“Rule-nya cuma satu. Lo nggak boleh kelepasan bilang suka sama dia kalo nggak mau dia pergi."
________________________________Perasaannya tidak enak. Dari kejauhan, Galen bisa melihat kehebohan di depan rumahnya. Tante Mira ada di luar rumah, disusul papa dan beberapa wajah yang tampak asing di mata Galen.
Laju mobil Galen semakin melemah. Dan sebelum ia sampai di depan rumah, sebuah mobil Sedan merah yang sebelumnya terparkir di depan rumahnya, kini bergerak dan melaju melewati mobil yang dikendarai Galen dari arah berlawanan. Bahkan, Galen harus sedikit membanting stir ke kiri untuk menghindari tabrakan.
“Gila tuh orang!” kesal Galen pada si pengendara mobil Sedan yang melawan arus.
Biar pun kawasan perumahan tempat tinggal Galen terbilang sepi dengan jalanan yang cukup lebar. Tapi tetap saja, melawan arus dan mengendarai mobil dengan kecepatan yang tidak bisa dibilang pelan itu tentu sangat membahayakan.
Galen menepikan mobilnya di depan pagar rumahnya, kemudian turun dengan tanda tanya besar di kepalanya. Keadaan di depan rumahnya sudah ramai.
Seorang wanita paruh baya yang tidak dikenali Galen tampak sangat cemas. Wanita itu menarik-narik lengan jas seorang lelaki yang Galen tebak adalah suami dari wanita itu.
“Pa, dia belum lancar nyetir. Mama takut terjadi apa-apa,” kata wanita itu.
Tante Mira yang melihat Galen tiba, langsung membuka pintu mobil Galen dan menggendong Ken yang masih tertidur pulas.
“Galen, cepat kamu kejar Cherry. Pastikan dia kembali ke sini dalam keadaan baik-baik saja,” perintah Roy—papanya Galen.
“Tapi, Pa—“ Galen tidak dibiarkan berargumen, karena Roy terus mendesaknya.
“Cherry bosan nungguin kamu yang nggak datang-datang. Makanya dia nekat pergi bawa mobil sendiri. Cepat kamu kejar dia, sebelum hal buruk terjadi!”
Galen tidak punya pilihan lain. Semua orang yang ada di depan rumahnya saat ini tampak sangat cemas. Papanya, tante Mira, juga sepasang suami istri yang Galen duga adalah orang tua dari gadis bernama Cherry—yang baru saja membuat keributan.
Galen kembali masuk ke mobil dan bergegas menyusul Sedan merah yang tadi hampir menabraknya. Ia hanya berharap belum tertinggal terlalu jauh.
Mobil yang dikendarai Galen baru saja keluar dari komplek perumahannya, kemudian bergabung dengan kendaraan-kendaraan lain di jalan raya.
Sambil melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang, Galen mengedarkan pandangannya untuk menemukan Sedan merah yang ia cari. Dalam pencariannya, Galen tak henti-hentinya berdecak sebal dengan tingkah nekat gadis bernama Cherry. Karena, seperti yang Galen dengar dari wanita asing di rumahnya tadi, Cherry belum mahir menyetir. Bagaimana jika terjadi kecelakaan karena aksi nekatnya ini?
Usaha pencarian Galen akhirnya menemukan titik terang. Dari kejauhan, ia bisa melihat sebuah mobil dengan warna mencolok berhenti karena lampu merah lalu lintas. Galen yakin, itu adalah mobil Sedan yang ia cari.
Mobil Galen baru saja ingin menyejajari mobil Sedan merah itu, namun lampu lalu lintas berubah hijau lebih cepat dari yang ia kira. Cherry sudah melajukan mobilnya sebelum Galen mendekat.
Galen langsung menyusul dengan menambah kecepatan mobilnya. Suasana malam yang sudah cukup larut, membuat jalanan tidak terlalu padat. Hanya ada beberapa kendaraan yang melintas. Hal ini membuat Galen leluasa mengejar mobil Sedan merah itu.
Galen menambah kembali kecepatan mobilnya hingga melaju beriringan dengan mobil yang dikendarai Cherry. Galen membuka kaca mobilnya, kemudian membunyikan klakson mobil untuk mendapat perhatian dari cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Boy [Completed]
Teen Fiction[SUDAH TERBIT - sebagian part sudah dihapus] #1 in Teen Fiction [11-02-18] "Karena beku adalah cara gue bertahan" _________ "Kalo si Kutub Es itu natap lo lebih dari lima detik, cuma ada dua kemungkinan. Yang pertama, dia marah besar sama lo. Dan ya...