Chapter 43

832 55 0
                                    

Marsha dan Alif baru saja tiba di rumah sakit. Kebetulan juga bebarengan dengan datangnya Malvin.
"Eh kak Malvin, kakak mau jenguk Bastian dan Zalfa juga?", sapa Marsha yang melihat Malvin.
Malvin : "Iya Sha. Bareng ya."
Marsha tersenyum ramah.
Alif : "Bukannya lo sama Bastian itu gak akur ya Vin?"
Malvin : "Bastian itu sahabat terbaik gue Lif."
Alif terdiam heran. Karena selama ini ia tidak pernah melihat Bastian dan Malvin tampak akur.
Kemudian mereka bertiga berjalan dalam diam menuju ke ruang inap Bastian dan Zalfa.

***
Setelah Marsha, Alif, dan Malvin masuk. Kemudian Devin dan Vanya tiba di rumah sakit yang sama. Mereka bergegas membawa Fani ke UGD.
Devin : "Van, kok bisa sih si Fani itu sampai dorong lo jatuh ke sungai gitu?"
Vanya : "Gue juga gak ngerti Dev. Masa tiba-tiba dia bilang kalau gue itu suka sama Malvin? Kan aneh ya."
Mendengar hal itu, Devin justru terkekeh.
Vanya : "Ih kok lo malah ketawa sih? Gak lucu tau gak!"
Devin : "Van, lo sadar gak sih? Kejadian yang dialami lo sekarang, sama persis kayak kejadian yang dialami Marsha dulu. Dulu lo tiba-tiba bilang kalau Marsha suka sama Alif padahal sebenernya gak kayak gitu, sampai segala cara lo lakuin buat nyingkirin dia. Iya kan? Dan sekarang kejadian itu lo rasain sendiri. Lo tiba-tiba dibilang suka sama Malvin, dan Fani coba buat nyingkirin lo."
Ucapan Devin membuat Vanya terdiam.
"Devin bener. Apa ini karma buat gue karena dulu selalu nuduh Marsha yang enggak-enggak?", pikir Vanya.
Devin : "Udah lo gak usah terlalu pikirin hal itu. Sekarang tinggal perbaiki kesalahan lo, jalani hidup yang lebih baik."
Vanya mengangguk mengerti kemudian tersenyum pada Devin.
Vanya : "Lo bener Dev. Sorry ya, selama ini gue selalu panggil lo cupu. Gue juga dulu sering gangguin lo."
Devin : "Santai aja kali Van. Gue sih biasa ngadepin cewek kayak lo. Tapi Marsha, mungkin dia butuh permintaan maaf dari lo."
Vanya : "Iya Dev, lo bener. Gue harus minta maaf sama Marsha. Salah gue banyak banget sama dia."
Devin tersenyum melihat sikap Vanya yang mulai berubah.

***
Tak lama kemudian dokter keluar setelah menangani Fani.
Vanya : "Bagaimana keadaan dia dok?"
Dokter : "Fani mengalami patah tulang di bagian kaki kanannya, sehingga mungkin untuk sementara ini dia harus menggunakan kursi roda ataupun tongkat. Sekarang kami akan pindahkan Fani ke ruang inap."
Devin : "Baik dok, terima kasih banyak.

***
Malvin, Marsha, dan Alif sudah sampai di depan ruang inap Bastian.
"Tok tok tok.", Alif mengetuk pintu ruangan itu kemudian memasukinya. Diikuti oleh Marsha dan Malvin di belakangnya.
"Eh kalian udah datang.", ucap Ruth menyambut kedatangan mereka.
Alif, Marsha, juga Malvin melihat kondisi Bastian sepertinya sudah membaik.
Alif : "Wah kalian cuma berduaan aja nih?"
Ruth : "Apaan sih Lif. Itu Key lagi di ruangan Zalfa."
Mendengar hal itu Marsha langsung berkeinginan untuk ke ruangan Zalfa terlebih dahulu. Ia ingin melihat keadaan sahabatnya.
Marsha : "Ruang Zalfa di sebelah kak? Mmm. Kalau gitu aku permisi kesana dulu aja ya."
Marsha bergegas keluar menuju ke ruangan yang ditunjukkan oleh Ruth.
Malvin : "Gimana keadaan lo Bas?"
Bastian langsung menatap Malvin sinis.
Bastian : "Peduli apa lo sama gue?"
Malvin : "Bas, gue peduli sama lo. Gue sedih lo kayak gini."
Alif dan Ruth bingung melihat Bastian dan Malvin.

Ruth pun berusaha kembali mencairkan suasana.
Ruth : "Eh, kalian gak bareng sama Vanya?"
Alif : "Enggak Ruth. Gak bareng. Emang Vanya kesini juga?"
Ruth : "Iya. Tadi dia sebenernya udah mau kesini bareng gue. Tapi tiba-tiba Fani dateng minta Vanya buat bareng sama dia aja."
"Fani?", ujar Malvin dan Bastian bersamaan.
"I..iya Fani.", jawab Ruth bingung.
Malvin : "Dia minta bareng sama Vanya jam berapa?"
Ruth : "Sekitar 2 jam yang lalu sih Vin."
Malvin : "Hah 2 jam yang lalu? Harusnya mereka sekarang udah sampai sini."
"Ini pasti ada apa-apa yang dilakuin sama Fani.", pikir Malvin.
Malvin mencoba menelepon Vanya kemudian.
"Hp nya juga gak aktif.", ujar Malvin.
Ruth : "Vin, gue takut ada apa-apa yang terjadi sama Vanya."
Malvin : "Kalau gitu aku pamit cari dia sekarang ya. Cepet sembuh ya Bas."
Malvin kemudian bergegas keluar dari ruang inap Bastian untuk mencari keberadaan Vanya.
Alif : "Malvin kayaknya care banget ya sama Vanya?"

***
Marsha sudah sampai di depan ruangan Zalfa. Namun sesaat sebelum mengetuk pintunya, Marsha merasa dirinya harus ke toilet terlebih dahulu sebentar.
"Aduh kok tiba-tiba kebelet. Toilet dimana ya?", lalu Marsha pergi ke toilet terlebih dahulu.

***
Disisi lain Devin dan Vanya masih mengikuti langkah perawat yang sedang membawa Fani menuju ruang inapnya.
Ruangannya tepat di dekat toilet rumah sakit itu. Devin dan Vanya memutuskan untuk menunggu di depan ruangan itu.
"Kira-kira gimana ya reaksi Fani nanti pas tau kakinya patah?", ucap Vanya cemas.
Devin : "Van, mau gak mau. Fani pasti bakal tau. Apapun reaksinya, dia harus siap menerima kondisinya sekarang. Toh itu juga akibat ulahnya sendiri kan?"
Vanya asyik mengajak mengobrol Devin di depan ruangan itu.

***
"Nah. Ini dia toiletnya.", akhirnya Marsha menemukan tempat yang ia cari.
Marsha pun dengan segera masuk ke toilet. Ia tak menyadari Devin sedang terduduk di depan ruangan yang berada tepat disamping toilet ini. Ia tak menyadari bahwa dirinya sudah begitu dekat dengan Devin. Orang yang sudah dari kemarin ia cari-cari keberadaannya.

***
Sesaat kemudian Marsha keluar dari toilet. Saat itu juga Devin tidak sengaja menengok ke arah Marsha dan melihatnya.
"Astaga itu Marsha.", ucap Devin dalam hati. Kemudian dengan segera Devin memalingkan wajahnya.
"Van, kita masuk yuk liat keadaan Fani.", ucap Devin pada Vanya.
Vanya : "Oh iya yuk Dev."
Kemudian Devin dan Vanya masuk ke ruang inap Fani.
Marsha menoleh ke kanan dan kiri.
"Tadi aku lewat mana ya?", ujar Marsha sambil mengingat jalan yang dilewatinya tadi. Kemudian Marsha melangkah pergi. Ia tak sadar kalau ia sudah sangat dekat dengan Devin.

***
Devin : "Van, lo jangan bilang siapa-siapa ya kalau misalkan lo ketemu sama gue. Terutama ke Marsha."
Vanya : "Loh? Emangnya kenapa sih Dev?"
Devin terdiam mencari jawaban atas pertanyaan Vanya itu.
Devin : "Mmm. Pokoknya untuk sekarang ini jangan bilang siapa-siapa dulu. Cukup lo aja yang tau."
Kemudian Vanya hanya mengangguk mengiyakan permintaan Devin.

Ia masih bingung sebenarnya ada apa dengan Devin?

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang