7. Curiga

503K 47.2K 5.2K
                                    


“Kamu mau jadi jagoan? Sudah berapa kali Ibu bilang jangan berkelahi di sekolah!”

Seorang gadis kecil menunduk dalam tepat di hadapan bangku yang berseberangan dengan Ibu Loli—wali kelasnya.

“Orang tuamu nggak datang lagi?” Ibu Loli menghela napas berat kemudian mendengus pelan. “Bahkan orang tuamu saja sudah nggak peduli dengan sifat kamu yang sering sekali ribut di sekolah!”

Pandangan Ibu Loli kini beralih pada satu lagi gadis kecil yang duduk tepat di sebelah gadis yang ia marahi tadi. “Cherry, kamu nggak apa-apa, kan?” tanyanya lembut. Kemudian matanya beralih pada seorang wanita dewasa yang sedang memeluk gadis itu. “Mohon maaf sudah mengganggu waktu Ibu Nuri untuk datang ke sekolah hari ini. Semua ini hanya bertujuan untuk memberi efek jera bagi siswa siswi yang terlibat keributan di sekolah.”

Gadis berkepang dua bernama Cherry itu mengangkat kepalanya. Pipinya sudah basah karena air matanya. Bahunya masih sesekali berguncang karena isak tangisnya yang masih terdengar pelan.

“Sikut Cherry berdarah, Ma,” keluh Cherry sambil memperlihatkan sikut kanannya yang sedikit tergores.

Ibu Nuri—mamanya Cherry tampak marah melihat beberapa goresan kecil di sikut putrinya. Ia kemudian menatap Ibu Loli dengan marah. “Pokoknya saya nggak mau tahu! Pihak sekolah harus bertindak tegas kali ini! Ini sudah ketiga kalinya anak saya jadi korban kekerasan di sekolah. Pelakunya juga selalu sama.” Ia melirik gadis kecil yang masih menunduk di samping Cherry.

“Baik, Bu Nuri. Saya akan mengupayakan agar sekolah dapat bertindak tegas tentang hal ini. Kami mohon maaf sekali lagi,” ucap Ibu Loli menyesal.

Cherry dan ibunya kompak melirik sinis ke arah gadis kecil di sampingnya. Sementara Ibu Loli kembali menegur gadis itu.

“Salsa, Ibu akan beri kamu satu kesempatan lagi untuk memperbaiki sifat-sifat jelekmu, jika kamu masih mau bersekolah di sini. Sampaikan pada orang tuamu tentang hal ini.”

Salsa mengangkat kepalanya, menatap wali kelasnya dengan mata berkaca-kaca. Ia tidak ingin dikeluarkan dari sekolah. Mama dan papanya akan sangat sedih bila itu sampai terjadi. Salsa tidak mau menambah beban kedua orang tuanya.

“Ibu rasa kamu sudah cukup besar untuk mengerti mana perbuatan baik dan mana perbuatan yang salah. Dan mencelakai teman sekelasmu adalah perbuatan yang tidak baik. Apalagi kamu sampai buat Cherry terluka.” Ibu Loli kembali menceramahi Salsa. Tidak peduli pada segudang pembelaan yang ingin sekali dilontarkan Salsa.

Salsa masih berusaha keras menahan air matanya agar tidak tumpah, walau luka terbuka di kedua lututnya terasa perih sekali. Ia hanya tidak ingin Cherry melihat air matanya dan mengira dirinya kalah.

“Kamu sudah kelas 6 SD, Salsa. Kamu akan lulus satu semester lagi. Belajar yang giat. Jangan ganggu Cherry lagi!”

Wali kelasnya sama sekali tidak memberi Salsa kesempatan untuk membela diri. Demi Tuhan. Semua tidak seperti cerita yang dikarang Cherry tadi. Salsa tidak mendorong Cherry hanya karena memperebutkan jepitan bergambar hati yang sering dikenakan Cherry. Salsa tidak butuh benda seperti itu. Sungguh!

“Pokoknya saya nggak mau Cherry sampai terluka lagi! Saya akan tuntut sekolah ini kalau hal itu terjadi!” Ibu Nuri hampir hilang kesabaran. Nada suaranya meninggi, membuat Ibu Loli mengeluarkan seribu satu bujuk rayu andalannya.

“Salsa, sekarang kamu minta maaf sama Cherry!” desak Ibu Loli pada Salsa.

“Bu, tapi saya nggak salah!” Salsa mencoba membela diri.

My Ice Boy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang