Lukisan wanita cantik itu membuat pria itu enggan untuk pergi dari sana , ia terus menatapnya dengan mata merahnya .
"Kim Chaerin aku tidak tau apa yang membuatmu memberikan kutukan pada max , jika hanya masalah itu kau salah karena max tidak melakukankannya sama sekali"
Pria yang diketahui bernama Jack Stigma yang tak lain adalah sahabat Max bertanya pada lukisan wanita yang diketahui bernama Kim Chaerin itu meskipun ia tau kalau lukisannya tidak akan bisa menjawabnya sampai kapan pun .Jack masih terus menatap lukisan tanpa sadar kalau pikiranya sudah melaju kemasa lalu .
Masa lalu
Kobaran api yang membakar sebuah rumah yang tak bisa dilihat dengan jelas lagi karena sang api sudah memakanya hampir tak bersisa.
Seorang gadis terlihat menangis ia menatap rumah yang dipenuhi oleh api sedangkan orang orang sibuk melihat kejadian itu tanpa mau bersusah payah membantu untuk memadamkan api yang semakin besar saja .
Hiks hiks hiks
"Umma appa maaf aku tak bisa menolong kalian"
"Chaerin-ya kau baik baik saja kan"
Gadia itu sedikit berlari saat ia sudah menemukan temanya yanh terlihat diam saja sambil menatap kobaran api dengan mata kosong .
"Chaerin.."
"Nana-ya hiks umma appa hiks"
Gadis bernama chaerin itu terduduk ditanah saat memikirkan nasib kedua orang tuanya yang tak mungkin bisa kembali lagi .
Ia menatap temanya dengan tajam
"Nana aku bersumpah akan mecari siapa dalang dibalik ini semua"Masa depan
Puk , suara tepukan membuat jack terkejut dan itu sukses membuat ia kembali kemasa depan lagi .
Ia melihat sosok temannya yang tersenyum padanya .
"Kau mengingatnya lagi"
"Max kita semua tahu itu bukan kesalahanmu"
"Kita memang tau tapi dia tidak tau"
Max menatap lukisan kekasihnya itu meskipun semua tau kalau bukan ia yang melakukanya tapi hati dan pikiran dari sang kekasih sudah buta karena srigala brengsek itu ."Tapi max..."
"Sudahlah jack karena ia sudah terlahir kembali aku janji tidak akan pernah mambiarkan kejadian yang sama terulang kembali dimasa ini"
"Aku bersamamu teman"Disebuah rumah mewah bergaya eropa modern terdengar teriakan seorang gadis yang mana sudah berada didalam rumah itu sejak 5 hari yang lalu .
"Yak , pria bodoh sampai kapan kau mengurungku disini ha"
Tersangka peneriakan tidak merasa bersalah sama sekali saat ia berteriak ditelinga sang korban , tapi bukanya menghindar atau bagaimana korban yang diketahui berjenis laki laki ini hanya diam dan terus menyaksikan siaran yang ditayangkan dari salah satu televisi itu .
"Kau mendengar aku tidak sih , aku ini ingin pu.."
Sreet , Bruuk
Suara tarikan dan jatuhnya tubuh yang menimpa tubuh lain membuat gadis itu mengerjapkan matanya guna memperoses kejadian yang terjadi dengan cepat .
"A--apa yang kau lakukan""Kalau diam begini kan enak gak ada suara teriakan supermu lagi"
"Apa kau bila.."
"Diamlah apa kau ingin aku membungkam mulutmu dengan .... Mulutku ini"
Chae won buru buru berdiri dan pergi dari sana dengan muka yang merah juga detak jantung yang tak bisa diam .
Hahaha
Suara tawa laki laki itu menggema diseluruh ruangan itu yang menyaksikan peristiwa langka baginya .
"Chaerin , chaerin kau tak pernah berubah sama sekali . tapi .. Apa kau juga tak pernah berubah dalam mencintai vampire itu"
Steven nama pria itu menatap langit langit rumahnya yang berhiaskan lukisan langit malam yang ditemana sang luna .
Ia tersenyum kecut saat tau mungkin gadia yang ia anggap lunanya akan mencintai vampire itu yang mana hubunganya dengan bangsanya tak harmonis .
Ia masih berfikir mungkin pikiran mereka berubah tapi siapa tau perasaan mereka , apa ia akan mengenali sang belahan hatinya saat mereka bertemu untuk pertama kalinya .
Tapi kemudian ia menyeringai seram saar tau itu tak akan terjadi .
"Dulu aku melakukan kelicikan untuk mendapatkanmu tapi kau mati saat peristiwa itu terjadi , dan sekarang aku tak akan biarkan itu terjadi dulu hatimu miliknya tapi sekarang akan aku buat hatimu milikku untuk selamanya"Chae won menatap hamparan hutan yang penuhi oleh pepohonan yang tinggi menjulang , ia menghela napas lelah saat pikirannya mencoba mencari jalan keluar yang ada otaknya memikirkan banyaknya hewan buas yang menanti untuk memakan tubuhnya disana.
"Apa itu"
Tanpa sengaja matanya menatap sepasang warna merah yang menatapnya dari tadi .
"Siapa disana"
Ia memanggil tapi tak ada sahutan sama sekali .
"Hei apa kau tuli atau tak bisa bicara"
Chae won terus saja memanggil tapi hasilnya nihil tak ada sahutan sama sekali .
Brrak
Suara pintu yang dibuka dengan paksa membuat chae won terkejut , ia menatap laki laki itu menuntut penjelasan .
"Yak , apa yang..."
"Chaerin menjauh dari sana"
Steven menarik tangan chae won untuk menjauh dari balkon kamar yang ditempati oleh chae won selama ia berada dalam rumah megah ini .
"Sudah aku bilang namaku chae won bukan chaerin kau tuliya atau pikun"
"Diam"
Suara steven yang tidak seperti biasanya membuat chae won takut .
Tangannya sejak tadi terus digenggamnya tidak mau melepaskanya dan menyembunyikan tubuhnya dibelakan tubuh besarnya seolah olah ia sedang dijaga dari sesuatu .
"Steven ada apa ...""Kita bertemu lagi nona"
Suara laki laki yang terasa familiar ditelinganya mengalihkan tatapanya yang dari steven menjadi pria yang memiliki mata merah menyala .
Chae won membulatkan matanya saat kejadian yang membuatnya ketakutan yang dikira ia mimpi ternyata itu sungguhan , pria itu ternyata sungguhan ada .
"Ka--kau va--vampire"
Karena buku yang ia baca waktu itu membuatnya benar benar bertemu makhluk yang dimana hanya mitologi bagi banyak orang .
Drap drap drap
Suara langkah kaki yang membuat jantung chae won bedetak begitu kencang saat tau siapa pemilik langkah kaki itu .
Sesosok pria tampan yang menatapnya dengan pandangan lembut membuatnya merasa kalau ia dan pria itu sudah saling kenal sejak dulu .Pria itu tersenyum
"Kita bertemu lagi untuk kedua kalinya rinrin"Tbc.............
See you next time n good bye..........
KAMU SEDANG MEMBACA
I Miss You
VampireBercerita tentang seorang pangeran vampire dari kerajaan The Fource Land Seorang vampire yang tampan juga kuat tapi sayang sifatnya sangat dingin dan juga cuek ini dikarenakan gadis yang dicintai sudah pergi untuk selamanya . "Max , dia sudah terla...