Bab 51

390 41 12
                                    

                            * * *

"Aku pulang" Seruku begitu menginjakkan kaki di rumah, setelah melepas sepatuku dan meletakkannya di rak sepatu dekat pintu, perlahan aku melangkah menaiki tangga mencari keberadaan Ayah dan Ibuku

"Ayah, Ibu" Aku membuka pintu kamar melemparkan tas sekolahku ke atas ranjang dan kembali mencari keberadaan kedua orang tuaku, aku mencari keberadaan mereka di seluruh penjuru ruangan, di kamar, di dapur, bahkan di gudang tempat penyimpanan makanan, namun hasilnya nihil, mereka tidak ada dimana pun

Brak!

Tiba-tiba kudengar suara gaduh dari lantai bawah yang berasal dari ruang kerja Ayah, cepat-cepat aku langsung berbalik kembali menuruni tangga untuk melihat apa yang terjadi, dari balik celah pintu yang sedikit terbuka kulihat Ayah dan kak Mike nampak saling bersitegang dengan argumennya masing-masing, aku tidak tahu apa yang mereka perdebatkan, aku tidak bisa mendengarnya dari sini, tapi dari raut wajah mereka berdua, terlihat sekali bahwa itu adalah sesuatu yang sangat serius, karena itu aku tidak berani mendekat dan hanya melihatnya dari sini

Plak!

Aku membekap mulutku saking terkejutnya saat tiba-tiba saja Ayah melayangkan tangannya menampar kakak, sungguh ini sangat tak terduga, aku tidak menyangka bahwa Ayah bisa melakukan hal itu pada kak Mike

Kringg... kringg... kringg...

Aku mengerjap membuka mata ketika tiba-tiba kudengar suara bel berbunyi yang terdengar begitu nyaring di telingaku, ada apa denganku, dimalam hari aku sulit tertidur, tapi kenapa sekarang aku malah tidur di kelas hanya dengan melipat tangan di atas meja dan menyembunyikan wajahku seperti ini

Dan suasana kelas yang begitu riuh menyadarkan ku bahwa yang kulihat tadi hanya sebuah mimpi, tapi ini bukan untuk yang pertama kalinya kan, entah sudah berapa kali aku bermimpi seperti ini, bayangan akan Ayah yang menampar kak Mike terus membayang-bayangiku seperti teka-teki yang tak bisa ku pecahkan

"Marlyn!" Aku terperanjat dan langsung menegakkan punggungku menatap lurus ke depan ketika kudengar suara bentakkan kak Joe yang mendominasi seisi kelas

Sial, aku pasti akan dapat masalah

"Ikut aku sekarang!" Perintahnya singkat, jelas, padat, seperti tak mau dibantah

Jelas saja, siapa guru yang tidak akan marah melihat muridnya tidur di kelas saat dirinya mengajar, tapi kenapa dia baru membangunkan ku setelah bel istirahat berbunyi, dengan malas aku bangkit dari dudukku mendorong bangkuku ke belakang, namun gerakanku terhenti saat tanpa sengaja kudapati Sam tengah menatapku dengan menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi di belakangnya, sungguh tadinya kupikir dia benar-benar akan di skors selama seminggu, tapi baru dua hari ia tidak masuk sekolah sekarang ia sudah duduk manis di bangkunya seperti tidak pernah terjadi apapun, mungkin karena dia adalah anak dari pemilik sekolah ini, dan kuyakin orang tuanya pasti sudah menyelesaikan masalahnya, harus kukatakan kekuatan koneksi itu sangat mengerikan

Merasa tak perlu mempedulikannya cepat-cepat aku beranjak meninggalkan kelas mengikuti kak Joe dari belakang, tadinya kupikir ia akan menghukumku atau setidaknya mengomeliku di ruang guru, namun diluar dugaan ia malah membawaku ke taman belakang sekolah, satu-satunya tempat yang kutahu bisa berbicara dengan leluasa tanpa diketahui siapapun, selain rooftops

"Kenapa hanya berdiri di sana, kemarilah" Tegur kak Joe seraya memiringkan kepalanya memberiku isyarat untuk menghampirinya

Ya, pria berwajah Asia yang memiliki postur tubuh tegap dengan tinggi 187 cm itu berdiri menyandarkan punggung tegapnya tepat di belakang tembok sekolah dengan sedikit mendongak ke atas menatap dedaunan yang jatuh berguguran kala angin bertiup, tatapan matanya nampak sendu seperti memikirkan sesuatu, tanpa berkomentar apapun aku ikut bersandar di sebelahnya menatap daun kering berwarna coklat kemerahan yang kini menjadi pusat perhatiannya

Androphobia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang