Chapter 20

932 57 0
                                    

"Tapi kak, kok jalannya sepi kayak gini ya?"

Marsha melihat ke sekelilingnya. Ia bingung mengapa Vanya melewati jalan yang gelap dan sesepi ini.
Vanya : "Ini kita lewat jalan pintas Sha. Kalau lewat jalur yang biasa suka macet."
Marsha hanya mengiyakan ucapan Vanya saja. Tetapi sejujurnya dia masih sangat kebingungan mengapa jalan yang ia lalui semakin gelap.
Tiba-tiba,
"Ciiiittt."
"Aduh. Jangan sekarang dong macetnya.", ucap Vanya.
Marsha pun kaget mendengar itu.
"Apa? Terus gimana ini kak?", Marsha tampak panik mendengar ucapan Vanya sambil melihat suasana di sekitarnya.
"Sha, Sha, gue bisa minta tolong ke lo gak? Di depan sana ada bengkel. Gak jauh dari sini kok. Gue bisa minta tolong lo buat kesana gak? Bilangin orangnya kalau mobil kita bermasalah. Gue nunggu disini jagain mobil. Bisa ya Sha? Plis. Gue gak ngerti masalah mobil soalnya." Marsha melihat ke arah jalan yang ditunjukkan oleh Vanya.
"Gelap banget.", ucap Marsha dalam hati.
Marsha : "Tap...tapi kak..."
Vanya : "Sha, gue mohon."

Betapa polosnya Marsha, sehingga dia mengiyakan ucapan Vanya lagi.
Kemudian dengan sedikit perasaan takut Marsha turun dari mobil Vanya dan berjalan perlahan ke arah jalan yang ditunjukkan Vanya.
Vanya menatap puas ke arah Marsha sambil tertawa kecil.
"Oke. Selamat malam Marsha, selamat jalan-jalan. Hahaha.", Vanya kemudian menyalakan mobilnya dan putar balik meninggalkan Marsha.
Mendengar suara mobil, Marsha pun menengok ke belakang. Vanya telah meninggalkannya sendiri di jalan itu.
"Kak! Kak Vanya! Tungguin aku!", teriak Marsha sambil berlari mengerjar mobil Vanya.
"Kak Vanya!", Marsha terus berlari sekuat tenaganya.
Namun mobil Vanya melaju kencang dan tak mampu ia mengejarnya.
Marsha terhenti. Kini dia tak tahu dirinya ada dimana, dan ia tak tahu harus ke arah mana ia berjalan. Sungguh jalanan sangatlah sepi dan gelap.
"Aku harus kemana nih?", Marsha sangat kebingungan disana.
Ia terus melangkahkan kakinya dengan penuh rasa takut.
"Kalau aku telepon mama, mama pasti khawatir banget. Lebih baik enggak deh.", pikir Marsha.

Kemudian Marsha teringat ucapan Devin, "Kapanpun lo butuhin gue, gue akan selalu ada buat lo."

Marsha akhirnya memutuskan untuk menelepon Devin. Ia berharap Devin dapat menolongnya.
Marsha : "Halo Dev?"
Devin : "Halo Sha. Wah ada apa nih? Tumben amat malem-malem telepon."
Marsha : "Dev, kamu bisa kesini gak? Aku butuh bantuan kamu Dev."
Devin : "Sha? Lo kenapa? Lo dimana sekarang?"
Marsha : "Aku gak tau aku dimana sekarang. Tolong aku Dev. Disini gelap banget jalannya. Aku takut Dev."
Tiba-tiba hp Marsha mati. Telepon mereka terputus.
Devin : "Sha? Halo Sha? Sha?"
Devin pun panik. Ia sangat khawatir dengan keadaan Marsha.
Dia langsung bergegas mencari keberadaan Marsha walaupun ia tak tahu kemana dirinya harus pergi.

***
Sementara itu Zalfa sedang kebingungan karena Ridwan tidak ada di tempat yang seperti biasanya.
"Ridwan, kamu kemana?", batin Zalfa.
Zalfa memutuskan untuk menunggu Ridwan di tempat itu. Ia pun akhirnya menghubungi Key bahwa dirinya dan Ridwan tidak bisa tampil di kafe malam ini. Ia tak tahu kalau orang yang dia cari sedang berusaha keras untuk menemuinya.

***
Sementara itu Marsha masih terus melangkah.
"Ya ampun. Aku dimana? Gak ada orang di sekitar sini. Aku takut.", ucap Marsha dalam hati.
Jalan di depan Marsha semakin gelap.
Marsha memutuskan untuk berhenti saja. Karena ia pikir semakin ia berjalan semakin dirinya akan tersesat.

***
Ridwan masih berjalan disana. Kakinya semakin terasa sakit. Ia rasa dirinya sudah tak sanggup lagi untuk berjalan.
"Tolong!", teriak Ridwan.
"Siapapun yang dengar tolong!"
Namun tak terlihat ada seorangpun disana. Ridwan terus berusaha menggerakkan kakinya yang penuh luka lebam itu.
Sementara itu Marsha masih terduduk disana, di tepi jalanan yang gelap itu. Ia tampak sangat bingung. Baterai hp nya sudah habis, dan dia tak tau harus berjalan kemana lagi.

***
Ridwan semakin tidak kuat melangkah. Kedua kakinya sudah tidak mampu menopang tubuhnya lagi. Akhirnya Ridwan pun terjatuh.
Ia melihat ke arah sekelilingnya. Dan terlihatlah ada seseorang sedang duduk termenung disana.
"Tolong.", teriak Ridwan lemah pada orang itu.

***
Marsha mendengar seperti ada orang yang berteriak kepadanya. Ia pun melihat ke sekeliling. Dan Marsha melihat ada seseorang yang sedang terjatuh dan melihat ke arahnya. Melihat orang itu Marsha pun langsung berlari ke arahnya. Dia adalah Ridwan.

"Kamu kenapa?", tanya Marsha panik sambil berusaha mengangkat tubuh Ridwan.
"Tolong.", jawab Ridwan lemah.
Marsha pun kaget setelah melihat kondisi badan Ridwan yang babak belur saat itu.
Marsha : "Ya ampun. Kamu kenapa? Kamu mau kemana?"
Ridwan akhirnya menjelaskan semua yang telah menimpanya kepada Marsha.
"Astaga. Ternyata ada orang yang lebih kesusahan dari aku. Sekarang aku harus gimana?", batin Marsha.
"Aku juga lagi tersesat di sini. Aku gak tau harus jalan kemana.", ujar Marsha pada Ridwan.

***
Sementara itu Zalfa masih terus menunggu Ridwan, ia sangat khawatir karena tidak biasanya Ridwan menghilang dan tidak ada di tempat mereka biasa bertemu.
"Rid, kamu kemana sih sebenernya?", ucap Zalfa dalam hati.

***
Vanya melaju pulang dengan sangat puas.
"Hahaha. Akhirnya gue bisa kasih pelajaran juga sama itu anak. Sekarang gue yakin dia pasti lagi ketakutan hahaha.", Vanya tampak sangat puas.
Namun tiba-tiba,
"Ciiiittt!!!", mobil Vanya direm mendadak.
Ternyata mobil Vanya dihadang oleh mobil lainnya.
"Apa-apaan sih?", gerutu Vanya.
Kemudian Vanya turun dari mobilnya dan menggedor-gedor jendela mobil orang yang menghadangnya. Membuat sang pemilik mobil itu turun dari mobilnya. Dan ternyata dia adalah Devin.
"Si cupu? Eh maksud lo apa hadang mobil gue hah?", bentak Vanya pada Devin.
Devin : "Mana Marsha?"
Vanya tampak gugup ketika ditanyai oleh Devin seperti itu.
Vanya : "M..m..marsha? Kenapa lo tanya sama gue?"
Devin : "Gue tau lo pasti habis berbuat sesuatu kan sama dia? Mana Marsha?"
Vanya : "Apaan sih lo? Heh cupu! Gue gak tau ya Marsha ada dimana. Itu bukan urusan gue. Lagian penting amat gue ngurusian dia."

Devin : "Barusan Marsha telepon gue. Dia bilang dia gak tau lagi ada dimana sekarang. Pasti itu ulah lo kan?"
Mendengar ucapan Devin membuat Vanya semakin gugup dan kehabisan kata-kata.

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang