Chapter 29

903 52 0
                                    

"Thanks ya Vin.", ucap Vanya singkat.
Lalu dirinya berlarian seolah-olah ingin menangkap semua kunang-kunang yang ada di sekelilingnya.

Vanya tampak sangat menikmati momen ini, seakan-akan dia sudah melupakan kejadian yang baru saja ia tangisi.
Malvin ikut senang melihat itu semua. Ia tersenyum simpul sambil menatap Vanya yang sedang berlarian di tengah kunang-kunang itu.

***
Key akhirnya sampai pada suatu tempat dimana Zalfa dan Ridwan berada.
Mereka berdua masih asyik dengan nyanyian dan gitar mereka saat Key datang kesana.
Kehadiran Key membuat Zalfa dan Ridwan berhenti.
Zalfa : "Key?"
Key : "Halo hehehe."
Key mencoba tersenyum seperti biasanya saat di depan mereka.
Ridwan : "Loh Key, tumben amat lo malem-malem gini kesini?
Zalfa : "Iya. Dan kamu kok sendirian Key? Bastian mana?"
Melihat Zalfa yang justru mencari Bastian membuat Ridwan merasa cemburu.
Ia menunduk sambil berkata dalam hati, "Kok malah si Bastian sih yang dicari?".
Key : "Bastian lagi ada acara nih. Dia dateng ke birthday party salah satu temen kampus kita."
Zalfa mengangguk mengerti akan penjelasan Key itu.
Ridwan : "Kok lo gak ikut datang Key?"

Deg. Pertanyaan Ridwan membuat Key kembali mengingat bahwa alasan dibalik itu adalah ibunya.
Key : "Mmmm. Iya gue lagi males aja sekarang ini."
"Eh Zal, malem ini gue nginep di tempat lo ya? Boleh kan?", lanjut Key.
Sebenarnya Zalfa bertanya-tanya mengapa Key tiba-tiba ingin menginap di tempatnya, bukan pulang ke rumahnya sendiri. Namun Zalfa pun tidak punya alasan untuk menolak permintaan Key itu.
Akhirnya mereka berdua berpamitan pulang pada Ridwan.

***
Hari yang panjang telah berlalu. Begitu banyak cerita yang terjadi. Kini saatnya menyambut hari yang baru dengan semangat yang baru pula.
Seperti Ruth yang terlihat sangat ceria pagi ini. Ia sedang bahagia karena semalam dapat berduaan dengan Bastian selama pesta ulang tahun Alif digelar.
Apalagi sekarang dirinya melihat Bastian sedang berdiri di dekat gerbang kampus. Ruth pun senang ketika melihat hal itu, dengan segera ia melangkah menghampiri Bastian.

Namun baru saja beberapa langkah ia berjalan, Ruth terhenti. Ia memutuskan untuk tidak melanjutkan langkahnya.

Ternyata Bastian berdiri di dekat gerbang kampus karena memiliki alasan tersendiri. Ia sedang menunggu kedatangan Zalfa dan Key.
Mereka berdua turun dari mobil milik Key dan disambut oleh Bastian.
"Mungkin emang Bastian bukan ditakdirin buat gue.", ujar Ruth dalam hati sambil berusaha untuk tersenyum melihat Bastian yang terlihat sangat senang dengan kehadiran Zalfa di kampusnya.
Kemudian Ruth melangkah menjauh karena ia tak ingin berlama-lama memandangi hal yang membuatnya bersedih itu.
Raut wajah Ruth berubah dari yang sangat ceria menjadi sendu dan tampak murung.

***
"Zalfa! Welcome hehehe. Selamat mulai kuliah.", sambut Bastian dengan senyum ramahnya.
Zalfa membalasnya dengan wajah ceria, "Makasih Bas hehehe."
Key : "Ehem. Zalfa aja nih yang disambut?"
Bastian : "Eh. Key juga dong. Sahabat gue tercinta hahaha."
Kemudian mereka bertiga berjalan memasuki area kampus.
Bastian : "Eh Key, lo kenapa gak dateng sih semalem ke birthday party nya Alif?"
Key diam. Ia menundukkan wajahnya.
"Mmmm. Gue lagi males aja Bas.", jawab Key sambil terus menundukkan wajahnya.
Bastian tahu betul, pasti ada alasan lain yang disembunyikan oleh Key.
"Eh btw, gimana party nya semalem Bas? Seru?", ujar Key berusaha mencairkan suasana dan perasaannya.
Bastian : "Seru apanya Key. Kacau iya."
Key : "Tunggu tunggu. Kacau?"
Bastian : "Iya kacau. Bayangin aja masa si Alif mutusin Vanya di depan semua orang dan saat itu juga dia umumin kalau Marsha pacar barunya. Gila gak tuh?"
"Hah?!", Key tampak kaget mendengar ucapan Bastian itu.
Zalfa yang daritadi hanya terdiam pun akhirnya ikut bicara karena ia mendengar Marsha disebut-sebut dalam pembicaraan Bastian dan Key.
Zalfa : "Alif siapa Bas? Emang bener dia pacar barunya Marsha?"
Bastian hanya mengangkat kedua pundaknya dan tidak menjawab pertanyaan Zalfa itu.

Key : "Zal, Alif itu playboy cap kadal yang ada di kampus ini. Dia hobi banget ngadalin cewek-cewek. Nah Vanya itu salah satu korban dia, dan sekarang gue rasa, Marsha yang akan jadi korban dia selanjutnya."

Zalfa : "Jadi maksud kamu, dia cuma main-main mau pacaran sama Marsha?"
Key dan Bastian mengangguk berbarengan mengiyakan pertanyaan Zalfa itu.
Zalfa : "Astaga. Kalau gitu, kita jangan sampai biarin cowok yang namanya Alif itu sampai nyakitin Marsha."

***
Sementara itu Alif sedang duduk sambil bersiul di suatu kelas yang sepi. Tak ada seorang pun disana kecuali dirinya.
Tak lama kemudian Devin datang masuk ke dalam kelas itu.
Ia berdiri tepat di depan posisi Alif yang sedang terduduk. Alif pun bangkit.

"Ada perlu apa?", ujar Alif santai namun sambil menatap Devin tajam.
Devin : "Kalau lo emang sayang sama Marsha, jangan pernah biarin ada seorang pun yang nyakitin dia. Termasuk diri lo sendiri."
Alif tertawa mendengar ucapan Devin.
Alif : "Hahaha. Terus urusannya sama lo apa? Dev, kalau lo suka sama Marsha, ugkapin dong. Sekarang hak lo apa minta gue buat jangan nyakitin dia?"
Devin : "Inget ya Lif, kalau sampai lo bikin air mata Marsha keluar satu tetes pun, gue gak akan tinggal diem."
Alif hanya tertawa sambil mengangguk-anggukan kepalanya saja kemudian pergi dari kelas itu meninggalkan Devin yang masih berdiri disana.

***
Malvin tak begitu semangat mengawali aktivitasnya hari ini. Ia tau, pasti Fani akan terus membayanginya. Dan benar seperti dugaannya, baru beberapa langkah ia memasuki area kampus. Fani sudah datang dan menggandeng tangannya erat.
Malvin menghentikan langkahnya.
"Fan, lepas.", ujar Malvin tanpa melihat wajah Fani sedikitpun.
Fani : "Aku gak mau. Aku kangen banget sama kamu."
Kemudian dengan paksa Malvin melepaskan gandengan tangan Fani itu sehingga membuat Fani merasa sedikit kesakitan. Kemudian Malvin melanjutkan langkahnya.
"Auw sakit tau.", ucap Fani sambil memegangi tangannya.
Fani : "Vin, mau sampai kapan kamu menghindar terus dari aku? Aku gak akan nyerah. Sampai aku bisa dapetin hati kamu lagi."

Malvin terhenti. Ia membalikkan badannya dan menatap Fani.

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang