"Gimana caranya biar lo peka?"________________________________
Salsa jadi tidak nyaman mengikuti pelajaran di kelas pagi ini. Bagaimana tidak, sejak jam pertama tadi Nadin terus menempel padanya, memeluk lengannya, bahkan sengaja menyandarkan kepala di bahunya.
“Nadin, bisa diem nggak, sih? Gue lagi nyatet, nih,” bentak Salsa sambil mendorong Nadin jauh-jauh. Suaranya pelan, karena tidak mau sampai guru di depan kelas menengok ke arahnya.
“Lo wangi banget, Sal. Ternyata gini rasanya meluk kak Galen. Pantes kak Gina betah banget deket-deket kak Galen,” kata Nadin seraya mendekatkan kembali tubuhnya pada Salsa, kemudian memeluk tubuh yang berbalut jaket biru itu erat-erat.
“Ampun dah ini anak.” Salsa kesal bukan main. Ia menoleh ke belakang ketika mendengar suara bisik-bisik. “Orang-orang bisa ngira lo jeruk makan jeruk. Sana, sana.” Salsa mendorong Nadin menjauh. Tangannya menahan kepala itu agar tidak kembali mendarat di bahunya.
Nadin menepis tangan Salsa, kemudian memperhatikan jaket biru dengan lambang ceklist di dada yang dikenakan Salsa. Ia meneliti jaket itu dengan sangat detail. Mulai dari meraba tekstur kainnya, jahitannya, juga tag merk jaket itu. Kemudian mengendusnya.
“Asli, Sal!” pekik Nadin—nyaris membuat bu Fanya di depan kelas menoleh padanya. Untungnya hanya Fira yang menoleh pada, yang kebetulan duduknya persis di depan Salsa.
“Lo bisa diam, nggak sih, Nad?” kesal Salsa untuk kali kesekian. “Lo bisa puas-puasin peluk jaket ini pas istirahat nanti, habis gue ganti seragam gue!”
“Emangnya siapa yang mau balikin seragam lo?”
Salsa menghentikan kegiatan mencatatnya, kemudian menoleh pada Nadin. “Gue nggak betah pake jaket longgar begini!”
“Biarin aja!” sahut Nadin cuek. “Ini namanya kemajuan, Sal. Gue hampir nggak percaya kak Galen pinjemin lo jaket buat nutupin seragam lo yang ketat.”
“Ralat!” Salsa buru-buru mengoreksi. “Dia pinjemin jaket ini karena merasa bersalah setelah dengan sengaja nyiram seragam gue pake minumannya! Tuh cowok emang ngeselin banget!”
“Nanggepinnya jangan pake emosi, Sal. Anggap aja ini bentuk perhatian kak Galen sama lo. Positif aja dulu mikirnya, biar nggak emosi.”
Salsa membuang napasnya kesal. Bila diingat-ingat kembali, rasanya ia ingin sekali membalas semua perbuatan Galen yang menyebalkan. Apa mulai besok, ia racuni saja susu coklat untuk cowok itu?
Pikiran Salsa mulai berkeliaran memikirkan sesuatu yang buruk untuk membalas Galen. Namun tentu saja Salsa tidak akan berani mencelakai cowok itu bila masih berharap bertemu sang Miracle.
“Nadin!” Salsa berseru nyaring pada Nadin yang kini memeluknya dengan tiba-tiba.
Semua mata kini berpusat pada mereka—Salsa dan Nadin—yang masih belum bergerak. Keduanya terlalu terkejut menyadari semua orang kompak menatap mereka, tak terkecuali ibu Fanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Boy [Completed]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT - sebagian part sudah dihapus] #1 in Teen Fiction [11-02-18] "Karena beku adalah cara gue bertahan" _________ "Kalo si Kutub Es itu natap lo lebih dari lima detik, cuma ada dua kemungkinan. Yang pertama, dia marah besar sama lo. Dan ya...