Bab 46

853 57 34
                                    

Ibu

"Oh! Ibu sangat merindukanmu" Ucapnya yang langsung merentangkan tangannya memelukku dengan hangat

"Bagaimana liburanmu, menyenangkan?" Tanyanya saat melepaskan pelukannya

"Hm," Diam-diam aku melirik ke belakang berharap Hwan tidak akan turun, bagaimana kalau Ibu sampai melihatnya, dia pasti tidak akan suka, aku tidak ingin membuatnya kembali mengingat luka lama yang menyakitkan itu lagi

"Ada apa?" Tanyanya

"Tidak papa" Aku tersenyum dengan menggelengkan kepalaku

"Dimana kakakmu" Perlahan Ibu melangkah menginjakkan kakinya ke dalam

"Dia pergi ke Kanada" Aku mengikutinya dari belakang

"Dia meninggalkanmu sendirian" Ibu berbalik menatapku tak percaya

"Anak itu, bukankah seharusnya dia memberi tahu Ibu, bagaimana dia bisa meninggalkanmu sendirian di sini" Gerutunya

"Ibu" Panggilku

"Hm?

"Kita bicara diluar saja"

"Kenapa?"

"Aku ingin menghirup udara segar"

"Baiklah, kau tidak ingin mengganti pakaianmu dulu?" Tanyanya mengingat aku masih mengenakan seragam sekolah

"Tidak perlu"

"Baiklah, ayo kita pergi ke kedai kopi di seberang jalan sana" Ia menarik tanganku untuk mengikutinya

* * *

"Udaranya segar bukan?" Ucap Ibu saat mendaratkan bokongnya di kursi kayu dekat jendela dengan meja segi perpanjang berwarna senada

Ya, sekarang kami berada di kedai kopi pinggir jalan yang jaraknya hanya beberapa mil saja dari rumahku, aroma kopi yang begitu menyengat serta suara riuh rendah dari orang-orang yang duduk bersantai di kedai ini seakan menunjukkan betapa tempat ini sangat diminati banyak orang, dari kejauhan kulihat punggung tegap seorang pria yang dilapisi jaket hitam berlogo kepala singa duduk sendirian membelakangi kami dengan secangkir kopi di tangannya, entah kenapa punggung itu terlihat tak asing bagiku

"Jika ada waktu senggang Ibu sering menghabiskan waktu di tempat ini" Ucapnya yang mengalihkan perhatianku dari pria berjaket hitam itu

"Aku tidak tahu di lingkungan ini ada tempat sebagus ini" Komentarku

"Karena itulah kau harus lebih sering keluar"

"Terimakasih" Ucap Ibu saat salah seorang waiters menaruh dua cangkir cappucino di atas meja kami

"Apa liburanmu, menyenangkan" Tanyanya saat setelah waiters itu berlalu pergi
"Ibu dengar kau membuat panik semua orang dengan pergi dari rumah, Ayahmu bahkan sampai menghubungi Ibu, dia bertanya apakah kau pergi menemui Ibu, sebenarnya kau pergi kemana, kenapa kau--"

"Sebenarnya apa yang ingin Ibu katakan" Selaku
"Jangan tanyakan sesuatu yang Ibu sudah tahu jawabannya"

Ibu sempat terdiam sejenak menatapku lekat
"Ibu sudah mendengar semuanya dari Ayahmu"

Sudah kuduga

"Ibu hanya ingin kau tahu bahwa Ibu sangat menyayangimu" Ia mengulurkan tangannya untuk menggenggam tanganku
"Apapun yang terjadi, kau adalah putri Ibu, Ibu akan selalu menjadi Ibumu, jangan pernah ragukan itu"

"Orang tua kandungku, apa Ibu tahu siapa mereka?"

Ibu terdiam sejenak menatapku lekat dengan helaan napas sebelum akhirnya ia menggeleng kepalanya

Androphobia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang