Chapter 30

899 53 0
                                    

Fani : "Vin, mau sampai kapan kamu menghindar terus dari aku? Aku gak akan nyerah. Sampai aku bisa dapetin hati kamu lagi."
Malvin terhenti. Ia membalikkan badannya dan menatap Fani.

Malvin : "Hati aku bukan buat kamu Fan."
Fani terdiam mendengar ucapan Malvin itu.
"Tolong. Berhenti ngelakuin ini. Aku udah gak mau berurusan sama kamu lagi.", ujar Malvin lagi.
Ia kemudian kembali melanjutkan langkahnya.

***
Marsha sedang membaca novel barunya saat Alif tiba-tiba muncul di hadapannya. Ya, setelah meninggalkan Devin tadi, Alif langsung bergegas mencari Marsha.
Marsha : "Mau apa kakak kesini?"
Alif : "Loh? Masa aku gak boleh nemuin pacar aku?"
Marsha menghela nafas mencoba untuk sedikit bersabar.
Marsha : "Kak. Perlu kakak inget, aku gak pernah jadi pacar kak Alif. Kakak gak bisa seenaknya bilang ke semua orang kalau aku ini pacar baru kakak. Apalagi karena itu kakak sampai mutusin kak Vanya."
Alif : "Sha, aku mutusin Vanya, bukan karena kamu kok. Aku mutusin dia, karena emang udah ngerasa gak cocok lagi. Dia posesif banget. Dia juga sering nyakitin kamu. Aku gak pengen hal itu terjadi lagi."
Marsha : "Kak. Kakak pikir aku gak tau apa rencana kakak dibalik ini semua? Bulan baru, pacar baru. Iya kan kak? Dan aku sama sekali gak tertarik dengan itu."
Alif : "Sha, kenapa kamu bisa ngejudge aku gitu aja? Aku sayang sama kamu. Tolong percaya sama aku Sha."
Marsha : "Gimana aku bisa percaya sama kakak? Awalnya aku emang gak percaya dengan omongan Devin dan Key tentang kakak. Tapi sekarang aku udah ngeliat buktinya sendiri kak."
Alif : "Oh jadi Devin dan Key yang jelek-jelekin aku di depan kamu? Sha, asal kamu tau, Key itu bilang kayak gitu ke kamu karena dia dari dulu emang gak pernah suka sama aku. Sedangkan Devin, dia itu suka sama kamu Sha. Makanya dia gak pengen ada cowok lain yang jadi pacar kamu."
Marsha langsung diam ketika mendengar kalimat terakhir dari ucapan Alif tadi. Marsha tak tahu sekarang harus percaya dengan ucapan siapa. Ia bingung dengan semua ini.

"Sha, tolong percaya sama aku.", Alif memegang kedua tangan Marsha.
Marsha kembali mematung. Dan dia baru menyadari, Vanya sedang melihat ke arah mereka. Vanya melihat Alif yang sedang memegang tangan Marsha.

"Maaf kak permisi.", ujar Marsha setelah itu, sambil melepaskan tangannya dari Alif dan pergi untuk menjelaskan semuanya kepada Vanya.

***
Di sisi lain, jauh dari kehidupan di Universitas Musika, Ridwan sedang melakukan aktivitasnya seperti biasa. Mengamen. Hari ini, ia berniat untuk memberikan kejutan yang selama ini selalu gagal ia berikan untuk Zalfa.
"Gue harus semangat. Setelah kemarin dia udah denger lagu gue, nanti malem gue mau ngasih dia cokelat. Pasti dia seneng.", batin Ridwan sambil kemudian membawa gitarnya dan bernyanyi dari satu tempat ke tempat lain.
Ridwan selalu ingin melakukan sesuatu dengan sepenuh hati jika itu untuk orang yang disayanginya, Zalfa. Ia sendiri pun tak mengerti, mengapa dirinya bisa sesayang ini pada gadis itu.

***
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Malvin sedang berada di ruang rektor, ia sedang menemui seseorang disana.
"Baik pak, akan saya hubungi dia untuk datang kesini. Kalau begitu saya permisi pak, tante.", ujar Malvin seraya melangkah keluar meninggalkan dua orang lainnya di ruangan itu.
Sesaat setelah Malvin keluar ia melihat Bastian disana, dengan segera ia panggil dan berlari menghampirinya.
"Bas!", teriak Malvin.
Bastian menoleh. Dan menatap Malvin dengan malas kemudian.
Bastian : "Apa?"
Malvin : "Kamu tau Key dimana? Bisa minta tolong gak? Tolong sampein ke Key kalau dia diminta sama pak rektor untuk dateng ke ruangannya sekarang, karena ada seseorang yang menunggunya."
Kemudian Malvin menjelaskan pada Bastian siapa orang yang sedang menunggu Key itu.
Bastian terdiam kemudian. Ia merasa berat hati harus mengatakan ini pada Key, namun mau tidak mau ia harus mengatakannya.
"Oke. Gue bakal bilang.", Bastian masih menjawab dengan malas.
Kemudian ia berlalu meninggalkan Malvin.

***
Sementara itu Key sedang duduk berdua dengan Zalfa di kantin. Mereka tampak sedang asyik melahap makanan mereka masing-masing.

"Key.", panggil Bastian dengan wajah serius.

Key dan Zalfa kemudian berhenti melahap makanan mereka dan menatap Bastian.
Key : "Kenapa Bas?"
Bastian : "Lo diminta ke ruangan rektor sekarang. Ada orang yang nungguin lo."
Key : "Siapa?"
Bastian tertunduk, sebenarnya ia tak mau menjawab pertanyaan ini tetapi memang sudah seharusnya Bastian menjawabnya.
Bastian : "Nyokap lo."
Key diam. Waktu seakan berhenti ketika Key tahu ibunya datang ke kampusnya.
"Oke.", jawab Key lemah lalu berjalan menuju ke ruangan rektor.
Bastian dan Zalfa menatap raut wajah Key yang berubah 180 derajat.

Zalfa : "Bas, ada apa?"
Bastian : "Gue juga gak terlalu ngerti sih Zal, tapi yang gue tau, Key emang udah jauh sama nyokapnya."
Zalfa terdiam dan seakan tak mau menanggapi jawaban dari Bastian itu. Ia hanya mengangguk mengerti saja.
Bastian : "Mmm ya udah Zal. Lo gue tinggal sendiri disini gakpapa kan? Gue masih ada urusan nih."
Zalfa mengangguk lagi.
Zalfa : "Iya Bas gakpapa kok. Nanti aku bisa ke kelas sendiri."
Bastian tersenyum manis pada Zalfa kemudian pergi dari sana.
Zalfa kembali melahap makanannya.
Baru saja ia masuk di kampus ini, sudah banyak cerita yang ia dapat. Rasanya ia ingin segera menceritakan ini semua pada Ridwan. Karena ia tahu, Ridwan akan selalu mendengarkan ceritanya dengan baik. Zalfa tersenyum. Tak lama kemudian datang seorang gadis dan ia duduk di depan Zalfa.
Zalfa kaget akan kehadiran gadis itu. Ya, gadis itu adalah Ruth.

"Hai.", sapa Ruth ramah.
Zalfa tampak kikuk. Namun karena melihat sikap Ruth yang ramah kepadanya, ia pun berusaha menanggapinya dengan demikian juga.
Zalfa : "Eh hai."
"Gue Ruth.", Ruth mengulurkan tangannya pada Zalfa.
"Zalfa.", sahut Zalfa singkat sambil tersenyum menyambut uluran tangan Ruth itu.
Zalfa : "Ada apa ya?"
Ruth : "Enggak. Gue cuma mau kenalan aja sama lo. Eh mmm, lo ceweknya Bastian? Gue liat kayaknya lo deket banget sama dia."
Zalfa tersedak oleh makanannya setelah mendengar pertanyaan Ruth.
Zalfa : "Mmm. Enggak. Enggak kok. Bukan. Aku bukan pacar Bastian. Kita cuma temenan aja kok."
Ruth sedikit lega mendengar jawaban dari Zalfa itu.

Ruth : "Mmm. Terus, apa lo suka sama Bastian?"

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang