"selamat datang di permainan hellevator!"
woojin mengedarkan pandangan pada langit-langit bangunan ketika mendengar suara itu bergema di dalam lorong. woojin tidak tahu siapa yang sedang berbicara, tetapi suara itu terdengar begitu dekat dan mengerikan.
"kamu hanya punya dua pilihan," suara itu kembali bergema.
"satu, mengikuti permainan ini dan masuk ke dalam elevator,"
woojin mendadak berjengit kaget ketika pintu elevator terbuka secara otomatis. refleks dia bergerak mundur. berbeda dengan jisung yang malah memandang elevator tersebut dengan tatapan tanpa ekspresi; seolah tak ada rasa terkejut ataupun takut dalam sorot mata itu.
"... atau dua, tidak mengikuti permainan ini dan tidak masuk ke dalam elevator."
lagi-lagi woojin berjengit kaget ketika melihat pintu elevator tertutup secara otomatis. pandangannya langsung mengarah pada langit-langit, mencari-cari siapa tau ada sosok yang bersembunyi di atas sana untuk mengendalikan alat ini.
"t-tidak mengikuti permainan ini?" felix bersuara tepat setelah suara yang menggema itu tak terdengar lagi.
tak ada yang menyahut ucapan felix, karena selanjutnya suara itu kembali terdengar menggema.
"apapun pilihanmu, peraturannya hanyalah satu; jangan percaya pada siapapun, sekalipun itu sekutumu sendiri."
woojin bisa melihat kalau kedelapan temannya kini saling berpandangan satu sama lain. entah apa arti sorot dari mata mereka, namun satu hal yang woojin bisa pastikan adalah dia dan kedelapan temannya merasa ragu akan perintah dari suara itu.
mereka bersembilan itu adalah teman, sahabat, kakak, adik, dan juga keluarga. jadi bagaimana mungkin mereka tidak percaya satu sama lain?
"jadi, silakan tentukan pilihanmu sekarang!" suara itu kembali bergema seiring dengan terbukanya kembali pintu elevator.
kali ini woojin tidak terkejut. dia malah mengarahkan pandangan pada jisung dan ketujuh lelaki lainnya yang berdiri di belakang.
"ternyata kita punya kesempatan untuk memilih," ucap woojin kemudian.
di sebelahnya, jisung mendengus. "padahal akan lebih mudah kalau kita tidak dihadapkan pada pilihan."
woojin hanya melirik sekilas pada jisung. dia tahu benar kalau sebanyak apapun pilihan yang diberikan, lelaki yang lebih muda darinya itu sudah pasti akan memilih opsi pertama.
"jadi maksudnya kita boleh memilih untuk tidak mengikuti permainan ini?" celetuk hyunjin.
"sepertinya begitu," gumam seungmin yang berdiri di sebelah hyunjin.
"kalau begitu kita pilih opsi kedua saja, kak," kata jeongin pada seungmin dan hyunjin.
"enak saja!" jisung mendadak nyolot. "tidak boleh ada yang memilih opsi kedua. kita semua harus memilih opsi pertama, termasuk kamu, hwang hyunjin!"
"aku punya hak untuk memilih, han jisung!" hyunjin balas nyolot.
"jangan dengarkan suara itu! pokoknya kita semua harus mengikuti permainan ini dan masuk ke dalam elevator!" ucap jisung final.

KAMU SEDANG MEMBACA
[1] The Games; Hellevator (Stray Kids) ✔
Fanfic[AKAN SEGERA DIBUKUKAN] Peraturannya hanya satu; jangan percaya pada siapapun, sekalipun itu sekutumu sendiri. #259 in fanfiction [08.04.2018] Warning! lowercase indside, brothership, mystery/thriller, dark, angst, lil bit bromance. [Inspirated by H...