Bab 24

1K 71 2
                                    

                            ******

Marlyn, jika aku pergi, apakah kau akan merindukanku?

Memangnya kau mau pergi ke mana?

Jawab saja

Baiklah, aku akan merindukanmu

Kenapa?

Karena kau adalah sahabatku

Hanya itu? Kupikir kau akan bilang karena aku mencintaimu

Astaga, kenapa kau begitu percaya diri?

Karena aku pintar, tinggi, dan juga tampan

Huh! Yang benar saja

Apa kau percaya takdir?

Takdir?

Ya, jika kita ditakdirkan bersama, apapun yang terjadi, dan sejauh manapun aku pergi, kita pasti akan bertemu kembali, tapi sebaliknya jika kita tidak ditakdirkan untuk bersama, apapun yang terjadi nanti, pada akhirnya kita pasti akan tetap berpisah

Kenapa kau bicara seolah akan pergi jauh dan tidak akan pernah kembali lagi

Kenapa, apakah kau sudah mulai merindukanku?

Yang benar saja

Tapi.. Jika suatu hari nanti aku benar-benar akan pergi, kuharap kau akan baik-baik saja

"Haahh!!"  Aku terbangun membuka mata dengan napas tersengal dan keringat yang membasahi pelipisku

Mimpi, lagi-lagi aku memimpikannya, kenapa setiap kali memimpikannya hatiku terasa sakit, dadaku terasa sesak, seolah baru kehilangan sesuatu yang sangat berharga, aku bahkan tidak bisa menghentikan air mataku yang terus mengalir membasahi pipiku, tanpa sadar aku menangis di tengah malam tanpa alasan, rasanya sangat menyakitkan, menangisi sesuatu yang aku bahkan tidak tahu alasannya

Kulihat jam yang menggantung di dinding kamarku, waktu menunjukkan pukul 00:00 wib, kenapa aku selalu terbangun tepat di jam dua belas malam, dan itu karena bermimpi buruk

Aku turun dari ranjang, melangkah keluar menuruni tangga menuju ke dapur, aku membuka lemari es untuk mengambil sebotol air mineral dan meneguknya, setelah selesai aku kembali menaiki tangga dan menuju ke kamarku, tapi langkahku terhenti saat mendengar suara kak Mike dari arah balkon yang terdengar seperti sedang berbicara dengan seseorang

Tengah malam begini, kakak bicara dengan siapa

Perlahan aku melangkah mendekat untuk melihat siapa yang sedang bicara dengannya, dari kejauhan kulihat kakak sedang berhadapan dengan seorang wanita yang mengenakan piyama berwarna putih, sangat kontras dengan rambut merahnya

Lyn

Apa yang mereka bicarakan tengah malam begini

"Lyn, kau tahu kalau aku sudah menganggapmu seperti adikku sendiri, aku tidak ingin merusak hubungan ini, hanya karena perasaanmu yang tiba-tiba itu"

"Bukan tiba-tiba, kakak tahu kalau aku sudah memiliki perasaan ini sejak lama"

"Tapi aku sama sekali tidak memiliki perasaan apapun padamu, kau sudah seperti adikku, sejak kecil kita tinggal bersama, kita sering bermain dan menghabiskan waktu bersama, dan tiba-tiba sekarang kau ingin bilang kalau kau mencintaiku, bukankah itu aneh?"

"Lebih aneh lagi saat kau menganggap orang lain seperti adikmu, dan adikmu seperti orang lain"  Ucap Lyn yang seketika membuat tubuh kakak menegang

Androphobia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang