Hidup bukan sekedar pilihan, ada kata berjuang setelahnya. Mengejar mimpi, meraih gelar dalam pendidikan, menemukan cinta dan melabuhkannya pada orang yang benar, itu pun pilihan. Lantas, apakah kata cinta hanya dapat di rasakan pada manusia bersayap malaikat? Berjubah emas? berlabel sempurna?
Bagaimana dengan mereka yang memilih jalan hidupnya dengan menghentikan senyum dusta manusia dengan sebilah pisau? Membantai tanpa belas kasih? Tersenyum puas saat darah segar mengalir atas kerja keras tangan yang awalnya begitu suci? Apakah mereka berhak memilih cintanya juga?
Jika aku memilih dan Tuhan meng'iya'kan mungkin aku tak akan menjadi seperti ini! Tapi, aku tidak menyesali benang merah yang memang telah melilit hidupku sebelum aku terlahir di dunia penuh duka ini, masih ada satu harapan bagiku untuk menentukan pilihan, pilihan dimana cinta ini ku semayamkan. Tidak untuk saat ini, tapi nanti. Karena sekarang aku hanya dapat menulis rangkaian kata menjadi satu bait indah yang akan ku ucapkan sebelum aku mengecup bibir manismu.
'Yes, you are!'
Pria terbalut jaket kulit tersenyum miring mendengar monolog dalam otaknya, seperti bisikan halus yang membuat bagian dalam diri merasa gusar dan ingin berteriak, menangis, mengumpat, meluapkan segalanya hingga hembusan nafas berderu normal kembali.
Jalanan gelap menemani langkah kaki pria berpenampilan kusut itu menuju rumahnya. Kabut tipis turut serta menambah suasana menjadi suram. Tapi itu bukanlah pemandangan menakutkan bagi pria berusia 24 Tahun itu, ia bersiul ringan menikmati dinginnya malam hingga kepulan asap tipis keluar dari bibir merahnya.
"Haruskah aku menari untuk menghangatkan tubuhku? Kenapa Tuhan selalu membuatku kedinginan seperti ini? Hassssh," gerutu Pria dengan tinggi 176 cm itu.
Siulan beriramanya terhenti ketika dengan jelas ia mendengar gebrakan benda keras membentur benda keras lainnya. Dengan rasa penasaran ia berlari mendekat kesumber suara tanpa meninggalkan jejak bunyi.
Suara bersumber di gang sempit dan gelap. Setelah mengendap-endap pria itu bersembunyi di balik tumpukan kayu tidak terpakai dengan memanfaatkan celah sempit diantaranya untuk menyaksikan kegiatan yang sepertinya melelahkan. "Ck, ada yang lebih kejam dariku!" Gumamnya terlihat menikmati tontonan tidak manusiawi di depannya.
Pria yang kini lupa rasa dingin pergantian hari itu menghitung dalam hati jumlah orang yang menghajar tanpa belas kasih seorang pria muda yang terkulai lemah di atas tanah dengan darah hampir di sekujur tubuh.
"Dasar pengecut, menghabisi seekor kecoak saja harus dengan 3 orang," lirihnya melihat tiga pria tak terlalu kekar menendang korban dengan kuat. Sepasang netranya kini menangkap satu pria lain mendekati gerombolan itu dengan benda bercahaya di tangan. Terlihat santai, rapi, dan tenang, tapi, kebiadapan tergambar jelas di wajah tegasnya.
"Jangan sisakan nyawa dalam bangkai ini." titahnya menendang sadis tubuh korban dengan angkuh. "Jika perlu, buat semua darahnya terkuras dan tulangnya hancur lembut!" Suruhnya dengan nada datar. Ketiga pria yang bisa disebut anak buahnya itu menambah kekuatan tak mempedulikan rasa lelah karena energi mulai terkuras.
Brakk!?
Pria yang masih bersembunyi itu berhasil menjatuhkan tumpukan kayu dengan tangannya. Hingga membuat kegiatan brutal itu terpaksa berhenti karena terkejut.
"Hash, bodoh sekali kau Park Jinyoung!" Umpatnya mendesis kesal.
"SIAPA ITU?" Teriak pemimpin dari gerombolan keparat dengan lantang.
Pria yang menyebut dirinya Park Jinyoung itu keluar dari persembunyiannya, tidak untuk menghadapi gonggongan sang pemimpin geng, melainkan untuk mengambil langkah seribu menjauh dari tempat yang bisa saja menjadi tempat akhir hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Are || JB°JY [COMPLETED]
FanfictionMain Cast: *Park Jinyoung GOT7 *Im Jaebum GOT7 *Park Hwagi (OC) *Choi Ah Ra (OC) Others Cast: Member GOT7 Semuanya berawal dari kejadian di suatu malam, saat secara tak sengaja Jinyoung menyaksikan adegan pembunuhan di sebuah gang gelap. Mendadak...