Bab 50

362 42 42
                                    

* * *

Musim semi di Korea Selatan, di bawah pohon bunga sakura yang jatuh berguguran, angin bertiup ringan seakan ingin menemani para pejalan kaki yang tersenyum riang di sepanjang jalan, hawa dingin nan sejuk memaksaku untuk berhenti sejenak mencium semerbak harumnya kelopak bunga sakura yang nampak seperti menari-nari kala angin bertiup

Pagi yang indah, itulah yang kupikirkan, namun bukan karena kelopak bunga sakura ini, melainkan karena sosok pria beriris coklat kehijauan yang terlihat manis ketika tersenyum saat menunjukkan lesung pipinya itu kini tengah berlari kecil kearahku lengkap dengan seragam sekolahnya serta ransel hitam yang diselipkan di bahu kanannya, dari kejauhan tampak jelas rona bahagia di wajahnya seakan bukan hanya aku satu-satunya yang merasa bahagia di sini

Bagiku setiap hari dia adalah cinta pertamaku, seperti salju yang turun di musim semi, seperti itulah aku menunggunya

Tapi.

Bukankah Jihyuk sudah meninggal, lalu siapa dia, tidak mungkin itu Maxi bukan, Jihyuk memiliki iris mata coklat kehijauan, sedangkan Maxi hijau kelabu nampak seperti hazel, lebih lembut dan lebih hangat, jelas itu bukan Maxi, itu Jihyuk, ya tuhan, apa aku bermimpi

Aku terdiam memperhatikan keadaan di sekitarku, memperhatikan tempat ini yang sangat berbeda dengan lingkunganku, kehidupan yang kujalani sehari-hari, hawa dingin ini, bunga sakura yang bertebaran ini, serta orang-orang yang mayoritasnya berkulit putih pucat dengan mata sipitnya berjalan dari arah yang berlawanan dengan mengenakan jas kuning khas seragam SMA SOPA

Perlahan aku berbalik mengikuti para siswa yang kini tengah berjalan masuk melewati gerbang sekolah berwarna cokelat dengan simbol SOPA itu sendiri, namun perhatianku teralihkan saat tanpa sengaja kulihat segerombolan siswa berlari menuju kantin dengan tergesa-gesa, penasaran akupun melanjutkan langkahku mengikuti mereka, dari kejauhan kulihat para siswa yang notabenenya berkulit putih itu berkumpul di kantin dengan membuat lingkaran seperti sedang menyaksikan sesuatu, ini mengingatkanku pada Sam yang suka mencari perhatian dengan membully seseorang dan disaksikan semua orang, seperti yang terakhir kali ia lakukan pada Hwan di kantin sekolah, dan benar sekali, saat aku menerobos kerumunan orang-orang itu

Nampak jelas bahwa seorang siswa berkulit eksotis yang terlihat paling menonjol dan sangat berbeda dengan siswa lainnya yang tak lain dan bukan adalah Sam tengah berlutut di bawah dengan berbagai makanan dan minuman yang ditumpahkan oleh teman-temannya, atau lebih tepatnya, perundungnya, ya lelaki bermata biru yang selalu terlihat angkuh dengan sikap arogan yang terkesan mendominasi itu kini terlihat rapuh kala berlutut di lantai dengan menundukkan kepalanya, aku tahu hal seperti ini bisa terjadi dimana saja, entah itu di manapun pem-bully-an tetap ada, tapi yang kutahu Sam tidak akan membiarkan dirinya diinjak injak seperti ini, dan lagi, kenapa mereka semua hanya diam, baik itu di dalam mimpi ataupun di dunia nyata, mereka semua sama saja, orang-orang itu hanya diam menyaksikan pem-bully-an di depan mata mereka seakan itu adalah sebuah hiburan bagi mereka

Tapi aku tidak bisa seperti itu, aku tidak bisa hanya diam saja menyaksikan semua itu meskipun itu hanya mimpi sekalipun

Entah apa yang terjadi padaku, tubuhku seolah bergerak dengan sendirinya ketika melihat susu kotak berukuran besar di atas meja kantin tanpa pemiliknya, dan tanpa pikir panjang lagi pun aku langsung mendekat untuk meraihnya, namun sedetik itu juga seseorang sudah lebih dulu mengambilnya dan

Brak!

Susu kotak itu terlempar tepat mengenai sasarannya, yaitu ke kepala belakang dari si ketua perundung itu sendiri

Hening...

Mendadak atmosfer di ruangan ini serasa begitu hening, gerakan orang-orang di sekitarku terasa melambat, dunia seakan berhenti berputar sepersekian detik ketika kulihat sosok yang melemparkan susu itu adalah aku, mungkin lebih tepatnya aku di masa lalu, di dalam mimpi, atau di dunia lain, entah apapun itu, tapi yang jelas sekarang sosok perempuan yang menyerupaiku itu tengah berdiri tegak mengancam akan melaporkan para perundung sialan itu jika tidak segera pergi dan minta maaf, kejadian ini mengingatkanku ketika dengan lantangnya aku mengancam Sam menyuruhnya untuk minta maaf pada Hwan di depan semua orang, kini aku mengerti, jadi ini yang dia maksud saat itu, saat dia bilang bahwa seseorang yang dia kenal sudah kembali, jadi dia benar-benar terhubung dengan masa laluku

Androphobia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang