Chapter 11

1K 61 0
                                    

"Eh. Lo diem ya. Gue nanya Key bukan lo!", ujar Bastian memotong pembicaraan Malvin.

Key : "Udah udah. Ini bukan saatnya kalian buat ribut. Bas, jadi..."
Belum selesai Key menjelaskannya pada Bastian, Vanya langsung memotongnya dengan nada agak keras.
"Bas, lo diajak kesini karena Ruth masuk rumah sakit. Dia sekarang ada di dalem, dan itu semua gara-gara lo!", ujar Vanya dengan mata tajam memandang ke arah Bastian.
Bastian tidak mengerti apa maksud Vanya berkata seperti itu.
Bastian : "Ma..ma..maksudnya apa ini? Ruth masuk rumah sakit? Gara-gara gue? Maksudnya apa kenapa bisa gara-gara gue?"

Tak lama kemudian seseorang keluar dari dalam ruang inap Ruth. Ia adalah Om Armand.
Om Armand : "Ada apa ini?"
"Om, ini yang namanya Bastian.", ujar Vanya tegas.
"Oh jadi kamu Bastian. Kamu apakan anak saya hah? Kamu mau mempermainkan anak saya? Sekarang dia masuk rumah sakit dan kamu santai-santai saja?", Om Armand tampak sangat marah dengan Bastian.
Kemudian Malvin ikut bicara mencoba menenangkan suasana, "Udah Om. Dari tadi pagi kan Ruth bilang dia ingin bertemu Bastian. Dan dia belum makan sama sekali. Gimana kalau misalkan kita biarin Bastian masuk untuk bertemu Ruth dulu Om?"
Om Armand menghela nafas mencoba menahan kesabarannya.
Om Armand : "Oke. Silahkan sekarang kamu masuk temui anak saya. Tapi awas kalau sampai kamu menyakitinya lagi."

Lalu Bastian pun masuk ke dalam ruangan itu. Ia berjalan pelan. Dilihatnya Ruth yang sedang terbaring lemah menatapnya. Tak lama setelah menatap Bastian, Ruth memalingkan wajahnya dan air mata menetes di pipinya.
Bastian mencoba menekan egonya dan mulai berbicara pada Ruth.
Bastian : "Ruth, lo kenapa?"
Ruth masih diam saja. Namun air matanya semakin mengalir.
"Ruth.", panggil Bastian lagi sambil mendekat di samping ranjang Ruth. Ruth masih memalingkan wajahnya membelakangi Bastian.
Ruth : "Segitu bencinya Bas lo sama gue?"
Tampak Ruth masih sakit hati, bahkan dari yang biasanya dia memanggil Bastian dengan 'aku-kamu' sekarang berubah menjadi 'lo-gue'.
Bastian terdiam menatap Ruth, ia tak dapat berkata apapun.

"Segitu bencinya Bas?", Ruth mengulangi pertanyaannya.
Bastian : "Ruth, maksud lo apa?"
Ruth : "Apa lo gak tau? Gue nungguin lo berjam-jam? Apa lo gak tau? Ada orang yang bener-bener harapin kedatangan lo? Kemana lo bas? Kemana?"
Bastian : "Nungguin? Gue bener-bener gak ngerti Ruth apa maksud semua ini. Bahkan Vanya bilang ini semua gara-gara gue. Gue gak ngerti."
Ruth : "Kenapa lo gak dateng semalem? Padahal siangnya lo udah bilang iya. Segitu remeh nya gue dimata lo? Segitu sampahnya gue?"

Bastian berusaha mengingat kembali kapan terakhir Ruth berbicara dengannya. Dan akhirnya dia ingat. "Jadi kemarin siang pas gue lagi telepon itu Ruth ngajakin ketemuan malemnya.", batin Bastian.
Bastian : "Ruth, gue minta maaf. Gue bener-bener gak tau dan gak sadar kalau kemarin itu lo ajakin gue keluar. Gue sama sekali gak tau itu Ruth, karena gue terlalu fokus sama telepon gue dan karena..."
"Karena lo selalu berpikiran kalau gue itu cuma bisa ganggu hidup lo. Iya kan Bas? Gue juga tau Bas. Kalaupun lo lagi gak telepon waktu itu, lo pasti tetep gak akan mau dateng kan? Iya kan Bas?", Ruth memotong ucapan Bastian. Ia menatap Bastian dengan wajah sendunya.
Bastian kembali mematung disana.
"Kenapa diem? Segitu mengganggunya kah gue? Sampai-sampai buat ngangkat telepon gue—walaupun cuma sedetik aja Bas—lo gak mau.", lanjut Ruth.
Bastian masih terdiam disana. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa Ruth sangat mengharapkannya.
Ruth : "Kalau lo emang benci sama gue, kenapa lo gak bilang aja Bas? Kenapa lo harus berpura-pura manis di depan? Lo tau Bas? Lo udah bikin hari ulang tahun gue, jadi ulang tahun yang paling menyedihkan. Makasih Bas. Makasih."

"Cukup Ruth.", Bastian mencoba menenangkan Ruth dengan memegang kedua tangannya.
Tak lama kemudian Ruth menatap Bastian.
"Cukup. Gue minta maaf. Gue selama ini gak sadar, betapa jahatnya gue ke lo. Gue minta maaf Ruth. Untuk yang tadi malem, gue bener-bener gak tau apa-apa. Maafin gue karena gue gak dengerin apa yang lo omongin. Tapi ada satu hal yang gue minta dari lo."

"Apa bas?", tanya Ruth singkat sambil menatap Bastian.
Bastian : "Tolong lo ubah sikap lo yang dulu. Tolong lo hilangin seorang Ruth yang hobi deketin cowok sana-sini. Maaf kalau cara penyampaian gue ini salah. Tapi... tapi jujur, hal itu yang bikin gue risih sama lo. Lo bisa kan ngelakuin itu? Anggep aja lo lakuin itu buat gue."
Ruth diam dan menatap Bastian dengan mata berkaca-kaca. Ia mengangguk perlahan. Tak lama kemudian ia bangkit dan memeluk Bastian. Tampak Bastian kaget akan hal itu. Dan untuk pertama kalinya, dia memeluk seorang perempuan. Dan perempuan itu adalah Ruth.

"Maafin gue Bas. Maafin gue.", ujar Ruth dalam tangisnya. Ia menumpahkan air matanya di dalam pelukan Bastian.
Keduanya diam untuk beberapa saat. Setelah Ruth merasa sedikit tenang dan lega, ia melepaskan pelukannya dari Bastian.
"Sekarang lo makan ya. Bokap lo bilang lo belum makan dari pagi.", Bastian mengambil semangkuk bubur yang sudah tersedia disitu dan menyuapkannya pada Ruth. Akhirnya Ruth mau memakannya.

***
Matahari terbenam. Siang telah berlalu, dan kini saatnya menyambut malam datang.
Zalfa sedang berjalan menyusuri malam ke arah jalan pulang.
Ia memikirkan suatu hal sambil terus melangkahkan kakinya.

"Ridwan kemana ya? Apa ada sesuatu yang terjadi sama dia? Gak biasanya dia hilang seharian kayak gini. Aku jadi khawatir.", dalam pikiran Zalfa.
Lalu dia mencoba untuk mencari keberadaan Ridwan. Ia mendatangi suatu tempat yang sering ia datangi ketika akan bertemu dengan Ridwan.
Dan benar saja, orang yang ia cari ada disana. Orang itu sedang duduk dan bernyanyi dengan gitarnya. Walaupun wajah orang itu membelakangi Zalfa, tapi ia tahu itu Ridwan dari suaranya.

"Ridwan", panggil Zalfa.
Ridwan menghentikan nyanyiannya kemudian ia menoleh ke arah Zalfa.
"Zalfa.", jawab Ridwan singkat.
Zalfa : "Kamu kemana aja seharian ini?"
Lalu Ridwan membalik badannya agar menghadap ke arah Zalfa. Sesaat setelah itu Zalfa kaget dan tampak ia menutup mulutnya. Zalfa sangat terkejut melihat kondisi Ridwan.

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang