Chapter 34

829 57 0
                                    

Zalfa masih mematung menatap Ridwan. Mata mereka saling bertatapan dengan serius.

Ridwan : "Lo bikin gue ngerti tentang 'cinta' Zal."
"Dan malem ini, maksud gue ngelakuin ini semua buat lo. Karena gue cuma pengen ngasih tau, bahwa gue...", Ridwan terdiam sejenak untuk menelan ludahnya.
Ridwan : "Bahwa gue sayang sama lo, Zal. Gue cinta sama lo."
Zalfa terhentak kemudian setelah mendengar ucapan Ridwan itu.
Zalfa : "Rid, ini kamu lagi serius atau bercanda?"
Ridwan : "Gue serius Zal. Lo udah berhasil bikin gue ngerasain jatuh cinta. Seorang pengamen jalanan kayak gue, berhak untuk ngerasain cinta juga kan Zal?"
Zalfa masih terdiam menatap Ridwan. Ia tak tahu harus mengatakan apa, ataupun berbuat apa. Ia juga tidak mengerti mengapa tiba-tiba jantungnya seakan berdetak semakin cepat.
Ridwan : "Zal, gue janji, gue akan selalu berusaha buat jadi pelindung lo. Gue akan selalu jagain lo. Lo mau gak, titipin hati lo ke gue?"
Kali ini Zalfa benar-benar terkejut atas semua yang dilakukan Ridwan. Ridwan, pria yang selama ini tidak pernah bisa serius, kini mendadak berubah menjadi Ridwan yang dewasa dan romantis.
Zalfa : "Rid. Mmm. Aku minta waktu. Buat jawab pertanyaan kamu."
Ridwan mengangguk dan melebarkan senyumnya.
Ridwan : "Iya Zal, gue ngerti. Gue akan selalu nunggu jawaban dari lo."
Zalfa masih seakan tak percaya apa yang telah ia dengar dari mulut Ridwan itu.
Ridwan : "Ya udah yuk sekarang kita makan."
Kemudian mereka menghabiskan malam dengan makan berdua. Ridwan merasa lega, akhirnya ia benar-benar dapat memberikan kejutan untuk Zalfa. Dan dapat mengungkapkan perasaannya yang selama ini ia pendam dalam-dalam.

***
Sementara itu Marsha sedang asyik membaca di kamarnya.
Di tengah keseriusannya membaca, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk. Ternyata itu adalah mama Marsha.
"Sha, ada yang nungguin tuh di depan.", ujar mama Marsha.
Marsha : "Siapa ma?"
Mama Marsha : "Gak tau. Kayaknya baru pertama kali main kesini deh. Cowok."
"Cowok? Jangan-jangan Devin.", pikir Marsha.
Marsha : "Iya ma bilangin tunggu bentar, Marsha siap-siap dulu."
Marsha pun merapikan buku yang tadi ia baca lalu bergegas menemui orang yang menunggunya itu.

"Hai Dev, tumben malem-malem ke...", Marsha berhenti berbicara setelah menyadari yang menunggunya ternyata bukanlah Devin, melainkan Alif.
Marsha : "Ngapain kak Alif kesini?"
Alif : "Ya ampun jutek amat neng. Aku kesini mau ngajak kamu jalan. Aku udah izin mama kamu kok. Siap-siap gih sekarang."
"Ih mama ngapain ngizinin juga sih.", batin Marsha.
Kemudian Marsha kembali ke kamarnya dengan wajah cemberut. Ia melangkahkan kakinya malas.
Setelah menunggu untuk beberapa saat akhirnya Marsha kembali dari kamarnya.
"Cantik", ucap Alif setelah melihat Marsha dengan rambut dikuncir saat itu.
Marsha : "Kita mau kemana kak?"
Alif : "Jalan-jalan. Kan udah aku bilang tadi. Yuk berangkat."
Kemudian Marsha meminta izin pada mama nya dan mengikuti langkah Alif.
Marsha masih tidak tahu kemana Alif akan membawanya pergi.

Di tengah perjalanan tiba-tiba Alif menyadari bahwa daritadi ada sebuah mobil yang mengikuti mobil mereka dari belakang.
"Eh itu mobil kayaknya daritadi ngikutin kita deh?", ujar Alif sambil menunjuk mobil yang ia maksud pada Marsha.
"Itu kan mobil Devin?", batin Marsha setelah melihat mobil yang Alif maksud.

***
"Gue harus terus ngikutin kemana mereka pergi. Untung aja gue tadi dateng ke rumah Marsha nya pas waktunya. Jadi bisa ngejar mereka.", gerutu Devin sambil terus memperhatikan laju mobil milik Alif.

***
Ternyata Alif membawa Marsha ke sebuah taman yang sudah ia lengkapi dengan lampu-lampu kecil disana.
Devin terus memperhatikan Alif dan Marsha dari kejauhan. Sedangkan Alif sudah menggandeng Marsha turun dari mobilnya dan membawanya ke tengah taman itu.
"Kakak ngapain bawa aku kesini?", tanya Marsha sambil melihat ke sekelilingnya.
"Aku pengen dinner berdua sama pacar aku.", jawab Alif sambil tersenyum.
Marsha : "Kak, tolong dong, berhenti bilang kalau aku ini pacar kakak. Aku bukan pacar kakak."
Alif : "Sha, mau sampai kapan kamu gak mau ngaku jadi pacar aku?"

Marsha : "Kak Alif itu aneh ya! Aku sama sekali gak pernah merasa jadi pacar kakak. Kenapa tiba-tiba kak Alif bilang kayak gitu di depan semua orang? Aku gak mau dan aku gak suka kak."

Alif : "Ayolah Sha. Aku bakal buktiin kalau aku sayang sama kamu."
Tak lama kemudian Alif mencium pipi Marsha. Membuat Marsha merasa terkejut dan langsung menjauh dari Alif.
Marsha : "Kak Alif! Kakak apa-apaan sih? Kakak gak bisa seenaknya sama cewek!"
Devin merasa ada keanehan yang terjadi di antara Alif dan Marsha. Namun ia sama sekali tak bisa mendengar percakapan mereka karena dirinya memperhatikan dari jarak yang cukup jauh dari mereka.
Alif : "Sha..."
Marsha : "Cukup kak! Kakak udah keterlaluan!"

Kemudian Marsha berjalan meninggalkan Alif. Namun tiba-tiba Alif melingkarkan kedua tangannya pada Marsha dengan paksa.
Marsha mencoba melepaskan tangan Alif itu.
Marsha : "Kak Alif apa-apaan sih? Lepasin!"
Alif : "Enggak Sha. Aku gak akan lepasin kamu sebelum kamu mau mengakui aku jadi pacar kamu."
Marsha : "Kak Alif lepasin! Tolong!"
Alif semakin erat melingkarkan tangannya pada tubuh Marsha. Marsha semakin tidak tahan dengan perlakuan Alif dan dirinya berusaha sekuat mungkin untuk melepaskan diri. Namun ternyata tenaganya tak cukup kuat untuk melakukan itu.
"Tolong!", teriak Marsha.
Alif masih tetap pada posisinya.

Tiba-tiba...
"BUKKK!!!", hantaman keras tertuju pada wajah Alif membuatnya terjatuh.
Ternyata Devin langsung berlari ke arah mereka setelah melihat keanehan tadi.
"Brengsek!", ucap Devin yang terlihat sangat marah pada Alif.
Marsha dengan sigap langsung berlindung di balik tubuh Devin.
Alif bangkit sambil memegangi bibirnya yang berdarah akibat hantaman Devin. Alif tertawa kemudian membalas menghantam Devin tepat di perutnya.
"Aaa", ucap Devin sambil memegangi perutnya.
Marsha memandangi kedua pria di hadapannya ini dengan perasaan sangat takut. Ia tak tahu bagaimana cara menghentikan mereka.
"Lif, lo bilang lo sayang sama Marsha. Bukan gini caranya!", ucap Devin sambil memegangi perutnya.

Alif : "Heh ngerti apa lo soal cewek hah? Buat ngungkapin perasaan lo sendiri aja lo gak berani kan?"

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang