Chapter 13

1K 66 0
                                    

"Marsha lagi?! Harus banget ya kamu terus yang bantuin? Emangnya tuh anak gak bisa apa ngelakuin apa-apa sendiri. Kenapa musti ditolongin terus? Manja banget."

Alif : "Udah lah Van, lagian juga aku kok yang nawaran diri buat bantuin dia."
Vanya : "Selalu kayak gitu jawaban yang aku denger. Lif, sejak kita pacaran kamu gak pernah tuh nawaran diri kayak gitu."
Alif : "Udah ah Van. Aku lagi males berdebat sama kamu."
Vanya : "Ya udah oke oke. Eh, ntar pulang kuliah kamu bisa nganterin aku kan ke rumah sakit? Nengokin Ruth."
Alif : "Hmmm. Pulang kuliah ya? Kayaknya aku gak bisa deh Van. Udah ada janji. Sorry ya. Next time pasti aku anterin."
Vanya : "Giliran buat aku aja gak pernah bisa. Buat anak baru itu, kapan aja bisa."
Alif : "Kamu kenapa sih Van? Kenapa nyangkut-nyangkutin semuanya sama Marsha terus?"
Vanya : "Ya karena emang semuanya berhubungan sama anak baru itu Lif. Kamu berubah kayak gini juga gara-gara dia."
"Gue harus bikin tuh anak jera. Awas aja lo Sha.", batin Vanya.

***
Key sedang berjalan mencari dimana Bastian berada. Dan dia melihat Bastian masih melamun sendirian. Key hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat hal itu dan kemudian menghampiri Bastian yang terdiam disana.

"Ngelamun aja pak. Ceritanya galau atau gimana nih? Hahaha.", Kemudian Key duduk di sebelah Bastian.
Bastian : "Apaan sih Key ah."
Key : "Lah? Sensi amat dah. Eh Bas, gue mau kasih tau sesuatu."
"Apaan?", sahut Bastian malas.
"Ih gak bersemangat hidup amat sih lo Bas. Nih nih lo liat ini.", Key menunjukkan foto yang ada di layar hp nya pada Bastian.
Bastian : "Beasiswa? Ya terus? Lo mau daftar beasiswa?"
Key : "Aduh Bas, lo itu kalau lagi galau suka ngadat gini ya. Ini kan beasiswa bagi yang belum terdaftar sebagai mahasiswa sini tapi pengen daftar gitu."
Bastian : "Ya terus?"
Key : "Ini kabar bagus buat Zalfa. Iya kan Bas?"
Mendengar nama Zalfa wajah Bastian seketika berubah menjadi bersemangat.
"Ah iyaa. Lo bener banget Key. Ide bagus ini. Gue yakin Zalfa pasti bakal dapetin beasiswa itu.", Bastian menjadi ceria dalam sekejap.

Key : "Ya elah giliran gue sebut Zalfa aja. Ya udah ntar kita bilangin soal ini ke dia ya. Gue yakin pasti dia mau deh."
"Ide bagus Key. Tumben lo pinter. Hahaha", ledek Bastian.
"Makasih lo Bas.", jawab Key singkat dengan wajah datarnya.

***
Jam kuliah Marsha hari ini telah usai. Dia pun segera menuju perpustakaan karena yakin Devin pasti ada disana. Namun ternyata Marsha tak menemukan orang yang ia cari disana.
Marsha berpikir mungkin Devin masih ada kelas. Ia pun memutuskan untuk berbicara pada Devin besok pagi saja.
Tak lama setelah Marsha keluar dari perpustakaan, ada suara yang memanggilnya.

"Marsha!"
Marsha menoleh ke arah datangnya suara itu. Ternyata Alif yang sedang berlari menghampirinya.
Marsha : "Iya kak Alif. Ada apa?"
Alif : "Kamu mau pulang? Kita pulang bareng yuk. Biar aku yang anterin kamu."
Marsha : "Oh iya kak aku mau pulang. Tap..."
Belum selesai Marsha bicara, ada suara lain yang datang dari arah belakangnya.
"Tapi Marsha nya mau pulang sama gue Lif. Sorry ya, kita duluan.", ternyata Devin datang dan langsung merangkul Marsha dari belakang sambil berjalan menjauhi Alif. Marsha pun menjadi kikuk diperlakukan seperti itu. Namun dia diam saja.
Alif memandangi Devin dan Marsha yang bergerak menjauhinya.
"Marsha! Sampai ketemu besok!", teriak Alif pada Marsha.

***
Devin masih merangkul Marsha hingga keluar dari area kampus itu.
"Sorry ya Sha. Gue jadi ngerangkul lo deh.", ujar Devin sambil melepaskan rangkulannya pada pundak Marsha.
Marsha : "Eh. Iya. Sebenernya ada apa si Dev? Kenapa kemarin kamu bilang, aku harus hati-hati sama kak Alif?."
Devin menghela nafas mendengar pertanyaan dari Marsha.
Devin : "Sha, Alif itu gak baik buat lo. Pokoknya lo harus hati-hati sama dia. Jangan terlalu deket sama dia."
"Maksud kamu apa sih? Aku makin gak ngerti. Kenapa jadi kesannya kamu ngatur aku buat jauhin kak Alif? Sedangkan selama ini, dia baik-baik aja kok sama aku. Kamu gak boleh jelek-jelekin orang sembarangan loh.", ujar Marsha polos.
Devin bingung bagaimana cara menjelaskannya pada Marsha. Dia berpikir mungkin ini bukanlah saat yang tepat untuk menjelaskannya pada Marsha.

Marsha : "Kenapa kok diem? Apa jangan-jangan omongan aku bener ya? Kamu cuma mau jelek-jelekin kak Alif di depan aku. Iya? Dev, kalau kamu gak suka sama kak Alif, bukan gini caranya. Dia baik loh."

Devin : "Please Sha, lo belum tau siapa Alif dibalik topengnya itu. Gue gak mau.. gu..gue gak mau dia nyakitin lo Sha."
Marsha terdiam sejenak mendengar perkataan Devin.
Marsha : "Nyakitin? Sumpah aku gak ngerti apa maksud kamu. Justru dia selama ini sering banget bantuin aku."
Devin : "Sha, cepet atau lambat, lo bakal tau semuanya. Biar waktu yang ngejawab. Sorry Sha, gue gak bermaksud apa-apa. Gue duluan ya."
Lalu Devin pulang meninggalkan Marsha yang masih bertanya-tanya pada semua yang Devin katakan.

***
"Rid kamu beneran gak mau ke kafe dulu nih?", tanya Zalfa dengan lembut pada Ridwan.
"Enggak deh Zal. Gue hari ini masih pengen istirahat dulu.", jawab Ridwan tersenyum pada Zalfa.
Padahal sebenarnya bukan itu alasan Ridwan, ia ingin menjalankan kembali rencananya yang gagal kemarin. Memberikan cokelat kepada Zalfa.
"Ya udah lo jalan gih, ntar ditungguin loh sama Key dan Bastian.", ucap Ridwan.
Zalfa : "Ya udah. Kamu cepet sembuh ya Rid. Sepi kalau gak ada kamu."
Perkataan Zalfa benar-benar menyentuh lubuk hati Ridwan. Ridwan pun memancarkan senyumnya, "Iya Zal. Thanks ya."

***
Akhirnya Zalfa dan Key hanya tampil berdua saja. Selama tampil, kedua mata Bastian tak berhenti memandangi Zalfa. Ia sangat tidak sabar untuk memberikan kabar gembira kepada Zalfa.

"Wih keren penampilan lo berdua.", ujar Bastian memuji Zalfa dan Key yang baru saja selesai tampil.
"Halah. Yang keren kita berdua atau Zalfa aja?", sindir Key pada Bastian.
"Ih apaan sih Key.", ucap Zalfa malu-malu.
Bastian : "Zal, ada yang mau kita omongin sama lo."
Zalfa : "Ngomongin apa?"
Kemudian Bastian mengajak Zalfa dan Key untuk duduk. Ia memang sengaja meminta pada Key agar dirinya saja yang bicara pada Zalfa. Kemudian Bastian menjelaskan soal beasiswa di kampusnya pada Zalfa.
Zalfa tampak antusias mendengar hal itu.

"Hah serius? Ya ampun aku mau banget!", wajah Zalfa berbinar.

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang