Bab 15

1.1K 98 5
                                    

                       Ledakan

*  *  *

"Marlyn cepat kita sudah terlambat"  Teriak kakak yang berdiri di depan mobilnya

"Ya, aku datang"  Ucapku yang berlari menuruni tangga dengan terburu-buru, tapi tiba-tiba aku tersandung dan terjatuh dengan posisi tangan dan lutut yang membentur lantai

"Awwhh.."   Ucapku seraya memegangi lututku yang terluka

"Astaga, bukankah sudah kubilang berkali-kali jangan berlari!! Apa kau lupa kalau kau memakai Gips?"  Ucap kakak yang menghampiriku

"Bukankah kakak yang menyuruhku untuk cepat?"

"Aku bilang cepat, bukannya lari, sudahlah. Ayo, nanti kau terlambat"  Ucap kakak yang membantuku berdiri dan memasuki mobil

Dalam perjalanan ke sekolah aku berusaha membersihkan luka di lututku dan membalutnya dengan plester

"Apakah sakit?"  Tanya kakak seraya menyetir dengan pandangan lurus ke depan

"Tidak"  Jawabku yang masih sibuk membersihkan lukaku

"Harusnya kau hati-hati"

"Hmm"

"Marlyn, bagaimana keadaan teman sekolahmu yang menjadi korban tabrak lari waktu itu. Apa dia sudah sadar?" 

"Apa?"  Aku menoleh menatapnya
"Hm. Setahuku tidak"

"Lalu, apa polisi sudah menemukan pelakunya?"

"Aku tidak tahu, bukankah kakak yang menyuruhku untuk jangan terlibat. Kenapa tiba-tiba sekarang kakak menanyakannya?"

"Tidak papa, aku hanya penasaran. Tapi kau benar-benar tidak ada hubungannya dengan mereka kan? Ingat, aku tidak mau kau sampai berurusan dengan mereka"

"Aku tahu, kakak sudah berkali-kali mengatakannya?"

"Baguslah kalau kau mengerti"

Saat mobil yang kami tumpangi berhenti di depan gerbang sekolah, kulihat siswa siswi berlarian memasuki gerbang yang akan segera di tutup

"Aku sudah terlambat!!"  Ucapku yang segera membuka pintu mobil dan berlari menuju gerbang

"Jangan berlari!!"  Teriak kakak dari dalam mobil

"Tunggu dulu"  Ucapku saat melihat pak Indra (satpam penjaga sekolah) akan menutup gerbangnya

"Kau terlambat satu menit"  Ucap pak Indra

"Aku tahu, tapi ini tidak di sengaja pak. Lihat?"  Ucapku seraya menunjukkan lututku yang terluka
"Tadi karena terburu-burunya aku sampai terjatuh"  Lanjutku dengan memelas

"Huh! Baiklah, kau boleh masuk"  Ucap Indra yang kembali membuka gerbangnya

"Terima kasih"  Ucapku yang membungkuk hormat

"Tunggu, tunggu dulu!!"  Teriak Maxi yang berlari menghampiri kami
"Huh! Syukurlah, aku belum terlambat"  Lanjutnya dengan ngos-ngosan

"Kalian berdua cepat masuk. Bell sudah berbunyi sejak tadi"  Ucap Indra yang seketika membuat kami segera berlari melewati lapangan dan menyusuri koridor

"Tunggu dulu"  Ucap Maxi yang menghentikan langkahku

"Ada apa? Kita sudah terlambat?"

"Biar kubawakan"  Ucapnya yang tiba-tiba mengambil alih ranselku dari punggungku

"Hey, apa yang kau lakukan? Sini Kembalikan padaku"  Ucapku yang berusaha merebut kembali ranselku darinya

"Astaga, kenapa ranselmu berat sekali, apa kau memasukkan seluruh isi rumahmu disini?"  Ucapnya saat menyelipkan ranselku di punggungnya

Androphobia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang