Chapter 8

1.7K 276 9
                                    

Aku membuka mataku perlahan lalu melihat kesekelilingku. 'Tempat yang kukenal sepertinya,' aku berusaha untuk duduk tetapi seperti ada yang menahan tangan kananku. "Kenapa dia disini ?" aku melihat Kirishima yang sedang tertidur disampingku, memegang tangan kananku. Aku mengelus rambutnya perlahan agar dia tidak terbangun. "Apa yang kau lakukan disini, dasar bodoh," ucapku sambil tertawa kecil. Dia mengusap matanya dan menatapku sejenak, "(First Name)-san ! Kau sudah bangun ?!"

"Ya. Kirishima-kun kenapa disini ?"

"Aku menunggumu untuk bangun. Entah kenapa aku ingin menjadi orang pertama yang melihatmu siuman dan aku rasanya ingin berada disisimu saat ini," Kirishima menggaruk pipinya yang tidak gatal itu.

Entah kenapa tiba-tiba jantungku berdetak dengan agak kencang, mukaku juga memanas. Tetapi perasaan itu hilang ketika aku mengingat bahwa ada orang yang dirawat juga diruang sebelah.

"Kirishima-kun apa Aizawa-sensei baik-baik saja ?"

"Ya, kata dokter, sensei mengalami luka parah sehingga harus dirawat beberapa hari lagi. (First Name)-san sangat memperhatikan Aizawa-sensei tetapi jarang sekali berbicara satu sama lain, memangnya kenapa ?"

"Aku takut. Takut jika aku akan menggangunya dan akan membuatnya dalam bahaya. Tetapi tentu saja sebagai anaknya, aku ingin dia lebih meperhatikanku layaknya seorang ayah. Aku ingin semuanya kembali seperti dulu tetapi aku sendiri tidak yakin jika Aizawa-sensei masih menganggapku sebagai anaknya." jelasku.

Kirishima memegang kedua bahuku dan berkata, "Itu tidak benar ! Aizawa-sensei pasti juga memikirkan (First Name)-san. Dia juga pasti akan selalu menganggapmu sebagai anaknya karena dia ayahmu. Karena itu jangan sedih !"Aku membulatkan mataku ketika mendengar Kirishima yang berkata seperti itu dengan serius. Aku tertawa kecil, "Aku selalu merasa nyaman didekatmu. Terima kasih ya !" Kirishima membalasku dengan senyuman lebar, membuatku merasakan rasa hangat dihati ini. 'Ku ingin selalu bersamanya,' anganku.

"Aku juga selalu merasa nyaman didekatmu. Ayo, aku akan menemanimu menemui Aizawa-sensei !" Kirishima mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Aku mengambil tangannya lalu kami berdua pergi keruangan dimana Aizawa dirawat. Kami dapat melihat Aizawa yang masih belum sadar, aku duduk disebelah kasurnya dan Kirishima tetap berdiri disampingku. "Kenapa kau disini ?" dia bertanya kepadaku tak berapa lama setelah aku duduk disebelahnya. "(First Name)-san ingin menemuimu," jawab Kirishima. Aku tidak bisa berkata apa-apa melihat luka yang diterima oleh Aizawa, mengingatkanku akan kejadian 6 tahun lalu. "(First Name) yang kau lakukan saat itu adalah hal yang sangat bodoh. Kau menyerang musuh karena mengikuti perasaanmu, apakah itu yang biasa Hero lakukan ? Bahkan jika kau melakukan satu kesalahan saat itu, maka kau bisa saja terbunuh," jelas Aizawa dengan nada serius. Tak ada jawaban dari penjelasannya, aku tidak tau harus berkata apa, aku hanya dapat diam.

"(FIRST NAME)-SAN ?! Kenapa kau menangis ?!" Kirishima melihat kearahku dengan tatapan khawatir. Aku tersontak dan langsung menghapus sisa air mataku, "Maaf, aku tidak sadar tadi aku menangis." Kirishima pergi keujung ruangan lalu kembali dengan membawa tissue. "Kalian berdua pulanglah dan istirahat, ini sudah malam," perintah Aizawa. Kirishima menepuk pundakku lalu menggelengkan kepala pelan. Aku berdiri lalu keluar dari ruangan tanpa mengucapkan apapun. Kirishima mengantarku hingga sampai kerumah dan dia menyarankanku untuk beristirahat langsung agar besok aku bisa menjadi sehat lagi.

~§~

Aizawa masih berusaha untuk kembali tidur, tetapi bagaimana dia bisa tidur ketika melihat anak-- (First Name) yang tiba-tiba menangis. Dia berusaha untuk tidak memikirkannya lalu menutup matanya, tetapi tiba-tiba ada yang mendobrak pintu ruangannya dengan sangat kencang. "Shouta !!!!!! Kudengar kau sudah bangun ??" siapa lagi kalau bukan temannya yang paling berisik, Present Mic. Dia langsung masuk dengan ekspresi tak bersalahnya lalu duduk dikasur sebelah tempat Aizawa terbaring. "Hey Shouta~ !" kalimatnya terpotong ketika Aizawa menanyakan hal yang membuatnya sedikit terkejut.

"Apa yang harus kulakukan sekarang Mic ?"

"Apa maksudmu ? Apa ini tentang (First Name) ?"

"Saat diUSJ dia memanggilku dengan sebutan ayah dan setelah itu aku tidak tau harus berkata apa jika bertemu dengannya lagi."

"Memangnya kenapa kau harus bingung ? (First Name) selalu menganggapmu sebagai ayahnya, kenapa kalian tidak memperbaiki hubungan sebagai keluarga lalu tinggal bersama seperti dahulu ?"

"Tidak. Aku tidak mau mnegulang kejadian 6 tahun lalu. Aku takut akan membahayaknnya lagi. Aku.......... tidak bisa melindunginya."

"Shouta ! Kau sudah melindunginya ! Saat 6 tahun lalu, jika kau tidak melindunginya pasti (First Name) tidak akan ada disini sekarang ! Saat diUSJ juga kau sudah melindunginya ! Jangan menyalahkan dirimu sendiri," bentak Mic membuat keheningan menyelimuti ruangan. Dia merasa bahwa mungkin saja teman kerjanya itu membutuhkan waktu sendiri untuk memikirkan kembali keputusan yang akan diambilnya, dia pergi meninggalkan ruangan tetapi sebelum dia dapat meninggalkan ruangan, dia mendengar ucapan terima kasih dari temannya itu. Walaupun cukup kecil, tetapi Mic masih bisa menyadarinya.

"Douitashimashite," Mic keluar dari ruangan dengan perasaan yang sangat puas mendengar jawaban dari temannya itu.

*Douitashimashite : sama - sama

Because You're My Hero ( Kirishima Eijirou X Reader )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang