseorang yang tidak memiliki selera humor"

"Mungkin jika kau sudah menjadi Idola di Korea, aku akan memikirkannya"

"Jadi maksudmu jika aku menjadi Idola di korea, kau akan mengizinkanku menciummu" Ia menaikkan sebelah alisnya dengan senyum yang tersungging di bibirnya

Androphobia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang