Chapter 36

913 63 0
                                    

Alif : "Thanks ya, lo udah nolongin gue. Padahal gue tau lo gak suka atau bahkan benci sama gue."

Key : "Lif, sebenci-bencinya gue sama lo, gue tetep punya hati buat nolongin orang lain yang lagi kesusahan."
Alif hanya mengangguk sambil merenungi kesalahannya selama ini.
Melihat Alif yang terdiam, kemudian Key dengan sengaja menyentuh luka pada wajah Alif lagi. Membuat Alif terhentak.
Alif : "Auw. Eh nenek sihir pelan-pelan dong!"
"Hahahaha iya iya.", kemudian Key melanjutkan untuk mengobati luka-luka Alif itu.

***
"Dev, kamu serius gakpapa? Aku obatin luka kamu dulu ya?", ujar Marsha yang khawatir pada keadaan Devin.
Devin memaksakan diri untuk menyetir agar dapat mengantar Marsha pulang.
Devin : "Iya Sha. Lo tenang aja. Lecet-lecet dikit biasa lah."
Marsha : "Tapi itu bibir kamu sampai berdarah?"
Devin kemudian mengusap sedikit darah yang masih mengalir dari bibirnya.
Devin : "Gakpapa lah Sha. Ntar gue obatin sendiri."
Tak terasa mereka sudah sampai di depan rumah Marsha.
"Eh Dev, aku mau tanya sesuatu boleh?", ucap Marsha sebelum turun dari mobil Devin.
Devin : "Tanya apa Sha?"
Marsha : "Yang dibilang kak Alif soal perasaan kamu ke aku itu bener?"
Devin terkejut. Ia tak menyangka Marsha akan menanyakan hal itu padanya. Ia pun bingung harus menjawab apa.
Devin : "Mmm. Eh Sha, udah malem nih. Gue pulang dulu ya? Gak enak juga sama nyokap lo hehe."
"Eh mmm. Iya. Iya deh Dev. Makasih ya udah anterin dan tolongin aku.", jawab Marsha sambil turun dari mobil Devin.
Devin mengangguk. Ia tersenyum dengan begitu tulus pada Marsha sambil kemudian menjalankan mobilnya perlahan.
"See you tomorrow Sha!", ucap Devin.
Marsha pun hanya membalasnya dengan anggukan dan sebuah senyuman manis khasnya.

***
Akhirnya hari yang penuh cerita itu berlalu.
Malvin tampak berjalan dengan sangat terburu-buru karena dirinya datang terlambat di kelas pagi ini.
Saking buru-burunya, ia tak sengaja menabrak Vanya yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Membuat buku catatan yang dipegangnya terjatuh.

"Eh sorry sorry Van. Aku gak sengaja. Aku buru-buru. Sorry ya.", ucap Malvin sambil kemudian mengambil kembali buku catatannya yang terjatuh dan berjalan masuk ke dalam kelas.

Malvin tak menyadari bahwa ada selembar kertas yang terjatuh dari buku catatannya itu. Vanya mengambil kertas itu, dilihatlah apa isinya disana.
"Loh? Ini kok mirip sama gue ya?", Vanya keheranan melihat sebuah sketsa wajah yang tergores dengan indah di kertas itu. Ia merasa gambar sketsa itu mirip dengan dirinya.
Lalu Vanya melihat di sudut gambar itu.
"Vanya? Ini beneran gue? Malvin ngapain ya gambar-gambar muka gue?", ucap Vanya lagi.
Kemudian Vanya menyimpan gambar itu dan memutuskan untuk mengembalikannya pada Malvin seusai kuliah.

Tak lama kemudian Fani datang. Ia melihat Vanya yang terlihat sedang memasukkan sesuatu ke dalam sakunya "Apa tuh Van?", tanya Fani.
Vanya : "Eh. Bukan apa-apa kok. Lo Fani yang kemaren kan?"
Fani : "Iya. Gue pengen temenan sama lo. Gue baru masuk sini dan belum ada temen yang enak diajak ngobrol. Tapi setelah ketemu lo kemaren, gue jadi ngerasa punya temen."
Vanya : "Oh ya? Mmm. Bagus deh kalau gitu."
Fani : "Van, kita ke kantin yuk hehehe."
Akhirnya Vanya mengikuti langkah Fani dari belakang. Ia sebenarnya curiga mengapa Fani tiba-tiba datang dan ingin berteman dengannya.

***
Zalfa sedang mencari keberadaan Bastian dan Key saat Ruth datang menghampirinya.
"Hai Zal.", sapa Ruth ramah.
"Eh. Hai juga Ruth.", jawab Zalfa sambil terus menengok ke kanan dan kiri mencari Bastian dan Key.
Ruth : "Lo nyari siapa?"
Zalfa : "Oh aku nyari Bastian sama Key. Kamu liat mereka gak?"
Ruth : "Oh enggak tuh Zal. Emang ada perlu apa?"
Zalfa : "Gakpapa sih Ruth, cuma daritadi gak ada yang nemenin aja hehehe."
"Oh gitu. Ya udah gue temenin ya.", ujar Ruth sambil tersenyum manis pada Zalfa.
Lalu mereka berdua berjalan bersama menuju kantin.
Zalfa : "Makasih ya Ruth udah mau nemenin aku."
Ruth : "Iya Zal. Santai aja kali."
Zalfa : "Oh iya, aku mau tanya sesuatu boleh?"
Ruth : "Tanya apa Zal?"
Zalfa : "Tapi kamu jangan marah ya?"
Ruth : "Iya gue gak akan marah kok."

Zalfa : "Mmm. Kemarin kamu nanya-nanyain soal Bastian ke aku emang kenapa ya? Aku masih penasaran soalnya kamu tiba-tiba tanyain soal Bastian."

Ruth : "Oh. Hehe. Gue cuma penasaran aja. Soalnya lo dari awal audisi di kampus ini kan udah deket banget sama Bastian."
Zalfa mengangguk mengerti.
Ruth : "Eh Zal. Lo jagain Bastian baik-baik ya. Dia itu orang baik, dia pantes untuk dapetin baik juga disekelilingnya."
Zalfa terdiam memikirkan apa maksud dari perkataan Ruth sebenarnya.
Ruth : "Iya Zal. Dulu, dia itu benci banget sama gue. Bahkan buat ngobrol berdua sama gue aja dia gak mau kalau bukan karena terpaksa. Itu semua karena dulu gue emang seorang cewek yang ganggu banget. Gak cuma ke Bastian. Tapi hampir ke semua cowok. Dan lo tau Zal? Dia yang berhasil ubah diri gue. Dia yang bikin gue pengen untuk jadi Ruth yang lebih baik. Dia bikin gue jadi Ruth yang lebih dewasa Zal."
Zalfa : "Ruth, kenapa kamu minta ke aku buat jagain dia?"
Ruth : "Karena gue tau dia lebih nyaman saat di deket lo Zal."
Ruth kembali tersenyum pada Zalfa. Sedangkan Zalfa masih tak mengerti apa maksud Ruth sebenarnya.
Zalfa : "Maksud kamu?"
Ruth : "Nanti juga lo bakal ngerti apa maksud gue."

***
Key masih melamunkan masalah keluarganya. Di satu sisi, ia memang keluarga kecilnya berkumpul kembali seperti dulu, namun di sisi lain ia juga tidak ingin pergi meninggalkan semua sahabatnya.
"Woy!", Alif membuyarkan lamunan Key.
Key : "Hih! Kadal! Apaan sih lo? Ngagetin aja."
Alif : "Banyak masalah banget ya? Muka lo suram gitu."
Key : "Iya Lif."
Key menunduk.
Alif : "Lo kenapa?"
Key : "Bokap dan nyokap gue minta gue buat pindah ke Australia."
Alif terhentak mendengar ucapan Key.
Alif : "Terus, lo nya mau?"
Key : "Gue bingung Lif."
Alif : "Ya udah sih lo gak usah terlalu pikirin itu. Semua pasti ada jalan keluarnya kok."
Key : "Lo mah enak tinggal ngomong."
Key menghela nafas panjang.
Key : "Eh. Kok tumben sih lo nyamperin gue? Ada angin apa?"
Alif : "Halah. Key, gue lagi belajar buat berubah jadi orang baik. Dan gue mau belajar dari lo. Ya jadi gue nyamperin lo lah."
Key menjadi terkekeh mendengar ucapan Alif.

Alif : "Loh kok lo ketawa sih? Gue serius."

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang