"Aku butuh banyak alasan untuk bisa membuatmu dekat denganku lagi."
Galen hanya berhasil menyeret Salsa beberapa langkah menjauh dari pintu kantin, karena langkahnya harus terhenti ketika merasa tarikannya semakin berat. Ia menoleh. Rupanya Arnan baru saja menahan tangan Salsa dari sisi yang lain.“Salsa belum bilang setuju. Jangan asal narik-narik anak orang.”
Galen memutar tubuhnya menghadap Arnan, namun masih enggan melepas tangan Salsa dari genggamannya. Arnan selalu saja bisa menyulut amarahnya.
“Lo siapanya, sih? Ribet banget kayaknya!”
“Gue—“
“Cuma seniornya, kan?” Galen memotong ucapan Arnan dengan tidak sabaran. Ia kemudian melirik Salsa yang sudah seperti orang kebingungan sejak tadi. “Lo mau hutang lari lo cepet lunas, kan?” tudingnya pada Salsa.
Salsa menoleh cepat pada Galen, lalu mengangguk kuat-kuat. Sejurus kemudian, ia menoleh pada Arnan seraya berucap, “Kak, aku lari dulu, ya. Kita bisa lan—“
“Buruan!” Galen menyeret Salsa sebelum cewek itu sempai menuntaskan kalimatnya pada Arnan.
“Aduh, duh,” keluh Salsa yang kesulitan mengimbangi langkah-langkah cepat Galen.
Nggak sopan banget sih, nih cowok. Nggak ngerti gue lagi ngomong sama kak Arnan, apa?! Nggak pernah jatuh cinta kayaknya, nih cowok! Nggak ada manis-manisnya kayak kak Arnan.
Galen baru saja melepaskan tangan Salsa ketika sudah tiba di pinggir lapangan basket. Matanya langsung mengunci mata Salsa saat itu juga. “Ada yang mau lo omongin ke gue?” tudingnya langsung.
Salsa langsung menegakkan punggungnya. Ia merasa Galen seolah dapat membaca pikirannya.
“N-nggak ada, Kak.” Salsa menggeleng kuat-kuat. Ini cowok udah kayak dukun, main tebak tiba-tiba.
“Tapi, kayaknya ada yang mau lo sampein ke gue!”
Mata Salsa semakin membulat. Ia menggeleng sekali lagi. “Nggak ada. Beneran, Kak!”
“Yaudah, kita bisa mulai lari sekarang!”
Galen memutar tubuhnya, dan berniat melangkah memasuki lapangan. Namun, suara Salsa yang tiba-tiba membuatnya kembali memutar tubuh dan menatap tajam cewek itu.
“Tunggu dulu, Kak!” Salsa berseru takut-takut. “Gimana kalo aku ganti baju olahraga dulu?”
“Ngapain?” tanya Galen tanpa mengalihkan sedikit pun tatapan matanya dari Salsa. Kemudian, seseorang yang berjalan mendekat dari balik punggung Salsa, tiba-tiba saja semakin memperburuk suasana hatinya.
“Biar nggak terlalu keringetan pas masuk kelas, Kak. Nanti nggak ada yang mau deket-deket sama aku.”
“Lebih bagus begitu! Nggak usah ada yang deketin lo lagi!” ucap Galen nyaring sambil menatap tajam seseorang yang baru saja berhenti tepat di belakang Salsa.
Gila, nih cowok mulutnya pedes banget!
“Gue bisa aja berubah pikiran kalo lo belum juga masuk lapangan!”
Suara ancaman Galen berhasil membuat Salsa bergerak. Ia mulai berlari mengitari lapangan basket dengan Galen di sebelahnya.
Putaran pertama mereka lewati tanpa percakapan. Hanya suara deru napas teratur juga derap langkah kaki mereka yang terdengar.
Putaran kedua, Salsa mencoba memecahkan keheningan antara dirinya dan Galen. Biar bagaimana pun, ini adalah kesempatannya untuk menarik perhatian cowok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Boy [Completed]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT - sebagian part sudah dihapus] #1 in Teen Fiction [11-02-18] "Karena beku adalah cara gue bertahan" _________ "Kalo si Kutub Es itu natap lo lebih dari lima detik, cuma ada dua kemungkinan. Yang pertama, dia marah besar sama lo. Dan ya...