Chapter 7

1.1K 64 0
                                    

"Aha! Besok kan ulang tahun gue. Gimana kalau gue ajak Malvin atau Bastian dinner berdua? Ah itu pasti romantis banget. Oke oke. Gue harus ajak salah satu dari mereka."

Tak lama kemudian Bastian melintas lagi di depannya. Tampak ia sedang berbicara dengan seseorang di telepon.
Seakan tak memperdulikan hal itu, Ruth langsung saja menghampirinya dengan senyum centilnya.
Ruth : "Bastian."
Tak ada respon dari Bastian. Ia masih asyik dengan teleponnya.
"Bassss.", ujar Ruth sambil menarik-narik baju Bastian.
Bastian yang merasa terganggu akhirnya bicara dengan Ruth, "Apa sih?". Setelah mengatakan itu, ia kembali sibuk dengan teleponnya.
Ruth mengabaikan hal itu, ia terus bicara dengan Bastian. Ia anggap Bastian mendengarkannya.
"Besok kan ulang tahun aku. Aku mau ajak kamu dinner berdua sama aku. Kamu mau kan?", ujarnya penuh senyum.
Bastian masih tak menjawab.
Ruth : "Iiiihhh Bastiaaannn."
"Apa sih? Iya iya.", Bastian menjawab sekenanya karena dia berpikir agar Ruth cepat pergi.
Mendengar jawaban Bastian, Ruth pun sangat senang.
Ruth : "Asyiiikkk! Oke kalau gitu, aku tunggu besok jam 7 malem di taman kota ya. Nanti kamu jemput aku. Ya Bas?"
"Iyaaaa.", Bastian sama sekali tak mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Ruth, ia hanya menjawab sekenanya.
"Yeayyy oke see you tomorrow Bas.", ujar Ruth penuh semangat. Setelah itu ia meninggalkan Bastian yang masih asyik dengan teleponnya. Tampak ia sangat senang.

***
Sementara itu Marsha pergi ke perpustakaan lagi. Ia pergi kesana dengan maksud mencari orang yang menyelamatkannya dari Vanya waktu itu.
"Ih dimana sih orang itu?", batin Marsha sambil terus menengok ke kanan dan kiri.

Saat Marsha menengok ke arah belakangnya, akhirnya ia menemukan orang yang ia cari. Marsha melangkah pelan ke arah orang itu yang sedang asyik membaca bukunya.
"Hai.", sapa Marsha dengan penuh senyum.
Orang itu menurunkan bukunya dan melihat ke arah orang yang menyapanya.
Kemudian dia tersenyum, "Eh. Lo bukannya yang waktu itu ya?"
Marsha : "Iya hehe. Kenalin namaku Marsha."
"Hai. Gue Devin.", jawab orang itu ramah.
"Eh, gimana? Vanya masih sering gangguin lo gak?", tanya Devin.
Marsha : "Enggak kok. Aku juga bingung kenapa sejak kejadian itu, dia gak pernah gangguin aku lagi."
Devin : "Bagus deh kalo gitu. Eh sini duduk dong. Gak enak masa berdiri mulu."

Marsha pun duduk di kursi yang ada di depan Devin.
"Vanya itu satu angkatan sama gue. Dari dulu emang dia orangnya kayak gitu. Gue bahkan dulu sempat jadi korban bully dia. Dia selalu panggil gue dengan sebutan 'cowok cupu'. Hahaha.", lanjutnya.
Marsha : "Hah? Satu angkatan? Berarti harusnya aku panggilnya kak Devin dong ya?"
Devin : "Gak usah. Santai aja lagi. Panggil Devin aja."
Marsha : "Oh. Iya kak, eh iya Devin. Hehe."
"Oiya tadi kamu bilang dulu Vanya itu sering bully kamu? Gimana ceritanya?", lanjut Marsha.
Devin : "Iya. Gara-gara gue itu suka main di perpustakaan. Ya, mungkin dia nganggep semua yang di perpustakaan itu cupu. Dulu gue sempet drop juga. Tapi gue pikir, masa gue kalah sih. Gue gak kan gak ngelakuin kesalahan. Iya kan?
Marsha : "Iya ya."
Devin : "Makanya, lo gak boleh lemah. Kalau lo gak salah, lo harus lawan. Jangan kayak kemaren. Mau dipukul malah diem aja. Ntar bonyok baru tau rasa."

***
Zalfa dan Ridwan sedang berdiri di depan gerbang kampus Key. Seperti biasa ia sedang menunggu Key selesai kuliah. Saat keluar, ternyata Key bersama dengan Bastian, sahabatnya.

Bastian memang sangat berubah sikapnya 180 derajat dari saat pertama kali bertemu dengan mereka. Terutama terhadap Zalfa, ia menjadi sangat baik dan perhatian.
Key : "Eh udah nungguin rupanya. Udah lama ya?"
Ridwan : "Enggak kok Key. Baru aja."
Bastian : "Eh kalian udah makan siang belum? Kalau belum ntar makan dulu aja ya di kafe gue."
"Belum hehe.", jawab Zalfa singkat.
"Ya udah, ntar makan dulu aja ya Zal.", ujar Bastian sambil tersenyum pada Zalfa.
Key : "Ehem."
"Ya elah cari muka mulu bos.", ujar Ridwan menyindir Bastian sambil bersiul menatap langit.
Bastian : "Apa sih lo Rid? Ngikut aja."
Memang sejak saat itu tampak Bastian dan Ridwan tidak pernah akur.
***
Singkat cerita Key, Zalfa, dan Ridwan sudah selesai tampil. Zalfa dan Ridwan berpamitan pulang terlebih dahulu.
Perjalanan pulang mereka berdua dihabiskan dengan mengobrol.
Zalfa : "Rid, ngomong-ngomong kenapa kamu sama Bastian gak pernah akur sih?"
Ridwan yang mendengar pertanyaan itu langsung menjadi salah tingkah.
"Eh..mmm.. ya asik aja gitu kalau berdebat sama dia.", jawab Ridwan sekenanya.
"Eh Zal, lo kalo ke Bastian jangan suka senyum-senyum gitu dong.", Ridwan mencoba mengalihkan pembicaraan.
Zalfa : "Emangnya kenapa Rid? Lagian kan Bastian itu baik ke kita. Jadi ya masa aku gak boleh senyum ke dia?"
Ridwan : "Ya senyum boleh. Tapi jangan banyak-banyak. Banyak-banyaknya kalo buat gue aja hahaha."
"Apaan sih.", ujar Zalfa sambil mencubit pinggang Ridwan.
Lalu kemudian keduanya tertawa bersama menghabiskan perjalanan malam itu. Keduanya sangat menikmati momen ini. Seakan-akan tak ada beban yang melanda mereka.
Ridwan berkata dalam hati sambil menatap Zalfa yang sedang asyik mencubitinya, "Zal, kayak gini terus ya. Gue seneng ngeliat lo ketawa kayak gini. Gue sayang sama lo Zal."

Ridwan mengantarkan Zalfa hingga ke depan kontrakan sederhananya.
Zalfa : "Makasih ya Rid."
Ridwan : "Iya sama-sama princess. Ketemu aa lagi besok ya. Hahaha"
Zalfa hanya membalasnya dengan tertawa kemudian ia masuk rumahnya.
Ridwan memang selalu mengungkapkan isi hatinya pada Zalfa dalam candaan. Karena dia merasa belum berani mengungkapkannya secara langsung pada Zalfa.
"Selamat malam Zalfa.", ujar Ridwan dalam hati dengan senyum khasnya.

***
Hari berganti. Hari ini mentari bersinar dengan begitu cerah. Secerah suasana hati Ruth yang sedang benar-benar bahagia karena akan dinner berdua dengan Bastian malam ini. Ia berjalan menyusuri selasar kampus dengan ceria.
"Aduh gak sabar banget nungguin malem ini. Hihi pasti bakal romantis banget.", Ruth mengkhayal tentang dinner nya malam ini.

Sedang asyik mengkhayal tiba-tiba lamunannya dibuyarkan oleh suara seseorang yang memanggilnya.

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang