Chapter 10

1K 63 0
                                    

Key menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

"Malvin manggil gue? Tumben amat.", batin Key.
Lalu Malvin menghampiri Key yang sedang asyik memakan snack kesukaannya.
Malvin : "Key, akhirnya ketemu juga. Aku cariin kamu kemana-mana dari tadi."
Key : "Lo nyari gue? Ada perlu apa Vin?"
Malvin : "Ada yang mau aku omongin. Penting. Bisa kan?"
"Ngomongin apa Vin? Serius amat kayaknya. Kita cari tempat yang enak buat ngobrol yuk.", ajak Key sambil terus mengunyah snacknya.

***
Malvin : "Jadi gini Key, aku gak tau harus ngomongin ini ke siapa lagi, yang jelas aku butuh bantuan kamu."
Key : "Bantuan? Bantuan apa?"
Malvin : "Semalem aku nemuin Ruth pingsan di pinggir jalan. Padahal cuaca lagi hujan deras. Dia sendirian. Dan sekarang dia ada di rumah sakit."
Mendengar cerita Malvin, membuat Key tersedak oleh snacknya.
Key : "Ruth pingsan di pinggir jalan? Kok bisa?"
Malvin : "Iya. Sekarang syukurlah di udah sadar. Dan tadi pagi aku ditelpon sama ayahnya. Ayah Ruth bilang, semalam ternyata Ruth nungguin cowok yang Namanya Bastian. Dan Bastian mana lagi yang Ruth kenal selain Bastian sahabat kamu kan? Katanya, semalem Ruth udah janjian sama Bastian, tapi dia gak dateng. Dia udah coba telepon Bastian berkali-kali, gak diangkat. Dan kayaknya ayah Ruth marah banget dan butuh penjelasan dari Bastian. Kamu tau semalem Bastian ada dimana?"
Key tampak sangat kaget mendengar hal itu.
Key : "Lo serius? Semalem Bastian ada sama gue sama anak-anak yang lain juga. Dan dia sama sekali gak ngomong kalau dia ada janji sama Ruth. Emang sih semalem ada telepon dari Ruth berkali-kali. Dan gue udah minta dia buat ngangkat teleponnya, tapi dia gak mau. Gue juga gak tau sama sekali soal hal ini. Makanya gue diem aja."
Malvin : "Jadi Key, aku minta tolong banget sama kamu. Buat ajak Bastian ketemu Ruth dan ayahnya nanti sepulang kuliah di rumah sakit. Karena kalau aku yang ngomong langsung sama Bastian, ya kamu tau sendiri dia gak akan mau dengerin. Ruth juga semenjak sadar gak mau makan, dia cuma mau ketemu Bastian. Jadi aku minta tolong banget sama kamu ya Key."
Key : "Oke Vin. Gue bakal bantuin lo. Gue nanti bakal ajak Bastian ke rumah sakit."
Malvin : "Oke Key. Makasih banyak ya."

***
Zalfa sedang menunggu Key dan Bastian di depan gerbang kampus. Namun kali ini berbeda, karena Ridwan tak ada di sampingnya. Ia belum datang.
Tak lama kemudian Key dan Bastian keluar dari kampus.
Bastian : "Hei Zal."
Key : "Kok lo sendiri Zal? Tumben. Ridwan mana?"
Zalfa : "Gak tau Key. Aku juga dari tadi nungguin dia. Dia gak dateng-dateng."
Key : "Hmmm Zal. Kayaknya hari ini kita gak tampil dulu di kafe ya. Gue sama Bastian mau ada urusan. Gakpapa kan?"
Bastian yang tak tahu apa-apa soal urusan yang dimaksud Key pun kaget.
"Urusan? Urusan apaan Key? Enggak kok, gue free buat Zalfa.", ujar Bastian sambil kemudian tersenyum ke arah Zalfa.
"Udah lo jangan banyak tanya. Yuk ikut gue.", ucap Key sambil menarik tangan Bastian.
"Zal, sorry banget ya kita duluan. Gakpapa kan?", lanjutnya.
Zalfa : "Eh iya. Gakpapa kok Key. Sampai ketemu lagi besok ya."
Akhirnya Key membawa Bastian meninggalkan Zalfa sendiri disana. Segera ia membawa Bastian menuju ke rumah sakit.

Zalfa pun memutuskan untuk pulang saja karena ia hanya seorang diri hari ini. Saat mulai melangkah pulang tiba-tiba ada suara perempuan yang memanggilnya.
"Zalfa!", seru perempuan itu.
Sesaat kemudian Zalfa menoleh, "Marsha!". Zalfa tampak sangat senang melihat siapa yang memanggilnya itu. Senyumnya mengembang dan ia langsung berlari ke arah Marsha untuk memeluknya.
Zalfa : "Marsha, jadi kamu kuliah disini? Berarti yang waktu itu aku liat itu bener kamu dong. Ah aku seneng banget. Kamu apa kabar?"
Marsha : "Iya hehe. Aku baik kok Zal. Eh kita makan bareng yuk sambil ngobrol-ngobrol. Mumpung ketemu hehe."
Zalfa pun menyetujui usul Marsha.
Marsha adalah sahabat dekat Zalfa saat smk dulu. Namun sejak lulus, mereka belum pernah bertemu lagi hingga hari ini akhirnya mereka dipertemukan secara tidak sengaja.

***
"Ya ampun Sha. Kamu makin cantik aja.", ujar Zalfa.
Marsha : "Ah kamu bisa aja. Eh sekarang kerja atau kuliah dimana?"

Zalfa menunduk sejenak saat mendengar pertanyaan Marsha itu.
Zalfa : "Enggak Sha. Aku gak kuliah. Pengen tapi belum ada biaya. Tapi sekarang aku nyanyi di kafe. Pemiliknya satu kampus sama kamu loh."
"Hah serius kamu jadi penyanyi kafe? Sejak kapan kamu bisa nyanyi? Hahaha.", ejek Marsha pada Zalfa.
Zalfa : "Aku juga awalnya gak mau jadi penyanyi. Tapi sekarang aku sadar, ternyata nyanyi itu enak juga ya. Bisa menghibur banyak orang. Eh kamu gimana kuliahnya? Temen-temennya pada baik kan?"
Marsha tampak diam dan ia langsung teringat pada Vanya yang selalu menyakitinya.
Zalfa : "Kenapa diem Sha?"
Marsha : "Ya begitulah Zal. Aku punya beberapa temen baru yang baik banget sama aku. Tapi ada juga yang suka ganggu aku. Aku gak tau sih apa salah aku ke dia, tapi sejak aku masuk dia udah kayak gak suka sama aku."

Mendengar hal itu membuat Zalfa sedih. Karena sahabatnya tidak begitu nyaman dengan tempat barunya. Ia menghela nafas.
Zalfa : "Hmmm Sha, aku ada loh temen baru yang kuliah disini juga. Dan dia baik banget sama aku. Dia yang ngajak aku buat kerja di kafe. Nanti aku kenalin ya sama dia. Dia senior sih, jadi ya mungkin paling enggak, dia bisa nemenin kamu juga biar gak ada yang gangguin kamu lagi."
Marsha : "Wah. Makasih Zal."
Zalfa : "Iya Sha. Coba aja ya aku juga kuliah di tempat kamu. Gak akan aku biarin ada satupun yang nyakitin kamu."
Marsha : "Ah kamu bisa aja Zal. Dari dulu gak berubah ya ternyata haha."
Keduanya terus bercengkerama karena memang sudah sangat lama mereka tak bertemu.

***
Key dan Bastian sudah tiba di rumah sakit dimana Ruth dirawat.
"Key, sebenernya kita mau ngapain sih? Kok ke rumah sakit?", Bastian bertanya-tanya apa sebenernya tujuan Key membawanya kesini.
"Ikut gue.", ujar Key memimpin jalan menuju ke ruang inap Ruth.

Sesampainya di depan ruangan, Bastian tampak kebingungan mengapa ada Vanya dan Malvin juga disini. Bastian juga menatap Malvin dengan sinis.
Bastian : "Key, sebenernya ada apa sih?"
Malvin : "Bas, sebenernya..."

"Eh. Lo diem ya. Gue nanya Key bukan lo!", ujar Bastian memotong pembicaraan Malvin.

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang