Chapter 4

1.3K 76 2
                                    

Keduanya diam sejenak dalam pelukan itu.

Lalu Ridwan melepaskan pelukannya, ia menatap mata Zalfa dan menghapus air mata yang ada disana.
Ridwan : "Zal, lo cewek baik. Lo cantik. Apapun yang lo pake, lo cantik. Lo gak usah dengerin perkataan orang itu. Lo harus jadi Zalfa yang kuat. Gak boleh cengeng. Ya beginilah hidup Zal. Penuh warna. Gak selamanya berwarna cerah, kadang juga berwarna gelap. Lo gak boleh nangis lagi. Apa yang orang itu omongin gak bener. Sama sekali gak bener. Lo cantik, gimanapun penampilan lo."
Zalfa terus menatap Ridwan.
Zalfa : "Rid, makasih ya. Aku emang belum kenal lama sama kamu. Tapi kamu baik banget sama aku. Makasih ya. Aku janji aku gak akan cengeng lagi."

***
Keesokan harinya di Universitas Musika.
Seluruh mahasiswa baru di ospek oleh seniornya. Pada hari pertama ini, semuanya diminta untuk mengumpulkan tanda tangan dari seluruh panitia ospek itu.
Sampai seorang mahasiswa menghampiri Vanya dan Ruth. Nampak ia agak ragu menghampirinya.
"Permisi kak. Saya mau minta tanda tangan kakak.", ujarnya.
Ruth : "Eh, boleh boleh sini sini mana bukunya aku tanda tanganin. Aduh fans aku."
Dengan senyum centilnya Ruth menanda tangani buku mahasiswa itu.

Lalu sekarang giliran Vanya yang ia mintai tanda tangan.
"Ini kan si maba yang kemaren berduaan sama Alif. Gue kerjain sekalian ah.", pikir Vanya.
Vanya : "Oh lo mau minta tanda tangan gue ya? Mana sini bukunya?"
Vanya membaca bagian atas buku tersebut. Tertulis nama dari mahasiswa baru itu.
Vanya : "Oh jadi nama lo Marsha."
Ya, mahasiswa baru itu bernama Marsha.
"I...iya kak.", jawab Marsha sambil mengangguk polos.
Vanya : "Buku lo bagus juga ya. Tapi sorry ya gue sobek."
Marsha yang mengetahui bukunya akan disobek sangat terkejut, ia berusaha menghentikan Vanya.
Marsha : "Kak! kak jangan kak!"
"Yah sorry. Udah terlanjur. Gimana dong?", jawab Vanya sambil tersenyum sinis kepada Marsha. Ia terus merobek buku itu.
Marsha hanya bisa menatap bukunya yang sudah disobek-sobek oleh Vanya dan sudah dilemparkan sehingga berceceran di tanah. Tampak Marsha sangat sedih dan kebingungan. Matanya berkaca-kaca karena itu.
Ruth : "Loh Van. Kok lo sobek sih? Disitu kan ada tanda tangan gue. Ih lo jahat banget sih."
"Marsha marsha sini aku kasih tanda tangan lagi. Eh tapi dimana ya? Ya ampun kasian fans aku tanda tangannya disobek.", ujar Ruth pada Marsha.
Marsha tak menyangka bahwa bukunya akan disobek. Kini semua tanda tangan yang sudah ia susah payah kumpulkan pun ikut tersobek-sobek.
"Aduh gimana nih.", ucap Marsha sambil mengumpulkan sobekan bukunya yang berceceran di tanah karena dilempar oleh Vanya.
Vanya hanya tertawa melihat Marsha.

Tak disangka, ternyata selama kejadian itu berlangsung Malvin melihatnya. Malvin pun langsung datang menghampiri mereka.
Malvin : "Van! Kamu apa-apaan sih? Maksud kamu apa nyobek buku dia hah? Dia udah capek-capek keliling dari tadi. Punya otak gak sih?"
Vanya : "Apaan sih Vin. Dia itu pantes digituin."
"Sini aku bantuin ya. Kamu tenang aja, gak akan ada yang marahin kamu.", ujar Malvin mencoba menenangkan Marsha sambil ikut membantu mengumpulkan sobekan bukunya.
Melihat Malvin yang membantu Marsha ternyata membuat Ruth merasa tersaingi.
Ruth pun pura-pura ikut membantu Marsha agar menarik perhatian Malvin.
"Eh eh sini gue bantuin juga.", ucap Ruth sambil ikut membantu.
"Baik banget kan Malvin ini. Suka nolongin orang. Uh idaman banget deh pokoknya. Iya kan Vin?", ucap Ruth pada Marsha sambil melirik ke arah Malvin.
"Eh.. iya Ruth.", jawab Malvin kikuk.
Marsha : "Makasih banyak ya kak Malvin, kak Ruth udah bantuin aku."
"Iya sama-sama. Kamu gak usah takut ya sama orang ini.", ujar Malvin sambil menunjuk Vanya.
Vanya : "Ih gak jelas."
Lalu Vanya melenggang meninggalkan Marsha, Malvin, dan Ruth.

***
Sementara itu, Key sedang sibuk mencari Zalfa dan Ridwan. Biasanya mereka berdua sedang mengamen jam segini. Key pun mendatangi tempat-tempat yang biasa Zalfa dan Ridwan datangi saat mengamen. Sampai akhirnya Key melihat Zalfa dan Ridwan sedang duduk berdua di taman. Tampaknya mereka sedang beristirahat karena kelelahan.
Key : "Zal, Rid."
Zalfa : "Key."
Seketika wajah Zalfa langsung berubah.

Ridwan : "Mau apa lagi lo kesini? Mau bikin Zalfa nangis lagi?
Key : "Enggak, sama sekali enggak. Zal, Rid, maafin gue. Tolong biarin gue jelasin semuanya dulu."
Setelah itu Key dibiarkan untuk ikut duduk bersama Zalfa dan Ridwan. Key menjelaskan semuanya panjang lebar kepada mereka berdua.
Key : "Jadi lo berdua sekarang ikut gue ya."
Ridwan melirik ke arah Zalfa, ia tampak menunduk seakan tak mau menatap Key.
Ridwan : "Lo mau bawa kita ke Bastian lagi?"
Key : "Enggak. Bukan. Gue gak akan bawa kalian ke Bastian kok. Kalian tenang aja. Sekarang kalian ikut gue ya."
Ridwan : "Oke. Gue pegang omongan lo."
"Ayo Zal.", kemudian Ridwan meyakinkan Zalfa untuk ikut. Akhirnya mereka pun mengikuti kemauan Key.

***
Marsha sedang asyik membaca buku kesukaannya di perpustakaan kampus. Namun ia merasa risih, karena daritadi orang yang duduk di depannya seperti diam-diam memperhatikannya.
"Kayaknya itu senior deh. Aku pergi aja deh.", dalam pikiran Marsha.
Akhirnya Marsha memutuskan untuk keluar dari perpustakaaan itu. Ia berjalan sambil menundukan kepalanya. Kebiasaannya sejak dulu.

Sampai di depan pintu Marsha dikagetkan oleh sepasang kaki di hadapannya yang menghalangi Marsha untuk melangkah. Tapi orang itu diam saja dan tidak mau minggir. Marsha masih menunduk karena takut melihat wajah orang itu.
Marsha : "Permisi, aku mau lewat."
"Kalau ngomong sama orang itu liat wajahnya dong.", jawab orang itu.

Saat Marsha mencoba melihat wajah orang itu. Ternyata wajah itu tak asing baginya.
"Eh kak Alif", kata Marsha sambil nyengir.
"Lain kali, kalau jalan hadap depan. Jangan hadap bawah. Kalau jatuh lagi kayak kemarin gimana?", Alif tersenyum ramah pada Marsha.
Marsha : "Eh.. iya kak hehe. Oh iya, makasih ya kak. Kemarin kakak udah bantuin aku pas jatuh."
Alif : "Iya. Santai aja lagi."
"Mmm... ya udah kak. Permisi. Aku mau ke kantin dulu.", Marsha terlihat kikuk bertemu dengan Alif.
Alif : "Oh iya, siapa nama kamu?"
Marsha : "Marsha kak."
"Oke silahkan Marsha manis lewat. Hehe", Alif memasang senyum andalannya.
Marsha tersenyum sendiri melihat tingkah Alif saat itu.

The Colours Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang