Chapter 23

922 57 0
                                    

"Lo tanya apa salah Marsha? Kesalahan terbesar Marsha adalah dia deketin cowok gue. Dia udah bikin hubungan gue sama Alif jadi berantakan. Ngerti?"

Tiba-tiba percakapan mereka terhenti karena teriakan dari Marsha.
Marsha : "Cukup! Berhenti! Kak Vanya, aku emang kecewa sama kakak. Dan aku tau kakak benci sama aku, tapi asal kakak tau, aku gak ada niat sedikitpun buat deketin kak Alif, apalagi hancurin hubungan kalian. Mulai sekarang aku akan jauhin kak Alif. Biar kakak seneng. Biar kakak, gak jadi pengganggu kehidupan orang lain terus."
Marsha menatap Vanya dengan tatapan yang sama seperti Devin. Kemudian ia pergi meninggalkan Vanya dan Devin disana.
Devin : "Van, asal lo tau. Lo gak bakal bisa nyakitin Marsha lagi."
Vanya tak dapat mengeluarkan sepatah katapun mendengar ucapan Marsha dan Devin.

***
Bastian dan Key sedang bercanda sambil berjalan menuju kelas. Keduanya tampak sangat asyik saling ejek satu sama lain hingga tak memperhatikan keadaan di sekitarnya. Termasuk dengan apa yang ada di hadapan mereka. Benar saja, hal itu membuat Bastian tidak sengaja menabrak Ruth yang sedang berdiri membelakanginya. Membuat Ruth kehilangan keseimbangannya dan akan terjatuh.

"Aaaa!", teriak Ruth setelah ditabrak oleh Bastian. Dan tangan Bastian dengan sigap menangkap tubuhnya.
Kedua mata Ruth tak berkedip menatap wajah Bastian yang berjarak begitu dekat dengannya saat itu. Begitu juga dengan Bastian. Bastian melihat kedua mata Ruth dengan seksama.
"Uhuk uhuk.", suara batuk Key yang dibuat-buat akhirnya membuat Bastian melepaskan pegangannya pada tubuh Ruth.
Hal itu membuat Ruth akhirnya terjatuh.
"Aduh Bastian! Sakiiittt!", rengek Ruth kesakitan sambil memegangi lututnya.
Bastian : "Eh Ruth, sorry gue gak sengaja. Sorry. Ini gara-gara Key nih."
Bastian menunjuk ke arah Key.
Key : "Loh loh loh? Kok jadi gue sih? Lo meluk-meluk sendiri, ngelepas juga lepasin sendiri. Gue yang disalahin."
Sementara Ruth masih terduduk cemberut melihat Bastian yang tak kunjung membantunya untuk berdiri kembali.

***
Sementara itu...
"Badan kamu udah enakan?", tanya Zalfa pada Ridwan.
Ridwan : "Udah kok Zal. Gue kan cowok kuat hahaha. Eh, btw besok lo pengumuman audisi ya?"
Zalfa tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya.
"Iya Rid. Aduh kira-kira aku bisa gak ya?", Zalfa merasa kurang percaya diri karena melihat peserta audisi yang begitu banyak.
Ridwan mencoba menenangkan Zalfa.
Ridwan : "Zal, apapun hasil yang bakal lo terima besok, lo harus terima itu dengan baik ya. Tapi gue yakin, lo pasti bisa. Lo pasti lolos."
Zalfa mengamini ucapan Ridwan. Zalfa sangat berharap impiannya untuk kuliah bisa tercapai. Ia ingin memiliki hidup yang lebih baik. Ia ingin memiliki masa depan yang lebih cerah.

***
"Sorry Ruth. Gue kan gak sengaja.", ujar Bastian yang melihat Ruth masih cemberut kepadanya.
Ruth : "Tapi kan sakit tau."
Key : "Iya Ruth. Lagian apaan deh kayak anak kecil aja main ngambek-ngambekan."
Ruth : "Ih Keyyy biarin sih. Lagian lo juga sih pake acara pura-pura batuk segala."
"Astaga Ruth Ruth.", ujar Key sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Ruth.

Tak lama kemudian Marsha datang dari arah depan mereka. Key menyadari bahwa raut wajah Marsha saat itu tampak berbeda. Bahkan Marsha seolah-seolah tak melihat Key, Bastian, dan Ruth yang ada di depannya.
"Eh Sha Sha. Tunggu. Lo kenapa?", ujar Key sambil menghentikan langkah Marsha.
Marsha : "Eh kak Key, kak Bastian, kak Ruth. Maaf aku gak ngeliat kakak."
Key : "Lo kenapa?"
"Mmmm. Enggak kok kak. Aku gakpapa. Lagi pusing aja dikit.", jawab Marsha mencoba menutupi apa yang telah dia alami.
Key : "Lo serius? Sha, lo gak usah anggep kita ini senior lo. Anggep aja kita ini temen-temen lo. Gak usah ada yang lo tutup-tutupin dari kita. Kalo lo ada masalah, lo bisa cerita sama kita. Siapa tau kita bantuin lo."
Bastian dan Ruth hanya mengangguk saja membenarkan ucapan Key pada Marsha.
"Mmmm. Enggak kok kak. Aku gakpapa.", jawab Marsha lagi.
Tak lama kemudian ada seseorang yang memanggil Marsha dari arah belakangnya.
"Sha.", panggil orang itu.
"Kak Alif.", sahut Marsha setelah menengok ke arah orang yang memanggilnya.

Alif : "Sha, kamu besok bisa dateng kan ke birthday party aku?"
Marsha diam, dia bingung harus mengiyakan ajakan Alif atau tidak.
"Oh iya, gue kesini juga mau undang kalian, Bastian, Ruth, dan lo nenek sihir, ke birthday party gue besok malem.", lanjut Alif.
"Waahhh party? Asikkk! Bas, kita dateng ya.", ujar Ruth sambil tersenyum ke arah Bastian. Bastian hanya mengangguk terpaksa.
Key membuang muka, seakan enggan menatap Alif.
Key : "Halah gue tau nih ujung-ujungnya bakal kayak gimana."
Alif : "Oh iya khusus lo nenek sihir, terserah lo mau dateng apa enggak, gue sih formalitas aja undang lo. Biar pernah ngerasain diundang sama cowok ganteng juga."
Key hanya menghela nafas sambil menelan ludahnya kemudian.
Alif : "Sha, kamu dateng ya. Aku tunggu loh besok."
Marsha masih belum memberi jawaban, tetapi kemudian Alif langsung pergi berlalu meninggalkan mereka bertiga. Namun tiba-tiba Ruth merasa ingin ikut menyebar undangan ulang tahun bersama Alif.
"Alif tungguin! Gue ikut!", teriak Ruth kemudian mengejar langkah Alif dari belakang.
"Bye Bas.", Ruth melambaikan tangannya ke arah Bastian.
Bastian hanya tersenyum kikuk saja dibuatnya.

***
Bastian, Key, dan Marsha pun melanjutkan langkahnya dengan jalan bertiga. Mereka tampak asyik mengobrol selama berjalan.
Marsha : "Kak Key, kok kakak selalu manggil kak Alif dengan sebutan kadal sih?"
Bastian terkekeh mendengar pertanyaan Marsha pada Key.
"Eh Sha, lo harus tau ini. Key manggil Alif 'kadal', karena itu adalah panggilan sayang dia buat Alif hahaha.", ejek Bastian.
Key : "Eh sembarangan! Amit-amit dah. Sha, gue panggil dia kadal itu karena ada alesan tersendiri. Dan gue rasa lo harus tau soal ini. Nih ya, Alif itu gue panggil kadal karena dia emang playboy cap kadal. Hampir semua cewek cantik di kampus ini pernah dikadalin sama dia. Mottonya nih, bulan baru pacar baru. Setiap bulan dia selalu gonta-ganti cewek. Bulan ini, Vanya. Vanya itu salah satu korban dia Sha."
Marsha tampak kaget mendengar penjelasan dari Key itu. Matanya membulat. Ia tak percaya akan ucapan Key.

"Mana mungkin kak Alif setega itu sama cewek?", pikir Marsha.

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang