Chapter 1

2.3K 98 0
                                    

Laki-laki itu terus berlari membawa Zalfa bersembunyi dibalik sebuah bangunan kosong.

"Lepasin! Maksud kamu apa sih bawa aku kesini? Sekarang gara-gara kamu aku harus ngumpulin berkas dari awal lagi.", Zalfa sangat geram dengan laki-laki itu.
"Eh. Lo harusnya berterima kasih sama gue. Kalau bukan karena gue, mungkin lo tadi udah ditangkep satpol pp karena dikira anak jalanan. Tadi tuh lagi ada razia. Makanya semua anak pada lari.", balas laki-laki itu sambil membentak.
Zalfa menghela nafas, "Tapi bukan berarti kamu bisa narik-narik tangan orang yang gak kamu kenal sembarangan kan?"
Kemudian keduanya terdiam dan hanya saling menatap satu sama lain.

"Oke oke. Biar kenal, nama gue Ridwan.", ujar laki-laki itu santai sambil mengulurkan tangannya.
Tampak tak ada respon dari Zalfa.
"Oke. Gue minta maaf. Gue yang salah. Gue gak bermaksud buat ngilangin berkas-berkas lo. Gue cuma berniat buat nyelametin lo dari satpol pp itu. Karena gue pernah ketangkep dan gue tau rasanya gak enak.", Ridwan berusaha membujuk Zalfa.
Zalfa masih diam. Kemudian perlahan ia menatap Ridwan dan menyambut uluran tangannya, "Namaku Zalfa."

Ridwan : "Kenapa sih lo marah banget berkas-berkas itu hilang?"
Zalfa : "Maaf. Aku emosi. Aku capek. Seharian aku udah muter-muter cari kerjaan. Dan gak ada satupun yang mau nerima aku."
Ridwan : "Oh jadi lo lagi cari kerja?"
Zalfa : "Iya."

Ridwan diam sejenak dan tampak ia menatap langit sambil mengerutkan dahinya. Kebiasaannya ketika sedang berpikir.
Ridwan : "Hmmm gue mungkin bisa bantu lo. Ya mungkin bisa sekaligus lo bantuin gue."
Zalfa : "Maksud kamu?"
Ridwan menjawab dengan semangat, "Iya. Gue bisa bantu lo buat kerja. Paling enggak, buat sementara waktu ini. Lo bisa nyanyi gak?"
"Hah? Nyanyi?", Zalfa menatap heran laki-laki aneh yang ada di hadapannya ini.
Ridwan : "Iya nyanyi. Lo bisa ngamen bareng sama gue buat sementara waktu ini. Ya paling enggak, lo gak pengangguran."
Zalfa menunduk. Tampak dirinya sedang kebingungan.
Ridwan : "Gimana? Lo pasti mau dong terima ajakan gue?"
Zalfa : "Tapi... tapi aku gak pernah nyanyi sebelumnya."
Ridwan : "Coba lo nyanyi sekarang. Gue bakal jadi pendengar yang baik."
Zalfa : "Ih, aku malu. Lagian apa untungnya aku nyanyi di depan kamu?"
Ridwan : "Ayo buruan nyanyi. Terus terima tawaran gue. Daripada lo pengangguran kan? Lagian jadi pengamen itu gak dosa. Hehe."
Zalfa : "Hmm iya deh. Aku coba. Tapi jangan ketawa ya."

Kemudian Zalfa mulai menyenandungkan lagu yang paling ia sukai.
Ridwan kaget setelah mendengar suara Zalfa. Ia hanya bisa melongo sambil menatap wajah Zalfa sambil tersenyum simpul. Bahkan tanpa ia sadari Zalfa sudah selesai bernyanyi. Ridwan masih menatap wajah Zalfa sambil tersenyum.

Zalfa yang melihat ekspresi Ridwan kebingungan.
Ia melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Ridwan, "Hei. Hei. Kamu sehat?", ujarnya.
"Eh. Hmmm. Lo cantik.", jawab Ridwan tanpa sadar.
Zalfa : "Apa?"
Ridwan : "Eh. Hmm maksudnya suara lo bagus. Hmmm jadi gimana? Lo mau kan terima tawaran gue? Lo tenang aja, gue sama sekali ga ada niat jahat sama lo"
Zalfa : "Iya deh. Aku coba. Kapan kita mulai ngamen?"
Ridwan : "Besok siang ya. Gue tunggu di tempat ini lagi. Oke?"
Zalfa : "Hmmm... Oke. Ya udah, aku pulang dulu ya."

***
Keesokan harinya, mereka berdua bertemu di tempat yang di janjikan dan mulai mengamen berdua. Mereka terlihat semakin akrab dan saling mengenal satu sama lain.

Hingga mereka mengamen di suatu warung makan yang kebetulan kondisinya sangat ramai saat itu.
Zalfa terus menyanyikan lagu-lagu yang ia sukai dan Ridwan mengiringinya dengan gitar.

Namun Zalfa merasa ada seorang wanita di dalam warung itu yang terus melihat ke arahnya selama ia menyanyi. Wanita itu menatap Zalfa tajam tanpa menoleh ke arah lain.
"Siapa sih cewek itu dari tadi kayak liatin aku terus?", dalam batin Zalfa.

Setelah selesai bernyanyi, Zalfa dan Ridwan meninggalkan warung makan itu.
Zalfa masih bertanya-tanya dalam hati. Kenapa wanita tadi terus melihatnya. "Apa ada yang salah dengan aku?", dalam pikiran Zalfa.
Melihat Zalfa yang terus melamun, Ridwan heran. Lalu ia menepuk pundak Zalfa berusaha membuyarkan lamunannya.

Ridwan : "Lo kenapa? Ada yang salah?"
Zalfa : "Eh enggak. Gakpapa kok, Rid."
"Oh iya, kamu mau minum gak? Pasti capek kan? Aku beliin minum dulu ya.", lanjut Zalfa berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
Ia pun segera berlalu tanpa mendengar jawaban dari Ridwan. Ridwan mengerutkan dahinya karena bingung melihat tingkah Zalfa saat itu.

Selesai membeli minum, Zalfa pun segera menghampiri Ridwan.
Namun,
"BRUKKK!!!"
Seseorang menabrak Zalfa hingga 2 botol minuman yang ada di tangannya terjatuh. Dengan segera ia mengambilnya.
"Eh, sorry. Gue gak sengaja. Lo gakpapa?", ujar orang itu sambil mengulurkan tangannya.

Zalfa menoleh ke atas dan menyambut uluran tangan itu. "Oh iya, gakpapa kok. Aku juga gak liat-liat tadi jalannya.", kata Zalfa.
Sejenak Zalfa memperhatikan wajah orang itu. Dan ia terkejut. Orang itu adalah wanita yang selalu memperhatikannya di warung makan tadi. Wanita itu pun tampaknya menyadari bahwa yang ia tabrak adalah pengamen ia perhatikan tadi.

"Hei, lo pengamen yang di warung tadi kan?", katanya.
"I...iya.", jawab Zalfa ragu.
"Gue cari-cari lo tadi pas lo selesai ngamen.", lanjut wanita itu dengan wajah serius.

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang