Chapter 17

978 57 0
                                    

"Dan...tentunya aku mau bikin, kamu balikan lagi sama aku."

Mendengar ucapan Fani, Malvin semakin tak bisa berkata-kata. Dirinya benar-benar kaget melihat mantan pacarnya ada di hadapannya sekarang.
Bastian yang masih bersama Zalfa saat itupun tak sengaja melihat ke arah Fani. Dan dirinya tampak sama terkejutnya seperti Malvin.
"Fani.", ucap Bastian sambil menatap perempuan itu.
Zalfa : "Bas? Kamu kenal sama cewek itu?"
"Oh...mmm...enggak kok Zal. Gue gak kenal siapa dia.", Bastian tampak salah tingkah setelah melihat perempuan itu.

***
Sementara itu Marsha kembali asik membaca bukunya di taman kampus. Ia tak tau Alif sedang berjalan ke arahnya.

Namun saat Alif sedang berjalan,
"Aduh.", Alif menabrak Key yang sedang asyik berdiri sambil mendengarkan musik favoritnya.
Key : "Heh! Jalan luas kok nabrak-nabrak sih?"
Alif : "Eh nenek sihir. Kok kayaknya udah lama ya gue gak liat batang hidung lo. Sorry nabrak, gue gak ngeliat ada lo."
Key : "Heh kadal! Berhenti ngatain gue nenek sihir ya!"
Alif mengabaikan ucapan Key. Ia bersiul kemudian melanjutkan langkahnya.

"Marsha.", panggil Alif pada Marsha sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
"Eh kak Alif.", jawab Marsha kikuk.
"Hati-hati mbak! Jangan mau deket-deket sama dia! Nanti nyesel loh.", tiba-tiba Key yang berada di depan Alif dan Marsha berteriak.
Alif : "Eh lo berisik ya. Pergi gak lo!"
Key pun melangkah pergi melewati Alif dan Marsha yang sudah duduk bersama.
"Hati-hati mbak.", ujar Key pada Marsha sambil kemudian melanjutkan langkahnya.
Marsha hanya memandangi tingkah Key dan Alif bingung.

"Sha, makan bareng yuk. Aku traktir deh.", bujuk Alif dengan senyum andalannya.
"Mmmm.", Marsha tampak bingung dirinya mau memberi jawaban apa.
"Marsha udah janjian makan sama gue nih Lif. Sorry ya kita duluan lagi.", tiba-tiba Devin datang menghampiri mereka dan membawa Marsha pergi meninggalkan Alif.
Devin : "Sha, harus berapa kali sih gue bilang? Alif tuh gak baik buat lo. Mendingan lo jauhin dia."

Marsha : "Dev, harus berapa kali sih aku bilang juga? Aku tuh gak pernah deketin dia. Tapi dia nya yang selalu datengin aku. Sekarang kamu maunya aku gimana Dev?"
Devin : "Ya udah sekarang terserah lo mau gimana Sha. Gue juga udah berusaha buat bilangin lo. Buat jagain lo dari Alif. Sekarang kalau misalkan lo tetep mau deket-deket sama dia juga silahkan. Dan satu hal yang harus selalu lo inget Sha, gue selalu ada di samping lo. Kapanpun lo butuhin gue, gue akan selalu ada buat lo."
Lalu Devin pergi meninggalkan Marsha disana.

***
Fani masih berdiri di depan Malvin sambil terus tersenyum menatapnya.
"Kamu makin keren aja ya Vin.", ujar Fani.
Malvin tampak menarik nafasnya panjang.
Malvin : "Fan, tolong kamu pergi dari sini. Aku masih banyak urusan lain yang lebih penting dari kamu. Kalau kamu mau ikut audisi, silahkan masuk."
"Oh...jadi ada yang lebih penting dari aku? Tenang aja Vin, sekarang mungkin kamu bisa ngomong kayak gitu. Tapi nanti, aku pastiin kamu akan ngomong sebaliknya.", batin Fani.

Kemudian Fani tersenyum dan meninggalkan Malvin. Ia berjalan masuk dan melewati Bastian serta Zalfa yang masih mematung disana.
"Hai Bas.", sapa Fani pada Bastian.
Bastian semakin tak bisa berkata-kata. Ia berpikir, "Untuk apa cewek itu dateng lagi? Apa tujuan dia?".

Zalfa menyadari bahwa Bastian sedang memandangi perempuan itu. Namun dengan tatapan tidak suka.
Zalfa : "Bas? Kamu gakpapa?"
Bastian : "Oh...gakpapa..gakpapa kok. Ya udah Zal. Gue pergi cari Key dulu ya."
Zalfa hanya mengangguk dengan senyum manisnya kemudian.

***
Proses audisi sedang berlangsung, banyak bakat-bakat yang ditampilkan oleh pesertanya. Seluruh mahasiswa yang ada di Universitas Musika bisa menyaksikan bagaimana jalannya audisi, karena terdapat monitor di semua sudut kampus.
Bastian dan Key seperti ikut merasakan bagaimana deg-degannya perasaan Zalfa saat itu.

"Zalfa Ufairah", panggil salah satu dewan juri di dalam ruang audisi.
Dengan segera Bastian dan Key menatap layar monitor yang ada di hadapan mereka.

"Lo pasti bisa Zal.", ujar Key.
Kemudian Zalfa mulai menyanyi lagu kesukaannya. Lagu yang biasa ia nyanyikan bersama Ridwan ketika mengamen di jalanan dulu. Selama bernyanyi, seolah-olah Zalfa sedang mengulang kembali masa-masa itu.
Semua juri dan mahasiswa yang menyaksikan penampilan Zalfa tampak takjub. Semuanya terdiam menikmati penampilan Zalfa, seolah-olah suara Zalfa telah menghipnotis mereka.

Marsha yang juga sedang menyaksikan penampilan Zalfa melalui monitor pun ikut merasakan hal itu.
"Indah banget.", ujar Marsha.

Vanya yang sedang duduk termenung ikut terbawa suasana mendengar suara Zalfa. Lagu yang Zalfa nyanyikan membuat Vanya semakin rindu dengan sosok Alif.

***
"Luar biasa. Penampilan kamu tadi berhasil menghipnotis kita semua. Semoga beruntung ya. Sekarang kamu bisa keluar.", ujar salah satu juri di ruangan itu.
"Terima kasih.", Zalfa tersenyum simpul lalu keluar dari ruangan itu.
"Terima kasih Zalfa. Pengumuman kelulusannya 1 minggu lagi ya. Nanti kamu bisa kesini lagi minggu depan untuk mengeceknya.", ujar Malvin menyambut Zalfa yang sedang melangkah keluar dari ruang audisi.
"Baik kak. Minggu depan saya akan kesini lagi. Terima kasih banyak ya kak.", jawab Zalfa.

***
Marsha menghampiri Zalfa yang baru saja keluar dari ruangannya itu.
"Gila Zal. Ternyata kamu bisa nyanyi.", ujarnya.
Zalfa : "Ah kamu mah gak pernah muji aku."
Marsha : "Hahaha tapi aku yakin banget. 100 persen. Pasti kamu lolos masuk sini."
Zalfa : "Aamiin. Makasih ya Sha."
Tak lama kemudian Bastian dan Key juga menghampiri Zalfa.
"Zalfaaa!", teriak Key sambil memeluk Zalfa.
"Kamu emang paling keren Zal.", puji Bastian.
Zalfa : "Makasih Key, Bas, kalian baik banget. Kalau bukan karena kalian, aku gak akan tau kalau ada audisi ini. Semoga dengan ini, aku bisa kuliah bareng kalian."
Key : "Iya Zal. Santai aja kali."
Lalu Key melihat ke arah Marsha yang juga ada disamping Zalfa saat itu.

"Eh. Lo bukannya yang tadi sama si kadal itu kan?", tanya Key yang merasa mengenali Marsha.

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang