Part 4

3.6K 620 19
                                    

“Sehun-ah…” Kyungsoo memanggil Sehun yang menyantap makan malamnya.

“Hmm…”

“Apakah menurutmu makan daging terasa hambar jika tidak ditemani Soju?”

“Tidak.”

“Oh, ayolah Oh Sehun… sensasinya akan berbeda saat daging melewati tenggorokanmu dan didorong oleh seteguk soju. Ahhh… tenggorokanmu akan terasa membara.”

“Noona minum es teh aja. Dinginkan tenggorokan dan kepala noona.” Jawab Sehun cuek.

“Ya! Dasar albino cerewet!”

“Aku tidak mau repot saat noona mabuk nanti. Dan jangan memanggilku albino.”

“Cuma segelas saja tidak akan sampai mabuk. Dan kau memang albino, kulitmu begitu putih mengalahkan kulitku. Padahal aku sendiri perempuan.”

“Kalau noona mau minum, lebih baik aku pulang.” Sehun berdiri bersiap meninggalkan Kyungsoo.

“Baiklah Oh Sehun, noona tidak akan minum. Noona minum es teh saja. Temani noona yah, noona masih lapar dan makanan masih banyak.” Kyungsoo memohon sambil memegang tangan Sehun mencegah Sehun pulang.

Sehun tidak menjawab. Dia hanya kembali duduk dan menikmati kembali makanannya.

“Ck! Dasar albino kekanakan.” Gumam Kyungsoo dengan suara sepelan mungkin.

“Mwo?” tanya Sehun menatap Kyungsoo tajam.

“Aniya… kau kembalilah makan.” Jawab Kyungsoo salah tingkah.
.
.
.
.
“Aku akan mengantarkan noona pulang.” Ujar Sehun saat mereka sudah menyelesaikan makan mereka dan bersiap-siap untuk pulang.

“Tidak perlu Sehun-ah. Rumah ku dekat lagi kok, lagian rumah kita berlawanan arah.” Kyungsoo menolak tawaran Sehun.

“Baiklah. Terimakasih traktirannya noona.” Sehun membungkukkan badannya dan berjalan berlawanan arah dengan arah rumah Kyungsoo.

“Ck! Sangat tidak bisa berbasa-basi.” Gerutu Kyungsoo sambil melangkah pulang.

Kyungsoo bersenandung pelan untuk menghapus rasa yang kesepian. Tanpa sadar Kyungsoo menyanyikan kembali lagu Joon Young – Sympathy berkali-kali. Kyungsoo tiba didepan rumahnya. Rumahnya sedikit lebih besar dibandingkan rumah Oh Sehun. Terdapat 1 kamar, ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Kyungsoo menata rumahnya dengan nuansa minimalis dan nyaman.

“Ah… akhirnya aku bisa kembali ke rumahku. Tapi aku merasa sendiri lagi, dan hatiku merasa sedih. Rumah ini begitu banyak kenangannya.” Monolog Kyungsoo sambil memasuki rumahnya.

.
.
.
oOo
.
.
.

Hari ini seperti biasa Kyungsoo berangkat bekerja. Sebenarnya Kyungsoo terlalu enggan untuk bekerja. Dia akan bertemu lagi dengan Park Chanyeol. Beberapa hari ini dia sudah mengeraskan hatinya dan berusaha untuk tidak bertemu dengan Chanyeol.

“Kau harus semangat, Kyungie. Fighting!” Kyungsoo memberikan semangat kepada dirinya sendiri saat menatap bayangan dirinya sendiri di cermin.

Kyungsoo menyibukkan dirinya dan berusaha menghindar dari Chanyeol. Kyungsoo dan Chanyeol memang berada dalam 1 perusahaan, tapi berbeda departemen. Kyungsoo berada dibagian HRD, sementara Chanyeol di lapangan. Itu sebabnya Chanyeol sering mendapatkan tugas keluar kota.

Ruangan Kyungsoo dan Chanyeol juga berbeda, Kyungsoo berada di lantai 5 sementara Chanyeol berada di lantai 2. Sebelumnya Kyungsoo sudah berpesan kepada rekan sekantornya untuk tidak membiarkan Chanyeol memasuki ruangan ini. Teman-teman Kyungsoo sudah tau betapa tragisnya kehidupan cinta Kyungsoo.

Hari ini saat jam pulang kantor pun, Kyungsoo tidak menunggu dikantor seperti biasanya. Dia akan ikut rekan-rekan kerjanya untuk pulang bersama-sama. Dia menghindari Chanyeol yang berusaha mendekatinya.

Kyungsoo harus rela berdesak-desakan dengan banyak pegawai kantoran yang menggunakan kendaraan umum saat jam pulang kerja.
“Ah, aku lebih suka berada di kantor menyelesaikan pekerjaanku atau tulisanku, daripada harus desak-desakan seperti ini.” Rutuk Kyungsoo dalam hati.

.
.
.
oOo
.
.
.

Sehun berjalan ke halte bis seperti biasanya. Dia tetap mengenakan hoddie, handsfree, dan ransel sebagai fashionnya yang biasa. Dia menunggu bis seperti biasanya. Semua serba biasa dalam rutinitasnya.

“Apakah kau tidak ingin ikut, anak muda?” Ahjussi supir bis berteriak mengingatkan Sehun.

Sehun berkeliling mengedarkan pandangannya ke segala arah. “Ah, tidak Ahjussi. Saya menunggu temanku disini.” Ujar Sehun sambil membungkukkan badannya.

“Baiklah.” Bis pun tertutup dan melaju pergi. Ini adalah bis terakhir.

Sehun masih menunggu di halte bis. Menunggu Kyungsoo sebenarnya. Sehun khawatir karena Kyungsoo baru saja putus cinta. Sehun hanya ingin melihat keadaan yeoja ini apakah baik-baik saja atau tidak.

Sejam lebih menunggu, Kyungsoo tidak juga muncul di halte bis. Akhirnya Sehun berdiri dan menghentikan taksi yang melintas didepan halte.

Banyak dugaan yang berkecamuk dipikiran Sehun. Mungkin saja Kyungsoo sudah berdamai dengan kekasihnya, bukankah mereka terlihat mesra saat mereka bertemu di halte tempo hari? Atau Kyungsoo punya urusan mendadak, sehingga harus pulang kerja lebih dulu. Bagaimana kalau dia sakit dan tidak masuk kerja? Patah hati rasanya begitu menyakitkan.

Pikiran itu masih bergelayut saat taksi berhenti didepan gang rumah Sehun. Sehun harus berjalan sedikit melewati gang kecil untuk bisa sampai dirumahnya.

Ah, itu bukan urusanku. Pikir Sehun memutuskan untuk tidak mencampuri urusan orang lain setelah dia tidak mendapatkan kesimpulan dari dugaan-dugaannya itu. Sehun berjalan santai menuju rumahnya, sampai dia terhenti kaget melihat sesuatu yang ada didepan rumahnya.

Seorang perempuan yang berjongkok meringkuk dan beberapa kantongan didekatnya.

“Sehun-ah… kau lama sekali pulang, eoh?” tanya Kyungsoo saat melihat Sehun berdiri didepannya.

“Kenapa noona disini?”

“Aku menginap disini ya Sehun. Aku lagi tidak ingin sendirian dirumah. Aku juga membawa selimut dan bantal untukku.” Pinta Kyungsoo sambil menunjukkan kantong besar yang ada disebelahnya.

Tidak ada jawaban. Sehun hanya membuka kunci pintunya dalam diam. Sementara itu Kyungsoo menunggu jawaban dengan cemas. Dia tidak mau kembali ke rumahnya dan merasa sangat kesepian seperti tadi malam.

“Masuklah noona, diluar sangat dingin.” Sehun membuka pintunya, dan mengangkat barang bawaan Kyungsoo masuk kedalam rumahnya.

.
.
.
TBC
.
.
.

 ɴᴏᴏɴᴀ (gs) - [𝘛𝘢𝘮𝘢𝘵]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang