"Iya, gue cemburu! Tapi gue nggak bisa bilang!"
_______________________________
“Gila lo, Nad! Nggak, gue nggak mau keluar! Balikin seragam gue!” pekik Salsa setelah melihat pantulan dirinya di depan cermin besar di toilet sekolahnya.
“Lo jadi beda banget, Sal. Pangling gue.”
Berbeda dengan Salsa yang panik bukan main, Nadin justru menanggapi pantulan diri Salsa di cermin dengan terkagum-kagum.
“Lo ternyata sexy juga, Sal. Gue ralat, deh, kata-kata gue kemarin yang bilang lo rata depan belakang. Ternyata selama ini lo sembunyiin itu semua di balik seragam longgar lo,” tambah Fira yang berekspresi tak jauh berbeda dengan Nadin.
“Balikin seragam gue cepat!” desak Salsa untuk kali kesekian pada dua orang di kiri dan kanannya. “Ini bukan gue banget! Nggak betah gue pake seragam ngetat begini. Mana dua kancing atasnya nggak ada lagi. Pokoknya gue nggak mau! Gue bukan Regina! Gue Salsa!”
“Udah, Sal, coba dulu. Siapa tahu pake cara ini kak Galen jadi suka sama lo,” kata Nadin yang masih bersikeras mengamankan seragam milik Salsa di balik punggungnya.
“Nggak mau, Nad. Gimana kalo sampai Pak Ben lihat? Bisa kena skors gue.”
“Seragam kayak gini masih wajar kali, Sal. Buktinya kak Gina masih bebas berkeliaran dengan potongan seragam yang lebih minim dari ini. Don't worry.” Nadin mencoba menenangkan.
“Gue bisa bikin kak Galen suka sama gue tanpa perlu pake cara beginian.”
“Mana buktinya?” cecar Fira. “Udah sebulan lebih, Sal. Tapi lo masih aja jalan di tempat! Kak Galen nggak mempan dideketin pake cara yang lempeng-lempeng aja. Mungkin aja dia suka ditantang!” lanjutnya dengan menggebu-gebu.
“Nggak, pokoknya gue nggak mau!” Salsa tetap pada pendiriannya. “Kalo nanti dia malah macem-macemin gue, gimana?”
“Gue traktir lo makan siang sebulan penuh kalo sampe kak Galen macem-macemin lo,” yakin Nadin. “Biarpun kata Fira penampilan lo sexy, tapi menurut gue, lo masih kalah sama kak Gina. Gue jamin kak Galen nggak bakal kegoda sama lo.”
“Sialan.” Entah mengapa, Salsa justru merasa tersindir dengan perkataan Nadin. Ia kini malah tertantang untuk membuktikan bahwa ucapan sahabatnya itu tidak benar. Ia bahkan yakin semua cowok pasti akan menoleh padanya minimal 2 kali melihat penampilannya seperti ini.
“Nggak lama, kok, Sal. Lo cukup kasih susu coklat seperti biasa ke kelas kak Galen. Kita lihat sama-sama reaksinya pas lihat penampilan lo yang beda banget ini!”
Fira memegang kedua bahu Salsa dari belakang, memutar tubuh cewek itu menghadap pintu, kemudian mendorongnya ke luar toilet.
Benar dugaan Salsa. Begitu ia keluar dari toilet, tidak ada satu orang pun yang luput dari pengamatannya. Semua orang kini memperhatikannya lebih lama dari biasanya. Bahkan, beberapa kali Salsa mendengar siulan menggoda dari beberapa cowok seangkatannya. Dan, Salsa tidak suka!
Nadin dan Fira masih menggiring Salsa menuju koridor kelas dua belas. Dan ketika jarak mereka sudah hampir mendekati ruang kelas yang mereka tuju, Nadin dan Fira membiarkan Salsa berjalan sendiri.
“Semangat ya, Sal. Demi Miracle!” bisik Nadin memberi semangat.
Salsa menoleh sekali lagi pada Nadin dan Fira di belakangnya, berharap ia diperbolehkan untuk mundur saja dari rencana konyol ini. Namun, kedua sahabatnya itu malah semakin mendesaknya dengan menyebut-nyebut nama Miracle.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Boy [Completed]
Fiksi Remaja[SUDAH TERBIT - sebagian part sudah dihapus] #1 in Teen Fiction [11-02-18] "Karena beku adalah cara gue bertahan" _________ "Kalo si Kutub Es itu natap lo lebih dari lima detik, cuma ada dua kemungkinan. Yang pertama, dia marah besar sama lo. Dan ya...