2. Jejak Sepatu

756K 55.1K 12.9K
                                    


“Dia udah punya pacar?”

Pertanyaan itu yang terlontar pertama kali ketika Salsa melihat targetnya sedang berjalan bersisian dengan seorang cewek. Dugaan Salsa bukan tanpa alasan. Ia melihat cewek bertubuh nyaris sempurna itu menempel sangat rapat dengan Galen. Tangannya bergelayut manja memeluk lengan Galen. Dan, Salsa bisa menebak kalau cewek itu sengaja memamerkan sesuatu di balik kemeja yang dua kancing bagian atasnya dibiarkan terbuka lebar.

“Namanya Regina Putri. Seangkatan sama kak Galen.” Nadin ikut berhenti tepat di sebelah Salsa. Matanya mengikuti arah pandang Salsa ke arah koridor kelas dua belas. “Statusnya nggak jelas sampai sekarang. Cuma dia yang ngaku-ngaku pacarnya kak Galen. Tapi kak Galen nggak pernah anggap dia pacar. Tuh, lihat aja sendiri!” Nadin menunjuk dengan dagunya.

Salsa kini melihat Galen menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba. Cowok itu menatap Regina dengan tatapan peringatan sambil menunjuk tangannya yang dipeluk cewek itu.

Regina terpaksa melepaskan pelukannya sambil mencebikkan bibirnya. Tapi tidak berlangsung lama. Cewek itu kembali menyusul Galen yang sama sekali tidak mempedulikannya.

“Gatel banget sih, tuh cewek!” Salsa malah risi sendiri melihat tingkah Regina.

“Lo juga harus kayak gitu, Sal, buat narik perhatian kak Galen!” Fira ikut berkomentar sambil menepuk bahu Salsa.

“Idih, ogah!” Salsa menyahut tanpa pertimbangan. Membayangkannya saja sudah membuat Salsa geli sendiri. Agresif sama sekali bukan kepribadiannya.

“Trus, lo mau diem kayak gini terus, nunggu kak Galen yang datengin lo duluan?” Fira menatap Salsa gemas. “Sampai ayam bisa berenang juga nggak bakal deh kak Galen deketin lo duluan! Taruhan sama gue!”

Salsa mulai berpikir. Membayangkan dirinya berada dalam posisi Regina saat ini, sungguh membuat sekujur tubuhnya merinding. Ia tidak pernah berdekatan dengan cowok seperti itu. Apalagi bertingkah genit seperti Regina.

“Kalo lo nggak sanggup, mending mundur aja, Sal. Nggak usah nyiksa diri lo sendiri!” hasut Nadin, berniat mengompori semangat Salsa.

“Jangan, dong! Gue kepengin banget tahu siapa pengirim pesan misterius itu.”

“Ya, balik lagi ke lo sendiri. Lo siapnya kapan?” tantang Nadin.

“Tapi gue nggak yakin kak Galen bakal ngelirik lo walau lo bertingkah genit kayak kak Gina,”

Salsa langsung menoleh karena perkataan Fira. “Kenapa nggak?”

“Ya, lo mikir aja sendiri. Cewek secantik dan semolek kak Gina aja kak Galen nggak luluh. Apalagi disodorin yang rata kayak lo!”

“Asem!” Salsa tersinggung. “Itu karena cewek itu pakai seragamnya ngetat aja, jadinya kelihatan besar.”

Fira dan Nadin kompak tertawa, membuat Salsa merasa pembelaannya barusan sia-sia. Kedua sahabatnya itu tentu tidak percaya.

“Gue pasti bisa kok, cairin si Kutub Es itu tanpa perlu jadi cewek gatel!” yakin Salsa. Ia masih tersinggung dengan tawa dua orang di dekatnya yang belum juga mereda.

***

Perlu mental baja untuk adik kelas sepertinya yang dengan nekat menginjakkan kaki di lingkup area kelas XII.

Seperti Salsa saat ini. Entah sudah berapa banyak pasang mata yang menelitinya dari atas hingga bawah, membuat keberanian Salsa hampir merosot ke titik yang paling rendah.
Berdirilah Salsa di sini sekarang, tepat di depan kelas XII IPA 1 sesaat setelah bel istirahat pertama berbunyi. Nadin yang memberinya info bahwa targetnya berada di kelas ini.

My Ice Boy [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang