Chapter 24

903 59 0
                                    

"Mana mungkin kak Alif setega itu sama cewek?"

"Sha, mending lo hati-hati sama Alif, karena feeling gue nih, dia itu ngincer lo buat jadi next korbannya dia.", lanjut Key sambil memegang kedua tangan Marsha.
Marsha masih terdiam disana, ia masih berpikir akan yang diucapkan Key itu. Dan tiba-tiba dia teringat pada Devin yang selalu meminta dirinya untuk menjauh dari Alif, "Apa ini juga alesan Devin?", batin Marsha dalam lamunannya.
"Sha.", Key membuyarkan lamunan Marsha.
Key : "Terserah lo mau percaya apa enggak, lo bisa liat di akhir bulan nanti. Pasti Alif bakal putusin Vanya secara terang-terangan."
Marsha tetap terdiam. Dia menjadi kepikiran dengan ucapan Key, "Dia itu ngincer lo buat jadi next korbannya dia."
Key : "Ya udah Sha. Lo gak usah terlalu pikirin soal itu. Yang penting lo abaikan aja Alif. Jangan sampai lo jadi korbannya dia ya. Gue bilang gini karena gue care sama lo Sha."
Marsha hanya mengangguk perlahan mencoba mengiyakan ucapan Key.

Tak lama kemudian hp Key berdering. Seseorang meneleponnya. Tampak ia mendapat telepon dari nomor yang tak ia kenali.
"Nomor siapa ini?", ucap Key sambil kemudian mengangkat telepon itu.
"Halo? Siapa ya?"
Kemudian Key terdiam setelah orang yang menelponnya mengeluarkan suaranya di seberang sana. Ia terus mendengarkan orang itu berbicara padanya. Namun setelah itu matanya tampak berkaca-kaca. Raut wajah Key berubah.
Bastian yang melihat hal itu pun bingung.
"Key? Lo gakpapa? Siapa yang telepon?"
Key terdiam. Ia tak menjawab suara dari telepon itu, dan ia juga tak menjawab pertanyaan dari Bastian. Air mata tampak menetes ke pipinya.
Marsha : "Kak?"
Key : "Enggak. Enggak. Gak mungkin."
Tak lama kemudian Key menjatuhkan hp nya lalu berlari meninggalkan Bastian dan Marsha disana.

Key masuk ke dalam toilet dan dan menguncinya. Ia berkata pada dirinya sendiri.
"Enggak!"
"Gak mungkin!"
Key menatap cermin di hadapannya. Air matanya terus mengalir disana.
"Enggak!"
Sementara itu ternyata Marsha mengejarnya dan sudah berada di luar toilet.

Marsha : "Kak Key. Kakak kenapa? Buka pintunya kak."
Key tak menjawab teriakan Marsha. Dia terlihat sangat shock.

***
Malvin sedang sibuk mempersiapkan segala hal untuk pengumuman hasil audisi besok. Nama-nama peserta audisi yang lolos sudah berada di dalam amplop yang dipegangnya. Dan Malvin sangat berharap tidak ada nama Fani yang tercantum disana.
"Kalau Fani sampai lolos besok, hidupku bakal tambah rumit.", ujar Malvin dalam hati.
Apalagi jika Malvin mengingat kata-kata Fani sesaat sebelum audisi, "Dan tentunya aku mau bikin kamu balikan lagi sama aku."
Perasaan Malvin semakin tidak karuan menghadapi hari esok. Ia tidak mengira orang yang selama ini dia pikir telah menghilang dari hidupnya kini mencoba hadir lagi di saat dia sudah mulai melupakannya.

***
Keesokan harinya...
Akhirnya hari yang sangat dinantikan oleh Zalfa datang. Hari yang penuh harapan bagi Zalfa. Kali ini Ridwan mengantar Zalfa hingga sampai ke Universitas Musika.
Zalfa : "Makasih ya Rid udah mau anterin aku."
Ridwan : "Iya princess hahaha."
Zalfa : "Apaan sih kamu. Hmmm aku deg-degan banget."
Zalfa menarik nafasnya panjang.
Ridwan : "Udah. Lo tenang aja, lo pasti lolos kok. Ya udah gue cabut dulu ya. Good luck Zal."
Ridwan tersenyum, menyalurkan semangatnya untuk Zalfa.

Akhirnya Zalfa pun memasuki area kampus yang sangata ia idam-idamkan itu. Tak lama kemudian Bastian datang menyapanya.
"Hei Zal!", Bastian menyembunyikan setangkai mawar merah di balik punggungnya.
Zalfa : "Hai Bas. Hehehe."
Bastian : "Wah kayaknya ada yang lagi semangat banget nih."
Zalfa : "Mmm doain ya. Aku berharap banget sama beasiswa ini."
Bastian : "Pasti lah. Oh iya Zal..."
Kemudian Bastian menunjukkan bunga yang ia bawa kepada Zalfa.
"Nih buat lo.", ujar Bastian lagi.
Zalfa : "Wah bunga! Aku suka banget sama bunga. Makasih Bas."
Bastian tersenyum bahagia melihat reaksi Zalfa.
Bastian : "Itu bunga anggep aja sebagai bentuk penyemangat buat lo dari gue. Lo harus semangat terus ya Zal."
Zalfa mengangguk dengan penuh semangat.

Ternyata Ruth melihat keberadaan Bastian yang sedang bersama Zalfa.
"Bastian?", ucap Ruth yang melihat Bastian dari kejauhan sedang memberikan bunga pada Zalfa.
"Cewek itu siapa ya? Pacarnya Bastian?", ada sedikit perasaan cemburu di dalam hati Ruth melihat orang yang dia sayang memberikan bunga pada orang lain.

Tapi Ruth sadar, Bastian tidak cinta padanya. Ruth hanya berlalu pergi menjauh. Ia tak ingin berlama-lama melihat Bastian berdua dengan Zalfa.

***
"Ya udah Zal. Lo buru masuk ruang pengumuman gih. Good luck ya. Gue selalu doain yang terbaik buat lo.", ujar Bastian.
Zalfa mengangguk dan segera berjalan menuju ruang pengumuman. Harapan terbesarnya hari ini adalah, ia dapat pulang dengan membawa kabar bahagia untuk teman-temannya.
"Permisi kak, ini ruang pengumumannya audisi kan?", tanya Zalfa pada Malvin sebelum memasuki ruangan.
"Oh iya betul. Silahkan masuk. Semoga kamu beruntung ya.", jawab Malvin ramah.
"Terima kasih kak.", Zalfa kemudian masuk ke dalam ruangan itu. Hatinya berdebar semakin kencang menanti pengumumannya dimulai.

"Doain aku beruntung juga ya kak.", ujar seseorang pada Malvin. Orang itu adalah Fani.
Malvin menghela nafas berusaha bersikap seramah mungkin, karena dia tau semua peserta audisi harus diperlakukan sama.
Fani terus tersenyum menatapnya.
"Silahkan masuk.", Malvin menjawab singkat. Namun Malvin sama sekali tidak berharap Fani akan masuk di kampus yang sama dengannya.

***
Sementara itu Bastian mencari keberadaan Key. Sejak menerima telepon kemarin, sikap Key menjadi berubah 180 derajat. Seakan-akan ada sesuatu dari telepon itu yang merusak moodnya hingga sekarang.
Akhirnya Bastian melihat Key. Ia sedang terduduk di dalam kelas. Sendirian. Sambil memainkan bolpoinnya, ia sedang mencoret-coret bukunya.
"Key.", panggil Bastian.
"Bas.", jawab Key singkat. Dirinya terlihat tidak bersemangat.
Bastian : "Lo kenapa? Cerita sama gue."
Key terdiam. Dia hanya meneteskan air matanya hingga terjatuh ke buku yang ada di hadapannya.
Bastian : "Key, lo bisa ceritain masalah lo sama gue. Bagi beban lo sama gue juga Key."

Key : "Bas, kemarin yang telepon gue itu...nyokap gue."
Bastian tak tahu ada masalah apa sebenarnya antara Key dan Ibunya. Karena selama mereka bersahabat, Key sama sekali tidak pernah bercerita tentang ibunya.

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang