Bab 53

282 30 11
                                    


"Lupakan saja, kau tidak perlu melakukan apapun, bersikaplah seperti yang kau lakukan selama ini, berpura-pura tidak pernah terjadi apa-apa, dan apa yang terjadi diantara kita malam ini, anggap saja tidak pernah terjadi" Setelah mengatakan semua itu aku melangkah melewatinya

"Kau mau kemana" Cegahnya dengan memegang lenganku

"Singkirkan tanganmu" Aku mendongak menatapnya tajam

"Biarkan aku mengantarmu"

"Aku bilang singkirkan tanganmu!" Aku menghempaskan tangannya kasar
"Kuperingatkan, ini untuk yang terakhir kalinya, mulai detik ini, jangan bicara padaku lagi!"

Tanpa menunggu apapun lagi aku melangkah keluar meninggalkannya yang masih mematung di tempatnya, sungguh aku tidak ingin lagi berlama-lama berada di dalam ruangan itu, bahkan untuk berada di bawah naungan yang sama dengannya sekalipun

Dibawah derasnya hujan yang mengguyur tubuhku, aku berjalan keluar gedung menerobos derasnya hujan untuk menunggu taxi online di bawah naungan atap halte bus,

Lima menit berlalu taxi online yang kupesan masih belum menunjukkan tanda-tanda kedatangannya, suara gemuruh derasnya hujan yang jatuh di atas atap halte terdengar begitu menggelegar bersamaan dengan suara petir menyambar mengagetkanku, sesekali aku mengerjap berusaha untuk tidak berteriak karena suara-suara itu, namun semakin aku berusaha untuk tenang aku justru semakin ketakutan, air mataku tak henti-hentinya mengalir menyatu dalam genangan air hujan yang menyapu permukaan bumi, semua kenangan itu masih terekam jelas di otakku, masa-masa yang kulewati bersama kak Mike, bagaimana aku bisa melupakannya, bagaimana aku bisa melupakan semua itu. Tidak, aku tidak melupakannya, tapi sengaja melupakannya, kak Mike benar, akulah yang memintanya untuk menghilangkan semua kenangan buruk itu dari ingatanku, aku yang membuatnya menemui dokter Diego dan menggunakan metode hipnoterapi terhadapku, aku yang membuatnya melakukan semua itu

Aku tidak pernah berpikir bahwa melupakan itu lebih menyakitkan dari mengingat itu sendiri

Waktu menunjukkan 02:38 saat kulihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku, hujan turun semakin lebat, ketika kulihat sebuah taxi warna biru yang melintas di hadapanku, tanpa berlama-lama lagi aku langsung bergegas masuk ke dalam

"Cepat sedikit, dan tolong matikan AC-nya" Pintaku dengan suara bergetar, menggigil kedinginan, untunglah sopir taxi itu tidak mengatakan apapun, sepanjang perjalanan ia hanya diam fokus menyetir dengan tatapan lurus ke depan, jika dia bertanya atau sekedar menawarkan bantuan, aku pasti akan merasa sangat tidak nyaman

* * *

Tepat pukul 3 dini hari taxi yang kutumpangi berhenti di depan pekarangan rumahku, rintik-rintik hujan mulai mereda memberikan jeda bagi angin yang ingin melintas, tanpa berlama-lama lagi aku langsung bergegas turun keluar dari taxi menginjakkan kakiku ke dalam pekarangan rumahku, namun langkahku terhenti saat tanpa sengaja kulihat sebuah mobil Porsche Cayman warna silver yang terparkir di halaman depan rumah

Itu mobil kak Mike, apa dia sudah kembali

Dengan ragu perlahan aku melangkah masuk menginjakkan kakiku di teras dan memutar gagang pintunya

Click

Suasana di dalam begitu sunyi, begitu sepi, dan terasa begitu mencekam, bahkan melebihi hutan belantara sekalipun hingga aku takut untuk melangkah masuk ke dalam, ya di malam yang dingin ini aku hanya melihat kegelapan dengan silawan kilatan petir menyambar dari luar yang masuk melalui kaca jendela, aneh sekali, tadi jelas-jelas saat aku pergi tempat ini masih terang benderang, tapi kenapa sekarang jadi gelap gulita seperti ini

Androphobia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang