"Please, bilang suka."___________________________________
Selama seminggu terakhir, Salsa berusaha bersikap biasa saja. Walau sesungguhnya hasil polling beberapa waktu lalu masih mengganggu pikirannya hingga kini. Bagaimana tidak? Ia kehilangan kesempatan untuk memparodikan drama Putri Salju untuk Luna. Padahal acara pensi bulan depan bertepatan dengan ulang tahun Luna. Sayang sekali.
Keberuntungan memang sedang tidak berpihak padanya. Usahanya untuk membuat Galen menyukainya pun seolah masih jalan di tempat.
“Ada guru! Ada guru!” seru Niko, teman sekelas Salsa yang selalu kebagian tugas memantau keadaan di luar kelas karena tempat duduknya yang paling dekat dengan pintu.
Alhasil, berkat seruan itu, teman-temannya yang sedang bergosip, menyalin PR teman, duduk di meja guru, bermain game, bahkan beberapa murid laki-laki ada yang berlarian sambil membawa penjepit bulu mata yang baru saja mereka rebut dari teman wanitanya bermaksud ingin menggoda terpaksa terhenti. Seluruh aktivitas heboh itu kemudian hening ketika Pak Yanto, wali kelas mereka muncul di pintu kelas diikuti seorang siswi yang sukses memancing kembali kegaduhan kelas.
Pak Yanto menyapa singkat yang dijawab semua murid di kelas itu dengan penuh antusias.
“Diam, diam! Jangan berisik!” seru pak Yanto yang muIai jengah dengan keadaan kelas yang tidak kondusif.
Baru, ketika dirasa suasana kelas sudah kembali tenang, pak Yanto kembali bersuara.
“Jadi, hari ini Bapak bawa teman baru untuk kalian. Pindahan dari SMA Gemilang,” kata pak Yanto seraya memperkenalkan seorang siswi yang berdiri di sampingnya.
Suasana kelas kembali gaduh. Kebisingan yang didominasi murid laki-laki itu membuat pak Yanto kembali menegur murid-muridnya. Namun, berbeda dengan teman-temannya yang lain, Salsa justru tidak berkedip sejak menemukan sosok perempuan yang muncul dari pintu hingga berdiri di depan kelas.
Bagaimana mungkin ia kembali dipertemukan dengan perempuan itu?
“Kalian seperti belum pernah lihat perempuan saja. Sudah diam semuanya!” seru pak Yanto dengan suara lantang. Ia kemudian menoleh ke sebelahnya. “Silakan kamu perkenalkan diri kamu.”
Siswi dengan rambut bergelombang sepanjang punggung itu tersenyum simpul. Sambil menyibak sekilas rambutnya ke belakang, ia mulai bersuara, “Perkenalkan, nama saya Cherry Aurora. Pindahan dari SMA Gemilang. Semoga kita bisa jadi teman sekelas yang kompak.” Suaranya lembut, sebanding dengan tubuhnya yang mungil serta senyumnya yang manis.
Cherry mengakhiri perkenalan dirinya dengan seulas senyum. Dan sesuai prediksi, kelas kembali bising dengan dominasi suara murid laki-laki yang mulai menanyakan hal-hal pribadi seperti status, nomor hp dan lain-lain.
Cherry tidak menanggapi pertanyaan apa pun. Ia menganggap situasi seperti ini sangat sering terjadi. Ia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian. Banyak orang yang mengagumi paras cantiknya. Hingga suatu ketika, ia ikut terkejut ketika menemukan Salsa ada di kelas itu. Kelas yang akan menampungnya hingga lebih dari 1 semester ke depan.
Pandangan mereka bertemu untuk waktu yang cukup lama. Sampai kemudian pak Yanto mempersilakan Cherry untuk duduk di bangku kosong di deretan kedua dari belakang.
Cherry melangkah menuju bangkunya tanpa sedetik pun mengalihkan tatapannya dari Salsa. Begitu pula Salsa. Hingga ketika Cherry berjalan melewatinya, ia baru bisa menghela napas dengan lega. Entah karena apa.
Pak Yanto keluar kelas setelah memberi peringatan sekali lagi pada murid-muridnya untuk tidak membuat keributan karena sebentar lagi guru yang mengisi jam pertama akan segera masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Boy [Completed]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT - sebagian part sudah dihapus] #1 in Teen Fiction [11-02-18] "Karena beku adalah cara gue bertahan" _________ "Kalo si Kutub Es itu natap lo lebih dari lima detik, cuma ada dua kemungkinan. Yang pertama, dia marah besar sama lo. Dan ya...