Bab 14

1.1K 94 3
                                    

       Mimpi yang jadi kenyataan

                         * * *
                          
Aku berteduh di depan minimarket di tepi jalan raya, seraya menatap rintikan gerimis yang mulai membasahi aspal di sepanjang jalanan. Kulihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku waktu menunjukkan pukul 16:00

Suasana disini terasa begitu sunyi, begitu tenang, tak ada pejalan kaki dan tak ada satupun mobil yang melintas, disini aku hanya mendengar suara rintikan gerimis yang bersamaan dengan suara angin yang berembus kencang hingga menerbangkan dedaunan yang berjatuhan di tanah

Di seberang jalan, kulihat seorang pria yang berjalan sambil menunduk seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya dan menutupi wajahnya dengan hoodie yang ia kenakan, ia juga mengenakan earphone yang di gantungkan ke lehernya,

Saat pria itu mulai menyeberangi jalan melewati Zebra cros, tiba-tiba sebuah mobil BMW warna hitam melaju dengan sangat kencang. Dan

Brakk. !!

Mobil itu menabrak pria berhoodie itu dan pergi begitu saja, refleks aku langsung berlari menghampirinya dan perlahan kuulurkan tanganku untuk membuka hoodie yang menutupi wajah

Alex

"Hah!!"  Aku terperanjat membuka mata. Mimpi? Aku hanya bermimpi? Aneh kenapa tiba-tiba aku memimpikan Alex?

*  *  *
*  *  *  *
*  *  *

"Selamat pagi"  Sapaku pada Bibi' Mary yang sedang berkutat dengan masakannya di dapur

"Pagi, kau sudah bangun?"  Ucap Bibi' Mary

"Hm.!"

"Kenapa kau tidak ikut olahraga dengan kakakmu, inikan hari minggu?"

"Aku tidak suka berkeringat"

"Tapi itukan baik untuk kesehatan, buktinya kakakmu tidak pernah sakit, dia kuat dan memiliki tubuh atletis, semua wanita pasti akan mengatakan iya jika ditanya mau menikah dengannya"

"Ya, tapi kenapa sekalipun aku belum pernah melihatnya bersama dengan seorang wanita?"

"Soal itu aku juga tidak tahu"  Ucap Bibi' Mary seraya memotong bawang

"Sini, biar aku yang melakukannya"  Ucapku yang mau mengambil alih pekerjaan Bibi' Mary

"Tidak, jangan!!"

"Kenapa?"

"Sejak kau melukai tanganmu sendiri waktu itu, kakakmu menyuruhku untuk tidak lagi membiarkanmu menyentuh pisau"

"Kenapa? Aku hanya ingin membantu memasak, itu saja"  Gerutuku

"Tidak perlu, kau duduk saja biar aku yang memasak, lagipula tanganmu juga belum sembuh kan?"

Sebenarnya tanganku sudah sembuh, hanya saja aku tidak bisa membuka perbannya, karena nama Rey yang terukir di telapak tanganku masih terlihat jelas, dan jika kakak tahu soal hal ini dia pasti akan lebih protektif lagi

Sedangkan aku masih harus mencari tahu siapa Rey itu sebenarnya?

"Kau melamun?"  Ucap Bibi' Mary yang menyadarkanku

"Hm. Tidak, aku hanya berpikir, sejak kapan Bibi' mulai tinggal bersama kami, sepertinya sudah sangat lama, benar kan?"

"Ya, sekitar sepuluh tahun yang lalu, saat itu kau masih sangat kecil"

"Itu berarti Bibi' tahu semua hal yang terjadi di keluargaku selama sepuluh tahun ini?"

"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?"

Androphobia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang