Bab 5

1.7K 123 2
                                    

                     Teman baru

****

Kala senja di musim panas, di sebuah padang rumput yang gersang, angin bertiup dedaunan beterbangan, ranting-ranting bergoyang menimbulkan bau harum dari pepohonan di sekitar, aku berbaring sendirian di atas rerumputan yang kering menikmati angin yang perlahan mulai bergerak lembut menggoyangkan rerumputan, suara burung berkicau terdengar riuh diantara pepohonan seakan ingin menemaniku yang sedang berbaring sendirian disini, perlahan namun pasti, matahari mulai terbenam di ujung lautan, menyisakan pemandangan sunset detik-detik sebelum matahari terbenam,

"Marlyn" Panggil seorang laki-laki yang memakai seragam sekolah, yang sama sepertiku, dia berlari ke arahku seraya melambaikan tangannya

"Jihyuk" Sapaku

"Maaf aku terlambat" Ucapnya dengan tergesa-gesa

"Ya, kau terlambat!" Dengan kesal aku melangkah melewatinya, namun ia langsung menahan pergelangan tanganku dan menarikku ke dalam pelukannya

"Kau tahu bahwa aku selalu bermimpi untuk menghabiskan semua senja dimusim panas ini bersamamu" Bisiknya di telingaku

"Hahh.!" Aku terperanjat membuka mata, mimpi, aku hanya bermimpi? namun kenapa rasanya sesakit ini, tanpa terasa air mataku jatuh mengalir membasahi pipiku. Ya tuhan, perasaan apa ini, kenapa hatiku terasa sakit setiap kali memimpikannya, rasanya seakan ada bagian lain dalam diriku yang hilang

Jihyuk.

Apa itu namanya? Siapa dia sebenarnya? Kenapa dia selalu hadir dalam mimpiku, apa dia bagian dari masa laluku

"Huft," Aku menghela napas dan beranjak turun dari ranjang

Sepertinya aku harus menyegarkan hati dan pikiranku dengan meminum minuman dingin, aku melangkah keluar dengan membuka pintu kamarku dan berjalan menuruni tangga menuju ke dapur, namun langkahku terhenti saat mendengar suara kakak dari ruang tengah yang seperti sedang bicara dengan seseorang, penasaran aku melangkah mendekat untuk mendengarkan pembicaraannya dengan berdiri di belakang tembok, dan aku sangat terkejut saat melihat seseorang yang bicara dengannya adalah seorang wanita paruh baya yang selama tiga tahun ini hampir tidak pernah ia tegur

Ibu,

"Untuk apa aku menikah?" Kakak berdiri di depan ibu dengan menyilangkan kedua tangannya
"Agar aku bisa bertengkar setiap hari, seperti yang selama ini kalian lakukan?"

"Mike--"

"Pura-pura hidup harmonis, tapi sebenarnya tidak akur, kau ingin aku hidup seperti itu?"

"Ibu hanya ingin yang terbaik untukmu"

"Jangan bicara seakan kau peduli padaku, dan sejak kapan kau mulai peduli padaku?''

"Sampai kapan kau akan terus bersikap seperti ini, kapan kau akan mengerti bahwa yang kau lakukan itu salah"

"Memangnya apa yang kulakukan, aku tidak merasa kalau aku sudah melakukan kesalahan"

"Ibu hanya mencemaskan--"

"Jangan khawatir, aku tahu dimana batasanku"

Sebenarnya apa yang mereka bicarakan?

Setelah itu, Ibu melangkah pergi meninggalkan kak Mike yang masih berdiri di tempatnya, Ibu terlihat lelah, kulihat ia menghela napas beberapa kali saat bicara dengan kakak, bahkan aku pun juga lelah melihat mereka, entah sampai kapan mereka akan bersikap seperti itu

"Keluarlah" Aku mengerjap saat tiba-tiba saja kakak bicara padaku, rupanya dia sudah mengetahui kehadiranku

"Apa kau mendengar semuanya?" Tanyanya saat aku keluar dari persembunyianku

Androphobia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang