Chapter 21

949 53 0
                                    

"Barusan Marsha telepon gue. Dia bilang dia gak tau lagi ada dimana sekarang. Pasti itu ulah lo kan?"
Mendengar ucapan Devin membuat Vanya semakin gugup dan kehabisan kata-kata.

Vanya : "Heh! Gue gak tau apa-apa ya soal itu!"
"Kalau sampai terbukti lo nyakitin dia, lo akan nyesel Van!", ujar Devin sambil menatap mata Vanya tajam.
Kemudian Devin masuk ke dalam mobilnya dan berlanjut mencari keberadaan Marsha. Ia mencoba menyusuri jalan yang dilewati Vanya karena dia yakin pasti Vanya ada dibalik semua ini.

***
"Lo kenapa bisa ada disini?", tanya Ridwan pada Marsha.
Marsha terdiam sejenak.
"Aku...aku dikerjain sama temenku.", Marsha tertunduk kemudian.
"Kita jalan lagi aja yuk. Semoga di depan sana jalan keluarnya.", Marsha terus berjalan sambil menopang badan Ridwan.
Ridwan : "Thanks ya."
Marsha hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
Ridwan : "Lo baik banget. Lo udah mau tolongin gue, padahal kan lo juga belum kenal siapa gue."
Marsha : "Aku yakin kamu baik. Kamu bukan orang jahat. Dan kamu gak bakal jahatin aku."
"Gila ni cewek, hatinya baik banget.", batin Ridwan sambil memandangi Marsha yang sedang membantunya berjalan.

Tiba-tiba mereka melihat ada seperti cahaya di depan mereka.
"Eh itu ada cahaya. Semoga ini pertanda baik. Kita harus terus jalan.", ujar Marsha dengan penuh harap.
Mereka berdua kemudian berusaha berjalan secepat mungkin menghampiri arah datangnya cahaya itu. Namun ada satu hal yang aneh, semakin lama cahaya itu terlihat semakin terang seperti sedang mendekat ke arah Marsha dan Ridwan.
"Itu mobil!", kata Ridwan yang menyadari bahwa cahaya itu berasal dari lampu mobil yang semakin mendekat ke arahnya.

Tampak mobil itu berjalan dengan kencang seolah-olah akan menabrak mereka berdua. Mereka tak dapat berlari lagi untuk menghindar. Kedua kaki mereka sudah terlanjur lemas.

"Aaaaa!", teriak Marsha ketakutan sambil terus memegangi Ridwan disampingnya.
Sementara Ridwan hanya dapat memejamkan matanya dan berharap mereka akan baik-baik saja.
Mobil itu tampak terus melaju kencang semakin mendekat ke arah posisi dimana Marsha dan Ridwan berdiri.
Dan...

"Ciiiitt!!!"
Cahaya dari mobil itu semakin mendekat ke arah mereka namun terdengar seperti ada suara rem. Marsha dan Ridwan memberanikan diri untuk melihat ke arah depan. Dan benar saja, mobil itu berhenti tepat di depan mereka.
Seseorang turun dari mobil itu, membuat Marsha terkejut.
"Devin!", teriak Marsha sambil berlari menuju arah Devin berdiri dan memeluknya erat. Air mata Marsha tumpah disana.
"Devin, aku bener-bener takut. Makasih banyak kamu selalu jadi penolong buat aku.", Marsha masih belum ingin melepaskan pelukannya pada Devin. Ia masih ingin meluapkan tangisnya sepuas mungkin.
Devin yang tiba-tiba dipeluk oleh Marsha pun merasa kaget. Membuat dirinya salah tingkah. Devin hanya mampu menyambut pelukan Marsha dan mencoba membuatnya tenang.
Sedangkan Ridwan hanya dapat terdiam melihat Marsha dan Devin di depannya. Ia tampak terharu melihat itu semua.

Devin : "Sha, thanks juga lo udah percayain gue. Lo udah hubungin gue saat lo dalam kesusahan."
Marsha tak dapat menjawab ucapan Devin. Air matanya masih menetes disana. Dia merasa sangat lega akhirnya ada orang yang menyelamatkannya, dan orang itu adalah Devin.
"Gue akan selalu jagain lo Sha.", ucap Devin dalam hati.
Devin yang menyadari ada Ridwan yang sedari tadi memandangi mereka dengan mata berkaca-kaca pun akhirnya melepaskan pelukannya dari Marsha.

"Sha, siapa dia?", tanya Devin pada Marsha.
Marsha : "Dia Ridwan. Aku tadi ketemu sama dia di jalan sana. Dia lagi kesusahan. Uangnya habis dirampas sama preman dan dia jadi babak belur kayak sekarang."
Ridwan tersenyum dan menjabat tangan Devin. Akhirnya mereka berdua sudah saling mengenal satu sama lain.
Devin : "Ya udah Sha, gue anterin lo pulang yuk sekarang. Takut nyokap lo nungguin kan?"
Devin menggandeng tangan Marsha menuju mobilnya, namun...
"Eh, tunggu dulu Dev. Kita anterin Ridwan pulang dulu yah?", ucap Marsha memohon pada Devin.
Devin membalasnya dengan sebuah senyum simpul dan anggukan.

Akhirnya mereka bertiga pergi meninggalkan jalanan buntu itu.

***
Zalfa masih duduk cemas berharap Ridwan segera datang.
"Ridwan.", Zalfa menyebut nama Ridwan sambil mengepalkan kedua tangannya. Dia sangat khawatir.
"Zalfa.", suara seseorang yang memanggil Zalfa membuatnya terbangun dan segera membalik badannya.
"Ridwan!", Zalfa langsung berteriak sambil memukuli lengan Ridwan pelan.
"Ihhh kamu kemana aja sih? Kamu gak tau? Aku tuh khawatir banget nyariin kamu!", Zalfa tampak kesal pada Ridwan.
Mendengar ucapan Zalfa itu, justru membuat Ridwan sumringah.
Ridwan : "Ciee khawatirin aa ya?"
Zalfa membalas ucapan Ridwan dengan terus memukuli lengan Ridwan.
"Aduh aduh. Sakit tau!", Ridwan merasa kesakitan saat luka nya ada yang terpukul oleh Zalfa.
"Eh. Kamu kenapa? Kenapa bonyok begini? Kamu habis dikeroyok?", Zalfa baru menyadari jika seluruh tubuh Ridwan sedang penuh luka lebam malam itu.
"Biasa lah Zal. Cowok.", Ridwan berbohong pada Zalfa. Karena dia tak ingin Zalfa mengetahui apa yang telah menimpa dirinya.

Sedangkan Marsha dan Devin telah pulang terlebih dahulu atas permintaan Ridwan. Ridwan sengaja melakukan itu semua karena tidak ingin Zalfa semakin mengkhawatirkannya.
Akhirnya Zalfa pun mengobati semua luka lebam pada tubuh Ridwan. Namun Ridwan merasa tidak hanya luka di badannya saja yang terobati, tetapi juga luka di hatinya. Ridwan tersenyum menatap Zalfa.

***
Akhirnya hari yang penuh ketegangan itu sudah berlalu. Sekarang saatnya menyambut hari baru dengan harapan baru yang lebih indah dari hari sebelumnya.
Ruth sedang sibuk memakaikan lipstik pada bibirnya, ia ingin selalu terlihat cantik.
"Ruth.", tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya.
"Eh Malvin. Sini sini duduk.", sapa Ruth setelah melihat orang itu.
Ruth : "Ada apa Vin? Kok tumben lo yang nyamperin gue? Biasanya gue yang nyamperin lo duluan hihihi."
Malvin : "Mmm. Kamu bisa aku mintain tolong gak?"
Ruth : "Tolong apa Vin?"
Malvin : "Bilangin ke Vanya, jaketku kapan dikembaliinnya hehehe. Soalnya waktu itu dibawa sama dia. Dan belum balik sampai sekarang."

Ruth : "Eh hahaha serius lo pinjemin jaket ke Vanya? Cie akhirnya setelah sekian lama."

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang